Tuesday, June 24, 2014

At Tauhid: Bagai Manusia Pemakan Bangkai





            ALLAH ta’ala berfirman yang artinya, “Dan janganlah kalian menggunjing satu dengan jangan lain. Apakah salah seorang dari kalian senang apabila dia memakan daging bangaki saudaranya yang telah mati, maka tentunya kalian membencinya. Bertakwalah kepada ALLAH, seseungguhnya ALLAH Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.”(QS. Al hujarat; 12). Ayat yang mulia ini memberikan pelajaran penting kepada kita, diantaranya;
            Pelajaran pertama, menggunjing atau ghibah merupakan dosa besar. Hal itu dikarenakan ALLAH menyerupakan perbuatan ghibah itu dengan memakan daging bangkai manusia sementara perbuatan itu termasuk dosa besar. Demikian papar Syaikh as- sa’di (Tafsir al-karim ar-rahman, 802).
            Pelajaran kedua, hadis ini menunjukkan bahwa apabila seseorang menyebutkan kejelekan saudaranya ketika dia tidak hadis maka itu adalah perbuatan ghibah. Hal itu sebagaimana telah dijelaskan oleh Nabi shallallahu alaihi wasallam, “Apakah kalian tahu apa yang dimaksud dengan ghibah? Maka mereka menjawab, “ALLAH dan Rasul-NYA yang lebih tahu.” Beliau mengatakan, “Yaitu kamu menceritakan tentang saudaramu yang dia tidak senangi.” Lalu ada yang bertanya, “Bagaimana kalau apa yang saya katakana itu benar ada pada diri saudaraku?” maka beliau menjawab, “Kalau padanya terdapat apa yang kau katakana maka sungguh kamu telah menggunjingnya. Dan apabila tidak ada seperti yang kamu katakana maka itu berarti kamu telah berdusta atas namanya.” (HR. Muslim)
            Sedangkan apabila dia menyebutkan kejelekan itu didepannya secara langsung maka itu berarti dia telah mencelanya. Namn, apabila ghibah itu dilakukan dalam rangka nasehat misalnya menyebutkan kejelekan periwayat hadis atau menerangkan keadaan orang ketika diperlukan misal ketika dimintai pendapat sebelum menjalin pernikahan dengan seseorang maka hal itu tidak mengapa (lihat syarh riyadhus shalihin, 4/79)
            Pelajaran ketiga, ayat mulia inni menunjukkan bahwa menjaga lisan agar tidak menggunjing merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan ketakwaan kepada ALLAH. Dan ayat ini juga menunjukkan bahwa orang yang tidak bisa menjaga lisannya dari ucapan-ucapan yang jelek, salah satunya adalah ghibah menunjukkan bahwa ketakwaannya rendah. (lihat syarh riyadhs shalihin, 4/79)
            Ketakwaan yang muncul secara lehir denga ucapan atau perbuatan itu pada hakikatnya merupakan cerminan apa yang ada didalam hati. ALLAH ta’ala berfirman yang artinya, “Demikian itu, karena barangsiapa yang mengagungkan syiar-syiar ALLAH, maka sesungguhnya hal itu muncul dari ketakwaan di dalam hati.”(QS. Al-hajj; 32). Rasulullah shallallhu alaihi wasallam bersabda, “Barang siapa yang beriman kepada ALLAH dan hari akhir hendaknya dia berkata-kata baik atau diam.” (HR. Bukhari)
Mari Menjaga Lisan Kita

            Dari Abdullah bin amr mengatakan, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Seorang muslim adalah yang membuat kaum muslimin yang lain selamat dari lisan dan tangannya. Dari seorrang yang benar-benar berhijrah adalah yang meninggalkan segala perkara yang dilarang ALLAH.” (HR. Bukhari)
            Dari Abu musa mengatakan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Orang yang membuat kaum muslimin yang lain selamat dari lisan dan tangannya.”(HR. Bukhari dan Muslim)
            An nawawi mengataka hadis diatas adalah orang yang tidak menyakiti seorang muslim baik dengan ucapannya maupun perbauatannya. Disebutkannya tangan secara khusus dikarenakan sebagian besar perbuatan dilakukan dengannya.” (lihat syarh muslim, 2/93). Imam al-khaththabi berkata, “Maksud hadis ini adalah bahwa kaum muslimin yang paling utama adalah orang yang selain menunaikan hak-hak ALLAH ta’ala dengan baik maka dia pun menunaikan hak-hak sesame kaum muslimim dengan baik pula.”(lihat fatha al-bari, 1/69)
            Al-fudhail bin iyadh berkata, “Hendaknya kamu disibukkan dengan memperbaiki dirimu, janganlah kamu sibuk membicarakan orang lain. Barang siapa yang senantiasa disibukkan dengan membicarakan orang lain maka sungguh dia telah terpedaya.” (Lihat ar-risalah al-mghniyah fi as-sukut wa luzum al-buyut, hal.38).
            Dari Abdullah bin mas’ud berkata, “Demi ALLAH yang tiada sesembahan yang benar selain-NYa. Tidak ada di muka bum sesuatu yang lebih butuh di penjara dalam waktu yang lama selain daripada lisan.” (Lihat az-zuhd li lbni abi’ashim, 26). Dari Abdullah bin umar berkata, “Sesuatu yang paling layak untuk terus dibersihkan oleh seorang hamba adalah lisannya.” (Lihat az-zuhd li lbni abi ashim, 27). Dari Abu hurairah berpesan, “Jauhilah oleh kalian kebiasaan terlalu banyak berbicara.” (Lihat az-zuhd li lbni abi ashim, 28).
            Rabi’bin khutsaim berkata, “Persedikitlah ucapan kecuali dari Sembilan perkara; Subhanalllah, Alhamdulillah, Laa Ilaaha Illallaah, Allhu Akbar, membaca al-Qur’an, memerintahkan sesuatu yang ma’ruf, melarang perrkara yang mungkar, meminta kebaikan ata berlindung dari keburukan.” (Lihat ar-rauh wa ar-raihan, 18)
            Sungguh banyak hadis-hadis yang menjelaskan untuk menjaga lisan dari para tabi’in dan para sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dalam paparan kali ini. Dengan begitu, jagalah lisan dan  perbuatan kita. Wa shallallahu ala nabiyyina muhammadin wa ala alihi wa sallam. Walhamdulillahi rabbil alamin.At Tauhid: Bagai Manusia Pemakan Bangkai

No comments:

Post a Comment