Thursday, July 3, 2014

At Tauhid: Hanya Ada Pada Seorang Mukmin






Karakter mengagumkan yang tidak ditemukan pada pribadi yang bukan mukmin
            Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Sungguh mengagumkan urusan seorang mukmin. Sesungguhnya semua urusannya adalah baik. Dan hal itu tidak akan diperoleh kecuali oleh seorang mukmin. Apabila dia mendapatkan kesenangan, maka dia bersyukur. Maka hal itu merupakan kebaikan baginya. Dan apabila dia tertimpa kesusahan maka dia bersabar. Maka itu juga merupakan kebaikan baginya.” (HR. Muslim)
Dua pilar keimanan
            Ibnul qayyim  di dalam madarij as-salikin menjelaskan bahwa iman itu terdiri dari dua bagian; sabar dan syukur. Ibnul qayyim menggambarkan bahwa sabar bagi iman laksana kepala bagi tubuh seorang insan. Seandainya tidak ada iman pada diri seseorang yang tidak memiliki kesabaran, sebagaimana halnya tidak berfungsi tubuh apabila tidak ada kepalanya. (Lihat hasyiyah kitab at-tauhid)
            Demikian pula dengan syukur, ia merupakan bukti keseriusan seorang hamba dalam mengabdi dan tunduk kepada Rabbnya. ALLAH ta’ala berfirman yang artinya, “Dan bersyukurlah kepada ALLAH jika kalian benar-benar beribadah hanya kepada-NYA.”(QS. Al-baqarah; 172). ALLAH menciptakan pendengaran, penglihatan dan hati adalah untuk bersyukur kepada-NYA. ALLAH ta’ala berfirman yang artinya, “ALLAH mengeluarkan kalian dari perut ibu-ibu kalian  dalam keadaan kalian tidak mengetahui apa-apa dan ALLAH menciptakan untuk kalian pendengaran, penglihatan dan hati mudah-mudahan kalian bersyukur kepada-NYA.” (QS. An nahl; 78)
Syukur ketika mendapat nikmat
            Syukur adalah ibadah yang sangat agung. ALLAH ta’ala berfirman yang artinya, “Ingatlah kalian kepada-Ku, niscayaAku pun mengingat kalian dan bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kalian kufur.” (QS. Al-baqarah; 152). Barang siapa bersyukur kepada ALLAH maka ALLAH akan tambahkan nikmat kepada-NYA. Sebaliknya barang siapa yang justru kufur maka sesungguhnya siksaan ALLAH sangatlah keras. ALLAH berfirman yang artinya, “Dan ingatlah ketika Rabb kalian mengumumkan kepada kalian; jika kalian bersyukur maka akan Aku tambahkan nimat-Ku atas kalian dan jika kalian kufur, sesungguhnya siksa-Ku sangatlah keras.”(Qs. Ibrohim; 7)
            Hakikat dari syukur itu adalah mengakui di dalam hari bahwa nikmat yang ada ini adalah dari ALLAH, memuji ALLAH dengan lisannya dan menggunkan nimat-nikmat itu untuk taat kepada-NYA. Ibnul Qayyim memaparkan lima pilar syukur yang harus ditegakkan; tunduk dan merendahkan kepada Dzat yang disyukuri yaitu ALLAH. Cinta kepada-NYA. Mengakui bahwa nikmat itu adalah pemberian-NYA. Memuji-NYA dengan lisan atas limpahan nikmat tersebut dan tidak memanfaatkannya dalam perkara yang dibenci-NYA. Inilah lima pilar syukur yang ada pada diri seorang hamba.
Jangan salah sangka !
            ALLAH ta’ala berfirman yang artinya, “Pada hari itu kiamat tidaklah bermanfaat harta dan keturunan melainkan bagi orang yang menghadap ALLAH dengan hati yang selamat.” (QS. As-syu’ara; 88-89). Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Seandainya anak keturunan Adam memiliki dua lembah harta niscaya dia masih akan mencari yang ketiga. Dan tidak akan pernah menyumbat rongga anak Adam selain tanah dan ALLAH menerima taubat bagi siapa pun yang mau.” (HR. Bukhari)
            Oleh sebab itu nikmat semacam ini bukan ukuran kemuliaan dan kebahagiaan yang sejati. ALLAH ta’ala berfirman yang artinya, “Adapun manusia, apabila Rabbnya menimpakan ujian kepadanya dengan memuliakan dan mencurahkan nikmat kepadanya maka dia mengatakan, Rabbku telah memuliakanku. Dan apabila Dia mengujinya dengan membatasi rezkinya niscaya dia akan mengatakan, Rabb ku telah menghinakanku. Sekali-kali bukan demikian…”(QS. Al-fajr, 15-17).
            Ibnul qayyim mengatakan, “Maknanya adalah; tidaklah setiap orang yang ALLAH berikan kemuliaan di dunia dan Ku berikan kenikmatan dunia kepadanya maka itu berate AKu benar-benar mengarunikan nikmat yang hakiki kepadanya. Karena sesungguhnya hal itu merupakan cobaan dari-Ku kepadanya sekaligus sebagai ujian untuknya. Dan tidak pula setiap orang yang Aku batasi rezkinya sehingga Aku jadikan rezkinya sebatas apa yang diperlukannya saja tanpa ada kelebihan maka itu artinya Aku sedang menghinakan dirinya. Namun sesungguhnya Aku sedang menguji hamba-Ku dengan nikmat-nimat sebagaimana halnya Aku ingin menguji dirinya dengan berbagai bentuk musibah.” (Ijtima al-juyusy al-islamiyah)
Berdoalah untuk bisa bersyukur kepada-NYA
            Mu’ads bin jabal menceritakan bahwa suatu keitka Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memgang tanganya seraya mengucapkan, “Hai Mu’adz, demi ALLAH sesungguhnya aku benar-benar mencintaimu. Demi ALLAH, aku benar-benar mencintaimu. Lalu beliau bersabda, Aku wasiatkan kepada mu wahai Mu’adz, jangan kamu tinggalkan bacaan setiap kali di akhir sholat hendaknya kamu berdoa, allhumma a’inni ala dzikrika wa syukrika wa husni ibadatik.” (HR. Abu dawud)
Sabar ketika tertimpa musibah
            Musibah berupa penyakit, kecelakaan, kemiskinan adalah perkara biasa yang dihadapi oleh manusia. Tidak ada bedanya antara orang yang beriman dengan orang yang kafir, mereka semua bisa mendapatkannya. Hanya saja, seorang yang benar-benar beriman kepada ALLAH dan takdir-NYA maka dia akan menjadikan musibah itu sebagai lading pahala bagi. ALLAH Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan sungguh Kami benar-benar akan menguji kalian dengan sedikit rasa takut, kelaparan, dan kekurangan harta, hilangnya jiwa dan sedikitnya buah-buahan. Maka berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar. Yaitu orang-orang yang apabila tertimpa musibah mereka mengatakan; sesungguhnya kami ini milik ALLAH dan kami akan kembali kepada-NYA. Mereka itulah orang yang mendapatkan ucapan salawat dari Rabb mereka dan curahan rahmat dan mereka itulah orang-orang yang mendapatkan petunjuk.”(QS. Al-baqarah; 155-157)
Sabar adalah anugerah
            Rasulullah shallallahu alaihi wasalam bersabda, “Tidaklah ada satu musibah yang menimpa seorang muslim melainkan ALLAH akan menghapuskan dosa dengannya sampai pun duri yang menusuk badannya.” (HR. Bukhari dan Muslim). Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Apabila ALLAH menghendaki kebaikan pada diri seorang hamba maka ALLAH akan menyegerakan hukuman baginya di dunia. Dan apabila ALLAH menghendaki keburukan bagi hamba-NYA maka ALLAH akan menunda hukuman atas dosanya itu sampai pada hari kiamat nanti hukuman itu baru akan ditunaikan.”(HR. Tirmidzi)
Pahala yang besar bersama dengan sabar
            Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya pahala yang besar itu bersama dengan cobaan yang besar pula. Dan apabila ALLAH mencintai suatukaum maka ALLAH akan menimpa musibah kepada mereka. Barangsiapa yang ridha kepadanya. Dan barangsiapa yang murka maka murka pula yang akan didapatkannya.” (HR. Tirmidzi). Suatu ketika Nabi shallallahu alaihi wasallam ditanya, “Siapakah orang yang paling berat cobaanya?”. Maka beliau menjawab, “Para Nabi kemudian orang yang seperti mereka sesudahnya dan orang semacam mereka berikutnya. Seseorang itu akan diuji sesuai dengan kadar agamanya. Apabila orang itu kuat agamanyya maka semakin keras cobaanya. Kalu agamanya lemah maka dia akan dicoba sesuai dengan kadar agamanya. Maka musibah dan cobaan itu senatiasa mennimpa seorang hamba hingga dia ditnggalkan berjalan di atas muka bumi dalam keadaan bersih dari dosa.” (HR. Tirmidzi)
Sabar pun membutuhkan pertolongan ALLAH
            ALLAH ta’ala berfirman yang artinya, “Bersabarlah dan tidaklah kesabaran mu itu melainkan dengan pertolongan dari ALLAH.” (QS. An-nahl;127). Jadi sabar ada tiga cakupan; sabar dalam menjalankan ketaan, sabar dalam menjauhi kemaksiatan dan sabar dalam menghadapi takdir yang terasa menyakitkan. Oleh sebab itu, seorang hamba sangat membutuhkan pertolongan dari ALLAH dalam setiap gerak dan langkahnya.
            Semoga ALLAH melimpahkan kepada kita kesabaran ketika tertimpa musibah, sabar ketika menjauh dari dosa dan sabar ketika menjalankan ketaatan kepada-NYA, sebagaimana kita memohon kepada ALLAH agar mematikan kita sebagai mukmin yang pandai bersyukur kepada-NYA. Wa shallallahu ala nabiyyina muhammadin wa ala alihi wasallam. Walhamdulillahi rabbil alamin.At Tauhid: Hanya Ada Pada Seorang Mukmin


No comments:

Post a Comment