Monday, July 21, 2014

At Tauhid: HIkmah Puasa Ramadhan






            Para pembaca yang semoga selalu dirahmati oleh ALLAH ta’ala. Kita sudah mengetahui bersama bahwa puasa Ramdhan itu diwajibkan bagi setiap muslim. Lalu apa hikmah dibalik melakukan ibadah puasa ini? Hikmahnya begitu banyak. Sebagian dari kalam ulama mengenai hikmah puasa Ramdhan, kami sarikan berikut ini
Menggapai Derajat Takwa
            ALLAH ta’ala berfirman yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”(QS. Al Baqarah;183). Ayat ini menunjukkan bahwa diantara hikmah puasa adalah agar seorang hamba dapat menggapai derajat takwa dan puasa adalah sebab meraih deajat yang mulia ini. Hal ini dikarenakan dalam puasa, seseorang akan melaksanakan perintah ALLAH dan menjahi setiap larangan-NYA. Inilah pengertian takwa. Bentuk takwa dalam puasa dapat kita lihat dalam berbagai hal berikut.
            Pertama, orang yang berpuasa akan meninggalkan setiap yang ALLAH larang ketika itu yaitu dia meninggalkan makan, minum, berjima’ dengan istri dan sebagainya yang sebenarnya hati sangat condong dan ingin melakukannya. Ini semua dilakukan dalam rangka taqorrub atau mendekatkan diri pada ALLAH dan meraih pahala dari-NYA. Inilah bentuk takwa.
            Kedua, orang yang berpuasa sebenarnya mampu untuk melakukan kesenangan-kesenangan duniawi yang ada. Namun dia mengetahui bahwa ALLAH selalu mengawasi diri-NYA. Ini juga salah bentuk takwa yaitu merasa selalu diawasi oleh ALLAH. Ketiga, ketika berpuasa setiap orang akan semangat melakukan amalan-amalan ketaatan. Dan ketaatan merupakan jalan untuk menggapai takwa. (Periksa Taisir Karimir Rahman)
Hikamh di Balik Meninggalkan Syahwat dan Kesenangan Dunia
            Di dalam berpuasa, setiap muslim diperintahkan untuk meninggalkan berbagai syahwat, makanan dan minuman. Itu semua dilakukan karena ALLAH. Dalam hadis qudsi, ALLAH ta’ala berfirman yang artinya, “Dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-KU”(HR. Muslim). Diantara himah meninggalkan syahwat dan kesenangan dunia ketika berpuasa adalah:
            Pertama, dapat mengendalikan jiwa. Rasa kenyang karena banyak makan dan minum, kepuasan ketika berhubungan dengan istri, itu semua biasanya akan membuat seseorang lupa diri, kufur terhadap nikmat, dan menjadi lalai. Sehingga dengan berpuasa, jiwa pun akan lebih dikendalikan.
            Kedua, hati akan menjadi sibuk memikirkan hal-hal baik dan sibuk mengingat ALLAH. Apabila seseorang terlalu tersibukkan dengan kesenangan duniawi dan terbuai dengan makanan yang dia lahap, hati pun akan menjadi lalai dari memikirkan hal-hal yang baik dan lalai dari mengingat ALLAH. Oleh karena itu, apabila hati tidak tersibukkan dengan kesenangan duniawi, juga tidak disibukkan dengan makan dan minum ketika berpuasa, hati pun akan bercahaya akan semakin lembut, hati pun tidak mengeras dan akan semakin mudah untuk tafakur serta berzikir pada ALLAH.
            Ketiga, dengan menahan diri dari berbagai kesenangan duniawi, orang yang berkecukupan akan semaikn tahu bahwa dirinya telah diberikan nikmat begitu banyak disbanding orang-orang kafir, miskin dan yatim piatu yang sering merasakan rasa lapar. Dalam rangka mensyukurti nikmat ini, orang-orang kaya pun gemar berbagai dengan mereka yang tidak mampu.
            Keempat, dengan berpuasa akan mempersempit jalannya darah. Sedangkan setan berada pada jalan darahnya manusia. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam, “Sesungguhnya setan mengalir dalam diri manusia pada tempat mengalirnya darah.”(HR. Bukhari dan Muslim). Jadi puasa dapat menenangkan setan yang seringkali memberikan was-was. Puasa pun dapat menekan syahwat dan rasa marah. Oleh karena itu, Nabi shallallahu alaihi wasallam menjadikan puasa sebagai salah satu obat mujarab bagi orang-orang yang memiliki keinginan untuk menikah namun belum kesampaian. (Disarikan dari Latho’if al Ma’arif, Ibnu Rajab Al Hambali).
Mulai Beranjak Menjadi Lebih Baik
            Di bulan Ramadhan tentu saja setiap muslim harus menjauhi berbagai macam maksiat agar puasanya tidak sia-sia, juga agar tidak mendapatkan lapar dan dahaga saja. Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga saja.” (HR. Ath Thobroniy dalam Al Kabir)
            Puasa menjadi sia-sia seperti ini disebabkan bulan Ramadhan masih diisi pula dengan berbagai maksiat. Padahal dalam berpuasa seharusnya setiap orang berusaha menjaga lisannya dari ghibah orang lain, dari berbagai perkataan maksiat dari perkataan dusta, perbuatan maksiat dan hal-hal yang sia-sia.
            Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu alaihi wasalam bersabda, “Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta malah mengamalkannya, maka ALLAH tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.”(HR. Bukhari). Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Puasa bukanlah hanya menahan makan dan minum saja. Akan tetapi, puasa adalah dengan menahan diri dari perkataan lawu dan rofats. Apabila ada seseorang yang mencelamu atau berbuat usil padamu, katakanlah padanya, “Aku sedang puasa, aku sedang puasa.”(HR. Ibnu Majah dan Hakim). Lagwu adalah perkataan sia-sia dan semisalnya yang tidak berfaedah. Sedangkan rofats adalah istilah untuk setiap hal yang diinginkan laki-laki pada wanita atau dapat pula bermakna kata-kata kotor. (Syarh Muslim, 4/151)
            Jabir bin Abdillah berkata, “Seandainya kamu berpuasa maka hendaknya pendengaranmu, penglihatanmu dan lisanmu turut berpuasa dari dusta dan hal-hal haram serta janganlah kamu menyakiti tetangga. Bersikap tenang dan berwibawalah di hari puasa. Janganlah kamu jadikan hari puasamu dan hari tidak berpuasamu sama saja.”
            Itulah sejelek-jelek puasa yaitu hanya menahan lapar dan dahaga saja, sedangkan maksiat masih terus jalan. Hendaknya ketika berpuasa, setiap orang berusaha pula menahan anggota badan lainnya dari berbuat maksiat dan hal-hal yang sia-sia. Ibn Rajab mengatakan, “Tingkatan puasa yang paling rendah adalah hanya meninggalkan minum dan makan saja.” (Latho’if al ma’arif, 277).
            Oleh karena itu, ketika keluar bulan Ramadhan seharusnya setiap insan menjadi lebih baik dibanding dengan bulan sebelumnya karena dia sudah ditempa di madrasah Ramadhan untuk meninggalkan berbagai maccam maksiat.
Penutup
            Inilah beberapa hikmah syar’I yang luar biasa di balik puasa Ramadhan. Oleh karena itu, para pendahulu kita sangatlah merindukan bertemu dengan bulan Ramadhan agar memperoleh hikmah-hikmah yang ada di dalamnya. Sebagian ulama mengatakan, “Para salaf biasa berdoa kepada ALLAH selama 6 bulan agar dapat berjumpa dengan bulan Ramadhan. Dan 6 bulan sisanya mereka berdoa agar amalan-amalan mereka diterima.”(Latho-if ma’arif, 369)
            Adapun hikmah puasa yang biasa sering dibicarakan sebagian kalangan bahwa puasa dapat menyehatkan badan, maka itu semua adalah hikmah ikutan saja dan bukan hikmah utama. Sehingga hendaklah seseorang meniatkan puasanya untuk mendapatkan hikmah syar’I terlebih dahulu dan janganlah dia berpuasa hanya untuk mengharapkan nikmat sehat semata. Karena jika niat puasanya hanya untuk mencapai kenikmatan dan kemaslahan duniawi, maka pahala melimpah di sisi ALLAH akan sirna walaupun dia akan mendapatkan nikmat dunia atau nikmat sehat yang dia cari-cari.
            Sehingga yang benar, puasa harus dilakukan dengan niat ikhlas untuk mengharap wajah ALLAH ta’ala. Sedangkan nikmat kesehatan, itu hanyalah hikmah iktan saja dari melakukan puasa, dan bukan tujuan utama yang dicari-cari. Jika seseorang berniat ikhlas dalam puasanya, niscaya nikmat dunia akan datang dengan sendirinya tanpa dia cari-cari. Ingatlah selalu nasehat Nabi shallallahu alaihi wasallam, “Barangsiapa yang niatnya adalah untuk menggapai akhirat, maka ALLAH akan memberrikan kecukupan dalam hatinya, Dia akan menyatukan keinginanya yang tercerai berai, dunia pun akan dia peroleh dan tunduk hina padanya. Barangsiapa yang niatnya adalah untuk menggapai dunia, maka ALLAH akan menjadikan dia tidak pernah merasa cukup akan mencerai beraikan keinginannya, dunia pun tidak dia peroleh kecuali yang telah ditetapkan baginya.”(HR. Tirmidzi)
            Adapun hadis yang mengatakan, “Berpuasalah, niscaya kalian akan sehat.” Perlu diketahui bahwa hadis semacam ini adalah hadis yang lemah (Hadis dho’if) menurut ulama pakar hadis. (Al Hafizh Al Iroqiy dalam Takhrih al Ihya, 3/75) mengatakan habwa hadis ini diriwayatkan oleh Ath Thobroniy dalam Al Awsath, Abu Nu’aim dalam Ath Thib an Nabawiy dari hadis Abu Hurairah dengan sanad yang lemah (Dho’if). Syaikh AL Albani dalam silsilah Al Hadis Adh Dho’ifah (1/420) mengatakan bahwa hadis ini dho’if.
            Semoga ALLAH menerima setiap amalan kita di bulan Ramadhan dan menjadikan kita insan yang lebih baik dari bulan-bulan sebelumnya.At Tauhid: Hikmah Puasa Ramadhan

No comments:

Post a Comment