Tuesday, July 8, 2014

At Tauhid : Arti Penting Tawakal




Tawakal adalah menyerahkan segala urusan kepada ALLAH dengan penuh kepercayaan kepada-NYA disertai mengambil sebab yang diizinkan syariat. (Qoulul Mufid 2/52). Berdasarkan pengertian ini, dapat disimpulkan bahwa tawakal yang dilakukan seseorang bisa dinilai sebagai tawakal yang dibenarkan jika terpenuhi dua syarat; kesungguhan hati dalam bersandar kepada ALLAH dan menggunakan sebab yang diizinkan syariat.
Keutamaan Bertawakal
1.      Tawakal adalah setengah agama. Sebagaimana yang tercantum dalam surat Al-fatihah ayat 5, ALLAH berfirman yang artinya, “Hanya kepada-MU kami beribadah dan hanya kepada-MU kami memohon pertolongan.” Para ahli tafsir menjelaskan bahwa induk Al-quran adalah surat al-fatihah. Sedangkan inti dari surat al-fatihah ayat ke-5 diatas. Dengan kata lain, ajaran yang terkandung dalam ayat ini merupakan inti dari ajaran islam. Karena bagian inti dari islam adalah beribadah hanya kepada ALLAH semata. Sementara kita tidak mungkin bisa mewujudkan tujuan ini kecuali hanya dengan pertolongan dari ALLAH. Penggalan pertama ayat ini adalah, “Hanya kepada-MU kami beribadah” merupakan tujuan ajaran islam, sedangkan penggalan kedua, “Hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan” merupakan sarana untuk mewujudkan tujuan inti ajaran islam tersebut.
2.      Tawakal merupakan pondasi tegaknya iman dan terwujudnya amal shaleh. Ibnul qoyyim menyatakan, “Tawakal merupakan pondasi tegaknya iman, ihsan dan terwujudnya seluruh amal shaleh. Kedudukan tawakal terhadap amal seseorang itu sebagaimana kedudukan rangka tubuh bagi kepala. Maka sebagaimana kepala itu tidak bisa tegak kecuali jika ada rangka tubuh, demikian pula iman dan tiang-tiang iman serta amal shaleh tidak bisa tegak kecuali diatas pondasi tawakal.” (Dinukil dari Fathul majid 341)
3.      Tawakal merupakan bukti iman seseorang. ALLAH berfirman yang artinya, “Bertawakallah kalian hanya kepada ALLAH jika kalian orang-orang yang beriman.”(QS. Al Maidah; 23). Ayat ini menunjukkan bahwa tawakal hanya kepada ALLAH merupakan bagian dari iman dan bahkan syarat terwujudnya iman.
4.      Tawakal merupakan amal para nabi alahimus shalatu wasallam. Hal ini sebagaimana keterangan Ibnu Abbas ketika menjelaskan satu kalimat; hasbunallah wa ni’mal wakiil. Yang artinya, “Cukuplah ALLAH menjadi penolong kami dan Dia sebaik-baik dzat tempat bergantngnya tawakal.” Beliau mengatakan, “Sesungguhnya kalimat ini diucapkan oleh Nabi Ibrohim ketika beliau dilempar kea pi. Dan juga yang diucapkan Nabi Muhammad ketika ada orang yang mengabarkan bahwa beberapa suku kafir jazirah arab telah bersatu untuk menyerang kalian (kam muslimin)…”(HR. Al Bukhari dan An Nasa’i)
5.      Orang yang bertawakal kepada ALLAH akan dijamin kebutuhannya. ALLAH berfirman, yang artinya, “Barangsiapa yang bertawakal kepada ALLAH, niscaya ALLAH akan mencukupkan kebuthannya.”(QS. At thalaq; 3)
Macam-Macam Tawakal
            Ditinjau dari sisi tujuannya, tawakal di bagi menjadi dua macam;
1.      Tawakal kepada ALLAH. Bertawakal kepada ALLAH merupakan bentuk ibadah yang sangat agung, sebagaimana yang telah dijelaskan diatas. Tawakal kepada ALLAH baru akan sempurna jika disertai keadaan hati yang merasa butuh kepada ALLAH dan merendahkan diri kepada-NYA serta mengagungkannya.
2.      Tawakal kepada selain ALLAH. Bertawakal kepada selain ALLAH ada beberapa bentuk:

  •          Tawakal dalam hal-hal yang tidak mampu diwujudkan kecuali ALLAH, seperti menurunkan hujan, tolak balak, dan seterusnya. Tawakal jenis ini hukumnya syirik besar.
  •       Tawakal dalam hal-hal yang hanya mampu dilakukan oleh ALLAH namun ALLAH jadikan sebagian makhluknya sebagai sebab untuk terwujudnya hal tersebut seperti kesehatan, rizki,dan keamanan.
  •      Tawakal dalam arti mewakili atau menugaskan orang lain untuk melakukan tugasnya. Tawakal jenis ini hukumnya mubah selama tidak disertai jiwa merasa butuh dan penyandaran hati kepada orang tersebut

Arti Penting Tawakal Dalam Beribadah
            Perlu kita pahami bahwa asa dari segala kebaikan adalah keyakinan bahwa segala sesuatu yang ALLAH kehendaki pasti terjadi dan apa yang tidak ALLAH kehendaki tidak akan terjadi. Karena itu para ulama sepakat bahwa asal dan sumber segala perbuatan baik yang dilakukan hamba adalah karena nikmat ALLAH berrupa taufik yang ALLAH berikan kepada-NYA begitu juga sebaliknya. Ulama juga sepakat bahwa yang dimaksud orang yang mendapatkan taufik adalah orang yang tidak ALLAH biarkan untuk bersandar pada dirinya sendiri, namun menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu bersandar kepada-NYA. Begitu juga sebaliknya. Oleh karena itu, jika asas kebaikan adalah taufik, sementara itu taufik itu ada ditangan ALLAH dan bukan di tangan hamba, maka kunci pokok untuk bisa mendapatkan taufik adalah dengan banyak berdoa disertai hati yang merasa butuh, penuh harap dan cemas dalam meminta taufik kepada-NYA.
            Oleh karena itu, termasuk diantara cirri ahli taufik (orang yang mendapat taufik) adalah orang yang tidak percaya diri dalam agamanya dan tidak yakin mampu menjamin tetapnya hidayah yang ada pada dirinya. Dan ini merupakan kebiasaan Nabi Muhammad dan para sahabat. Diantara dalil yang menunjukkan hal tersebut adalah kebiasaan beliau ketika pagi dan sore membaca; Yaa hay yaa qoyyum, bi rahmatika astaghiitsu, ashkih-liiisya’nii kuliahu, wa laa takiini alaa nafsii tharfata ainin (Wahai Zat Yang Maha Hidup dan Yang Maha Mengurusi Kehidupan makhluk-NYA dengan rahmatMu aku memohon pertolongan, perbaikilah seluruh urusanku dan jangan Engkau pasrahkan pada diriku sekejap matapun). (HR. An nasa’I dan al hakim)
            Kemudian sebaliknya, sebab utama manusia seseat adalah karena tidak mendapat taufik dari ALLAH. Dan umumnya ini terjadi pada orang yang terlalu berpangku pada kemampuan dirinya atau pada orang yang merasa sombong dengan amalnya sehingga merasa pasti masuk surga. Ibnu Mas’ud meriwayatkan, Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda, “… ada orang yang beramal dengan amalan pendduk surga, sehingga jarak antara dirinya dengan surga tinggal satu hasta. Namun ketetapan catatan takdir telah mendahuluinya, kemudian dia melakukan perbuatan penduduk neraka dan akhirnya dia masuk ke neraka…” (HR. Bukhari dan Muslim)
            Dijelaskan oleh sebagian ulama, bahwa salah satu sebab mangapa orang ini menjadi sesat dan mendapatkan su’ul khotimah adalah karena orang ini merasa sudah banyak beramal sehingga menyebabkan dia sombong dan selanjutnya tidak lagi butuh pada hidayah ALLAH. Akhirnya dia menjadi orang yang terlalu percaya diri dan berpangku pada pribadinya. Kemudian ALLAH tidak berikan hidayah kepadanya dan jadilah dia orang yang sesat. Semoga ALLAH melindungi kita…At Tauhid: Arti Penting Tawakal

No comments:

Post a Comment