Tuesday, June 24, 2014

At Tauhid: Pelajaran Tauhid Dari Al-Fatihah





            Kaum muslimin yang dirahmati oleh ALLAH, membca surat al-fatihah barangkali sudah menjadi perkara yang biasa bahkan bagian yang tak dipisahkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Karena di setiap raka’at sholat, surat ini selalu kita baca. Meskipun demikian, kita sering lalai dari merenungi hikmah dan pelajaran penting yang ada didalamnya.
            Apabila kita cermati penjelasan para ulama, akan kita temukan bahwa surat al-fatihah ini menyimpan sedemikian banyak ajaran islam dan yang paling utama adalah mengenai tauhid. Untuk lebih jelasnya, marilah kita simak beberapa keterangan berikut:
Tauhid Rububiyah
            Tauhid rububiyah adalah keyakinan bahwa ALLAH satu-satunya pencipta, penguasa dan pengatur alam semsta. Keyakinan ini merupakan salah satu perkara penting dalam iman seorang muslim. Kita yakin, bahwa ALLAH semata yang menciptakan alam semesta ini. Kita jiga yakin, bahwa ALLAH yang mengatur dan mengusainya. Inilah yang dikenal dalam istilah para ulama dengan nama tauhid rububiyah.
            Dan di dalam surat al-fatihah, tauhid ini terkandung di dalam beberapa ayat. Diantaranya adalah pada ucapan hamdalah di ayat pertama yang artinya; “Segala puji bagi ALLAH Rabb seru sekalian alam”. Didalamnya terdapat penegasan bahwa ALLAH lah Rabb yaitu penguasa dan pemelihara alam semsta. Inilah yang disebut dengan tauhid rububiyah. Demikian juga, di dalam ayat ketiga yang artinya, “Yang merajai pada hari pembalasan”
            Didalamnya juga terkandung pengakuan bahwa ALLAH yang menguasai hari kiamat, sebagaimana ALLAH juga penguasa jagad raya sebelum terjadinya kiamat.
Tauhid Asma’wa shifat
            Tauhid asma’wa shifat adalah keyakinan tentang kesempurnaan nama-nama dan sifat-sifat ALLAH. Kita mengimami bahwa ALLAH Maha pengasih lagi Penyayang, sebagaimana dalam ayat kedua yang artinya, “Yang Maha pengasih lagi Maha Penyayang”. ALLAH Ta’ala memilki nama-nama yang maha indah, dan biasa dikenal dengan istilah ama’ul husna. Selain itu, ALLAH juga memiliki sifat-sifat yang mulia.
            Diantara sifat ALLAH yang disebutkan didalam surat ini adalah ALLAH mentarbiyah seluruh alam. ALLAH memiliki sifat kasih sayang. Dan ALLAH memiliki kekuasaan. ALLAH maha terpuji dengan segala nama dan sifat-NYA.  Oleh sebab itu di awal surat ini kita membaca “alhamdulillahhi rabbil alamin”. Di dalamnya terkandung sanjungan kepada ALLAH, dan salah satu sebabnya adalah karena kesempurnaan nama-nama dan sifat-sifat-NYA.
Tauhid Uluhiyah Atau Tauhid Ibadah
            Tauhid ibadah adalah perbuatan hamba dalam bentuk mengesakna ALLAH dalam beribadah. Artinya dia menyembah hanya kepada ALLAH dan tidak kepada selain-NYA. Inilah intisari dari hakikat tauhid yang sebenarnya. Tidaklah seorang dikatakan bertauhid apabila belum melaksanakan tauhid jenis ini.
            Innilah yang terkandung di dalam ayat keempat yang artinya, “Hanya kepada-Mu kami beribadah dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan.” Ini pula yang terkandung di dalam nama ALLAH karena nama ini bermakna “pemilik sifat ketuhanan yang wajib disembah oleh seluruh makhluk. Makna tauhid ini adalah bahwasanya segala macam ibadah hanya ditujukan kepada ALLAH tidak kepada selain-NYA. Inlah tujuan diciptakannya jin dan manusia. Inilah misi utama dakwah para rasul dan kandungan pokok kitab-kitab suci yang ALLAH turunkan. Inilah cabang keimanan yang paling utama dan pondasi keislaman seorang hamba tanpa mewujudkan tauhid ini dalam kehidupannya. Dengan tauhid inilah seorang hamba akan bisa masuk surga dan terbebas dari neraka.
            Oleh sebab itu ibadah apa pun seperti sholat, doa, sembelihan, nadzar, istiqhotshah dan sebagainya hanya boleh ditujukan kepada ALLAH. Inilah kandungan dari kalimat tauhid laa ilaha illallah. Di dalamnya terkandung penafian dan penetapan. Penafian segala sesembahan selain yang patut disembah yaitu ALLAH Ta’ala. Kemudian penetapan, yaitu keyakina bahwa hanya ALLAH yang berhak disembah. Oleh sebab itu seorang yang bertauhid harus meninggalkan segala bentuk kesyirikan, yang tampak maupun yang tersembunyi, yang besar maupun yang kecil.
Tiga Pilar Ibadah
            Demikian pula, apabila kita membaca kitab para ulama, jelaslah bagi kita bahwa di dalam surat Al-fatihah terkandung pokok-pokok ibadah dan keimanan. Di dalam ayat “alhamdulilah” terkandung pilar kecintaan atau al-mahabbah. Di dalam ayat “ar-rahmanir rahiim” terkandung pilar harapan atau roja’. Dan dalam ayat “maaliki yaumid diin” terkandung pilar rasa takut.
            Ibadah kepada ALLAH harus ditopang deng ketiga macam amalan hati ini, yaitu cinta, takut dan harap. Beribadah kepada ALLAH tanpa kecintaan seperti badan tanpa ruh. Beribadah kepada ALLAH tanpa harapan akan melahirkan keputusasaan terhadap rahmat ALLAH. Dan beribadah kepada ALLAH tanpa rasa takut akan menyebabkan merasa aman dari maker ALLAH. Padahal, putus asa dari rahmat ALLAH dan merasa aman dari maker ALLAH termasuk jajaran dosa-dosa besar.
            Ibadah kepada ALLAH ini dilandasi dengan kecintaan dan pengagungan. Karena hakikat ibadah adalah perendahan diri kepada ALLAH yang dibarengi puncak kecintaan dan pengangungan, dengan cara melaksanakan perintah-NYA dan menjauhi larangan-NYA. Ibadah ini mencakup segala hal yang dicintai dan diridhai ALLAH, baik berupa ucapan maupun perbuatan, yang tampak maupun tersembunyi. Segala macam ibadah itu tidak boleh dipersembahkan kecuali kepada ALLAH semata.
Ibadah Harus Dengan Dasar Ilmu
            Ibadah kepada ALLAH pun tidak akan diterima kecuali apabila dilandasi dengan keimanan, keikhlasan dan mengikuti tuntunan. Oleh sebab itu di dalam surat al-fatihah kita memohon kepada ALLAH hidayah; sebagaimana dalam ayat kelima yang artinya; “Tunjjukilah kami jalan yang lurus”. Yang didalamnya tercakup ilmu dan hidayah berupa amalan. Agar kita bisa mendapatkan ilmu yang benar dan agar kita bisa mengamalkan ilmu yang telah kita peroleh. Inilah makna dari ayat keenam yang artinya; “Jalan orang-orang yang diberikan kenikmatan” adapun ayat ke tujuh yang artinya; “Bukan jalannya orang-orang yang dimurkai dean orang-orang yang sesat”. Jalan “orang yang dimurkai” adalah jalan orang yang berilmu namun tidak mengamalkan ilmunya, sebagaimana orang-orang yahudi yang dimurkai ALLAH. Adapun jalan “Orang-orang yang sesat” adalah jalan orang yang beramal tanpa bekal ilmu, sebagaimana orang-orang Nashara. Kaum yang dimurkai menyimpang karena niat yang rusak, sedangkan kaum yang sesat menyimpang karena pemahaman yang rusak. Oleh sebab itu para ulama menyatakan bahwa lekurusan niat dan benarnya pemahaman adalah salah satu nikmat terbesar yang dikarunikan ALLAH kepada seorang hamba. Itulah yang setiap hari kita minta dalam doa kita “Ihdinash shirathal mustaqim”; tujukilah kami jalan yang lurus.
            Inilah sekilah kandungan tauhid dalam surat al-fatihah. Apa-apa yang dikemukakan di sini tentunya ibarat setetes air di tengah samudra. “Laa haula wa laa quwwata illa billaah” At Tauhid: Pelajaran Tauhid Dari Al-Fatihah

No comments:

Post a Comment