Monday, June 30, 2014

At Tauhid: Mengikuti Jejak Generasi Terbaik






Semua kita sudah mengetahui bahwa Al-quran dan hadis adalah pedoman hidup seemua manusia. Namun mengapa ketika kita temukan dia orang yang mengaku berpedoman pada Al-quran dan hadis, mereka saling berbeda keyakinan dan masing-masing mengklaim kebenaran pada dirinya? Ini menunjukkan kebenaran pada dirinya? Ini menunjukkan Al-quran dan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam ternyata dapat ditafsirkan secara beragam dan dipahami berbeda-beda oleh masing-masing individu. Jika demikian maka pertanyaannya adalah siapakah sebetulnya di dunia ini yang paling memahami Al-quran serta sabda-sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam? Jawabnya, merekalah orang-orang yang hidup dekat dengan masa Nabi shallallahu alaihi wasallam. Merekalah yang disebut generasi salaf.
Makna Salaf
            Salaf secara bahasa artinnya, setiap amalan shalih yang telah lalu; segala sesuatu yang terdahulu; setiap orang yang telah mendahuluimu, yaitu nenek moyang atau kerabat (Al qamus al muhith). Secara istilah, yang dimaksud salaf adalah 3 generasi awal umat islam yang merupakan generasi terbaik, yaitu para sahabat nabi, para tabi’in dan tabi’ut tabi’in. nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Sebaik-baik umat adalah generasiku kemudian setelahnya, kemudian setelahnya.” (dalam silsilah Huda Wan Nuur). Oleh karena itu mereka disebut generasi As Salafus Shalih.
Kebenaran Pemahaman Generasi Salaf
            Tidak ada yang meragukan bahwa merekalah orang-orang yang paling memahami islam yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Para sahabat menyaksikan wahyu turun dan menjadi saksi bagaimana Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengamalkannya. Para tabi’in pun mendapat ilmu langsung dari para sahabat. Demikian juga para tabi’ut tabi’in yang meneladani mereka dengan baik.
            Seorang sahabat yang mulia, ibnu mas’ud berkata, “ALLAH Ta’ala memperhatikan hati-hati hambanya, lalu ia memilih Muhammad shallallahu alaihi wasallam dan mengutusnya dengan risalah. Lalu ALLAH Ta’ala memperhatikan hati-hati manusia, lalu ia memilih para sahabat Nabi, kemudian menjadikan mereka sebagai pendamping Nabi-Nya dan pembela agama-Nya. Maka segala sesuatu yang dipandang baik oleh kaum mu’minin yaitu Rasulullah dan para sahabatnya, itulah yang baik di sisi ALLAH. Maka segala sesuatu yang dipandang buruk oleh kaum mu’minin, itulah yang buruk di sisi ALLAH” (HR. Thabrani)
            Maka bila kita ingin memahami islam dengan benar, tentunya kita merujuk pada pemahaman orang-orang yang ada pada 3 generasi tersebut. “Siapa saja yang mencari teladan, teladanilah para sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Karena merekalah orang yang paling baik hatinya diantara umat ini, paling mendalam ilmu agamnya, umat yang paling sedikit dalam berlebih-lebihan, paling lurus bimbingannya, paling baik keadaannya. ALLAH telah memilih mereka untuk mendampingi Nabi shallallahu alaihi wasallam dan menegakkan agama-NYA” (Tafsir al qurthubi, 1/60)
Mengapa Perlu Mengikuti Pemahaman Salaf?
            Syaikh Umar Bazmul menyatakan, “Wahai kaum muslimin, sesungguhnya kita tidak bisa selamat dan tidak bisa sukses dalam menjalani agama dan menggapai tujuan yang hakiki, kecuali dengan mengikuti pratek beragamanya para salafus shalih. Oleh karena itu, Imam Ahmad bin Hambal berkata kepada muridnya Al Maimuni, “Janganlah engkau membuat statement yang tidak ada imam (pendahulunya).” Maka, anda harus bersungguh-sungguh mengikuti para salafus shalih dalam setiap masalah yang anda bicarakan, jangan berpendapat dengan pendapat yang sama sekali tidak ada dalam pendapat mereka.” (dalam ceramah beliau berjudul Ittiba fahmis salafis shalih)
            ALLAH Ta’ala berfirman yang artinya,”Barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan-jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarka ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kamu masukkan ia ke dalam Jahannam dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” (QS. An Nisa; 115)
            Kaum mukminin yang dimaksud oleh ayat ini adalah para sahabat Nabi. Syaikh salim bin ‘id al hilali menjelaskan ayat ini, “Dengan ayat ini jelaslah bahwa mengikuti jalan kaum mukminin adalah jalan keselamatan. Dan ayat ini dalil bahwa pemahaman para sahabat mengenai agama islam adalah hujjah terhadap pemahaman yang lain. Orang yang mengambil pemahaman selain pemahaman para sahabat, berarti ia telah mengalami penyimpangan, menapaki jalan yang sempit lagi menyengsarakan, dan cukup baginya neraka jahannam yang merupakan seburuk-buruk tempat tinggal.” (limaadza ikhtartu al manhaj as salafi faqath)
            Setiao hari kita membaca ayat, Ihdinas shiraathal mustaqim, shiraathalladziina an’amta alaihhin ghairil maghdhuubi alaihim waladhdhaaliin (QS, al fatihah). Ibnu katsir menjelaskan, “yang dimaksud dengan orang-orang yang telah engkau beri nikmat adalah yang disebutkan dalam surat An nisa, ketika ALLAH berfirman yang artinya, “Dan barangsiapa yang mentaati ALLAH dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama ddengan orang-orang dianugerahi nikmat oleh ALLAH yaitu; para Nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati sahid dan orang-orang soleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” (Tafsir Ibnu Katsir, 1/40)
            Abdurrahman bin zaid bin aslam menafsirkan bahwa yang dimaksudkan dalam ayat ini adalah Nabi shallallahu alalihi wasallam dan para sahabatnya (tafsir at thabari, 1/179). Maka, shiratol mustaqim atau jalan  yang lurus adalah cara beragama yang dipratekkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, para sahabatnya dan orang-orang yang mengikuti mereka, merekalah generasi salafus shalih.
            Rasulullah shallallahu alaihi wasallam juga mewasiatkan umatnya untuk mengikuti pemahaman para sahabat beliau dalam beragama dalam sabda beliau, “bani israil akan berpecah menjadi 74 golongan dan umatku akan berpecah menjadi 73 golongan. Semua di neraka, kecuali satu golongan.” Sahabat bertanya, “Siapakah yang satu golongan tersebut?”. “Orang-orang yang mengikutiku dan para sahabatku.”(HR. Tirmidzi). Demikianlah, untuk memahami agama islam dengan benar maka tidak ada cara lain melainkan dengan memahaminya sesuai pemahaman generasi salaf.
Jika Para Salaf Berselisih Pendapat
            Imam Asy syafi’I berkata, “Jika ada orang yang bertanya, “Wahai imam syafi’I, aku dengar engkau mengatakan bahwa setelah al-quran dan sunnah, ijma dan qiyas juga merupakan dalil. Lalu bagaimana dengan perkataan para sahabat Nabi jika mereka berbeda pendapat?”. Imam asy syafi’I berkata, “Bimbingan saya dalam menyingkapi perbedaan pendapat diantar para sahabat adalah dengan mengikuti pendapat yang paling sesuai dengan al-quran atau sunnah atau ijma’ atau qiyas yang peling shahih.”(ar risalah, 1/597).
            Syaikh Umar Bazmul memberikan penjelasan lebih jelas lagi, “Dalam ilmu ushul fiqih, para ulama ushul fiqih menyatakan ketika para sahabat atau para salaf berselisih pendapat dalam suatu masalah dalam memahami ayat atau adis menjadi beberapa pendapat, maka tidak boleh keluat dari pendapat mereka. ( dalam ceramah ittiba fahmis salafis shalih)
            Semoga yang sedikit ini bisa bermanfaat. Semoga ALLAH senantiasa menunjukkan kita jalan yang lurus.At Tauhid: Mengikuti Jejak Generasi Terbaik

No comments:

Post a Comment