Thursday, July 3, 2014

At Tauhid: Mencari Berkah






            Berkah selalu diinginkan oleh setiap orang. Namun sebagian kalangan salah kaprah dalam memahami makna berkah sehingga hal-hal keliru pun dilakukan untuk meraihnya. Coba kita saksikan bagaimana sebagian orang mengharap berkah dari kotoran sapi. Ini suatu yang tidak logis, namun nyata terjadi di negeri kita. Inilah barangkali karena salah paham dalam memahami makna keberkahan dan cara meraihnya.
Makna Barokah
            Dalam bahasa arab, berkah bermakna bertambah atau berkembanynya sesuatu (lihat Mu’jam maqoyisil lughoh). Sedangkan tabarruk adalah istilah untuk meraup berkah atau mengharap berkah. Adapun makna barokah dalam al-quran dan sunnah adalah langgengnya kebaikan. Kadang pula bermakna bertambahnya kedua-duanya.
Seluruh Kebaikan Berasal dari ALLAH
            ALLAH Ta’ala berfirman yang artinya, “Katakanlah: Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engaku berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang ENgkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Seseungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.”(QS. Ali Imron; 26). Yang dimaksud ayat; “ditangan ALLAH lah segala kebaikan” adalah segala kebaikan tersebut atas kuasa ALLAH. Tiada seorang pun yang dapat mendatangkannya kecuali atas kuasa-Nya. Karena ALLAH lah yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Demikian penjelasan dari Ath Thobari.
Berbagai Keberkahan yang Halal
            Perlu diketahui bahwa keberkahan yang halal bisa terdapat dalam hal diniyah dan hal duniawiyah, atau salah satu dari keduanya. Contohnya yang mencakup keberkahan diniyah dan duniawiyah sekaligus adalah keberkahan pada al-quran. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan para sahabat. Keberkahan seperti ini juga terdapat pada majelis orang sholih, keberkahan bulan ramadhan, keberkahan makan sahur. Keberkahan pada hal diniyah saja semisal pada tiga mesjid yang mulia yaitu masjidil harom, masjidil nabawi dan masjidaqsho. Sedangkan keberkahan pada air hujan, pada tumbuhnya berbagai tumbuhan, keberkahan pada susu dan hewan ternak. (lihat at tabarruk, hal. 44)
            Ada satu catatan yang perlu diperhatikan. Keberkahan yang halal diatas kadang diketahui karena ada dalil tegas yang menunjukkannya, kadang pula dilihat dari dampak, di sisi lain juga dilihat dari kebaikan yang amat banyak yang diperoleh. Namun untuk keberkahan dalam hal duniawiyah bisa diperoleh jika digunakan dalam ketaatan pada ALLAH. Jika digunakan dalam ketaatan pada ALLAH. Jika digunakan bukan pada ketaatan, itulah bukan berkah, namun hanyalah musibah. (lihat at-tabrruk,44).
Contoh Mengharap Berkah yang Halal
            Diantara keberkahan orang sholih adalah karena keistiqomah agamanya. Karena istiqomahnya ini, dia akan memperoleh keberkahan di dunia yaitu tidak akan sesat dan keberkahan di akhirat yaitu tidak akan sengsara. ALLAH berfirman yang artinya, “Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barang siapa yang mengikuti pentunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.”(QS. Thoha; 123).
            Keberkahan orang sholih pun terdapat pada usaha yang mereka lakukan. Mereka begitu giat menyebarkan ilmu agama ditengah-tengah masyarakat sehingga banyak orang pun mendapat manfaat. Itulah keberkahan yang dimaksudkan. Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda,”Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para Nabi.” (HR. Abu Daud).
            Yang dimaksud dengan kedermawan dirinya, jika dilihat dari sisi orang yang mengambil harta berarti ia tidak mengambilnya dengan tamak dan tidak meminta-minta. Sedangkan jika dilihat dari orang yang memberikan harta, maksudnya adalah ia mengeluarkan harta tersebut dengan hati yang lapang. (lihat fathul bari, ibnu hajar al asqolani, darul ma’rifah)
            Begitu pula keberkahan dapat diperoleh dengan berpagi-pagi dalam mencari rizki. dari Shokr al ghomidiy, Nabi shallallahu alaihi wasalm bersabda, “Ya ALLAH, berkahilah umatku di waktu paginya.”
Mengharap Berkah yang Keliru
            Pertama; tabarruk dengan nabi shallallahu alaihi was am setelah beliau wafat. Diantara yang terlarang adalah tabarruk dengan kubur beliau. Bentuknya adalah seperti meminta doa dan syafa’at dari rasulullah shallallahu alaihi wasallam di sisi kubur beliau. Perbuatan semacam ini bahkan termasuk kesyirikan karena didalamnya terdapat bentuk perminataan yang hanya ALLAH saja yang bisa mengabulkannya. (lihat at tabarruk, 325)
            Juga yang termsuk keliru adalah mendatangi kubur nabi shallallahu alaihi wasallam lantas mengmabil berkah dari kuburnya dengan mencium atau mengusap-usap kubur tersebut.
            Kedua; tabarruk dengan orang sholih setelah wafatnya. Jika terhadap nabi shallallahu alaihi wasalm saja tidak diperkenankan tabarruk dengan kubur beliau dengan mencium atau mengusap-usap kubur tersebut, maka lebih-lebih dengan kubur orang sholih, kubur para wali, kyai, para habib atau kubur lainnya. Tidak diperkenankan pula seseorang meminta dari orang sholih yang telah mati tersebut dengan doa. Sehingga jika doa semacam itu ditujukan kepada selain ALLAH berarti telah jatuh pada kesyirikan.
            Bahkan nabi shallallahu alaihi wasalam telah secara tegas melarang kita dari mengagung-agungkan kubur orang-orang shalih, sebgaimana dengan sabda Nabi, “… Dan sesungguhnya ALLAH telah menjadikan diriku sebagai kekasih sebagaimana Dia telah menjadikan Ibrohim sebagi kekasih. Seandainya aku boleh mengambil kekasih, niscaya aku akan menjadikan Abu Bakar sebagai kekasih. Dan ketahuilah, sesungguhnya orang-orang yang sebelum kaian telah memperrlakukan kubur para nabi mereka dan orang-orang shalih diantara mereka sebagaimana masjid. Janganlah kalian menjadikan kuburan sebagai masjid, sesungguhnya aku melarang kalian melakukan itu.” (HR. Muslim)
            Begitu pula yang termasuk kekeliruan, jika tabarruk tersebut adalah tawassul, yaitu meminta orang sholih yang sudah tiada untuk berdoa kepada ALLAH agar mendoakan dirinya.
            Ketiga; tabarruk dengan pohon, batu dan benda-benda lainnya. Menharap berkah dengan benda-benda semacam ini, termasuk pula mengarap berkah dengan suatu yang tidak logis seperti dengan batu dan keris termasuk hal yang terlarang, suatu bid’ah yang tercela dan sebab terjadinya kesyirikan.
            Perbuatan-perbuatan diatas adalah termasuk perbuatan ghuluw (berlebih-lebihan) terhadap orang sholih dan pada suatu benda. Sikap yang benar untuk meraih keberkahan dari nabi shallallahu alaihi wasallam setelah beliau wafat adalah dengan mengikuti setiap tuntunan beliau sedangkan kepada orang sholih adalah dengan mengikuti ajaran kebaikan mereka dan mewarisi setiap ilmu mereka yang sesuai dengan tuntunan ALLAH dan Rasul-Nya. Inilah tabarruk yang benar.
Penutup
            Dari penjelasan diatas, sebenarnya banyak sekali jalan untuk meraih keberkahan atau mengharap berkah yang dibenarkan. Oleh karena itu, sudah sepantasnya kita mencukupkan dengan hal itu saja tanpa mencari berkah lewat jalan yang keliru, bid’ah atau bernilai kesyirikan. Carilah keberkahan dengan beriman dengan bertakwa kepada ALLAH. ALLAH Ta’al berfirman yang artinya, “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan ayat-ayat Kami itu, maka Kami siksa mereka disebakan perbuatnnya.” (QS. Al A’rof; 96)
            Semoga ALLAH senantiasa melimpahkan kita berbagai keberkahan.At Tauhid: Mencari Berkah

No comments:

Post a Comment