Thursday, July 3, 2014

At Tauhid: Sabar, Syukur dan Istiqhfar






Kunci Kebahagiaan Ada Tiga
            Dalam bukunya yang berjudul “qawaidul arba” (4 kaidah dalam memahami kesyirikan), Imam Muhammad bin Sulaiman at-Tamimi mengatakan: “Semoga ALLAH menjadikan anda termasuk diantara orang yang apabila diberi dia bersyukur, apabila diuji dia sabar dan apabila melakukan dosa dia beristiqhfar. Karena tiga hal ini merupakan tanda kebahagiaan.”
Bersyukur Ketika Mendapat Nikmat
            Dengan sikap ini, orang akan tetap mendapatkan tambahan nikmat dan keberkahannya. Sebagaimana janji ALLAH Ta’ala dalam firman-NYA yang artinya, “Jika kalian bersyukur maka sungguh Aku akan tambahkan untuk kalian dan jika kalian kufur, sesungguhnya adzab-KU sangat pedih.”(QS. Ibrahim; 7)
            Hanya saja perlu kita ingat. Sikap ini tidaklah mudah. Kita baru bisa bersyukur ketika kita merasa bahwa apa yang ada pada diri kita adalah pemberian ALLAH yang sudah sangat banyak. Dengan ini, kita tidak akan membandingkan kenikmatan yang ada pada diri kita dengan nikmat yang ALLAH berikan kepada orang yang lebih “sukses” daripada kita. Inilah kunci yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dengan bersabda, “Lihatlah kepada orang-orang yang nikmatnya lebih bawah daripada kalian. Jangan melihat kepada orang yang nikmatnya diatas kalian. Dengan ini akan lebih memungkinkan agar kalian tidak meremehkan nikmat ALLAH pada diri kalian.”(HR. Turmudzi)
            Nabi shallallahu alaihi wasalam mengakui bahwa manusia memiliki sifat hasad dan selalu menginginkan nikmat yang ALLAH berikan kepada orang lain. Dengan sebab ini, orang akan melupakan nikmat yang ada pada dirinya. Karena itu, beliau shallalllahu alaihi wasallam mengarahkan kita agar menutup celah timbulnya perasaan ini dengan membandingkan keadaan dirinya dengan keadaan orang yang lebih rendah kenikmatannya daripada nikmat yang ada pada dirinya.
Bersabar Ketika Mendapat Ujian
            Ujian dan cobaan merupakan salah satu bagian dalam kehidupan manusia. Tidak ada kenikmatan mutlak di alam dunia ini. Sehebat apapun manusia, sekaya apapun dia, kenikmatan yang dia rasakan akan bercampur dengan ujian dan cobaan. Namun, orang yang beriman bisa mengkondisikan keadaan yang sejatinya pahit ini sebagai bagian dari kebahagiaan. Itulah sifat sabar dan mengharapkan pahala dari ALLAH. Karena itu, semakin besar sikap sabar yang dilakukan, semakin besar pula kebahagiaan yang dia rasakan. Barangkali, inilah diantara rahasia bahwa semakin sempurna keimanan seseorang maka semakin besar pula ujian yang ALLAH berikan kepadanya. Dinyatakan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Anas bin malik, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya besarnya pahala sepadan dengan besarnya ujian. Sesungguhnya ALLAH apabila mencintai seseirang maka ALLAH akan mengujinya. Siapa yang ridha dengan takdir ALLAH maka dia akan mendapatkan ridha ALLAH. Siapa yang marah dengan takdir ALLAH maka dia akan mendapatkan murka ALLAH.”(HR. Turmudzi).
            Diantara hikmah ALLAH memberikan ujian kepada kaum mukminin adalah agar mereka tidak merasa bahwa kehidupan dunia ini sebagai kenikmatan mutlak, sehingga mereka akan senantiasa mengharapkan akhirat.
Memohon Ampunan Ketika Berdosa
            Bukanlah sifat orang mukmin yang bertakwa sama sekali tidak memiliki dosa. Hamba beriman yang baik adalah hamba yang ketika melakukan dosa dia segera bertaubat dan memohon ampunan kepada ALLAH. ALLAH berfirman yang artinya, “Orang yang bertakwa adalah orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan ALLAH, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka.” (QS. Ali Imran; 135)
            Dan inilah bagian tabiat manusia yang tidak bisa dihilangkan dari diri manusia. Akan tetapi, yang lebih penting adalah bagaimana seorang mukmin bisa segera bertaubat ketika melakukan dosa. Disebutkan dalam hadis dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Demi dzat yang jiwaku berada ditangan-NYA. Andaikan kalian sama sekali tidak melakukan dosa, ALLAH akan menghilangkan kalian, kemudian ALLAH datangkan sekelompok orang yang mereka melakukan perbuatan dosa kemudian bertaubat, lalu ALLAH mengampuni mereka.” (HR. Muslim)
            Hal inilah yang dirasakan para sahabat Nabi shallallahu alaihi wasallam, mereka khawatir, jangan-jangan termasuk orang munafik, ketika mereka merasa lebih bertakwa pada saat di dekat Nabi shallallahu alaihi wasallam, tetapi ketika berada di rumah, mereka masih melekat dengan dunia.
            Dari Abu Hurairah, bahwa para sahabat berkata: “Wahai Rasulllah, ketika kami melihat anda, hati kami menjadi lunak dan kami seolah menjadi penduduk akhirat. Namun ketika kami jauh dari anda, kami menginginkan duna dan bercanda dengan para istri dan anak.” Kemudian beliau bersabda, “Jika kalian setiap saat dalam keadaan sebagaimana ketika kalian berada didekatku (seolah menjadi penduduk akhirat), niscaya para malaikat akan menyalami kalian dengan telapak tangan mereka dan mengunjungi kalian di rumah kalian. Andai kalian tidak pernah melakukan perbuatan dosa, niscaya ALLAH akan mendatangkan kaum yang berdosa kemudian bertaubat agar ALLAH mengampuni mereka.”(HR. Ahmad)At Tauhid: Sabar, Syukur Dan Istiqhfar

No comments:

Post a Comment