Tuesday, June 24, 2014

At Tauhid: Terkumpul Sifat Qana'ah Di Pagi Hari



Terkumpul Sifat Qana’ah di Pagi Hari




Jika Tiga Nikmat ini Terkumpul pada Diri Anda di Pagi Hari
            Dari Ubaidilah bin Mihshan Al Anshary dari Nabi shallallahu alaihi wasallam, beliau bersabda, “Barangsiapa diantara kalian mendapatkan rasa aman dirumahnya (pada diri, keluarga, dan masyarakatnya), diberikan kesehatan badan, dan memiliki makanan pokok pada hari itu dirumahnya, maka seakan-akan dunia telah terkumpul pada dirinya.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).
            Hadis diatas menunjukkan bahwa tiga nikmat diatas jika telah ada dalam diri seorang muslim, maka itu sudah jadi nikmat yang besar. Siapa yang pagi hari mendapatkan tiga nikmat tersebut berarti ia telah memiliki dunia seisinya. Lihat Rosysyul Barod Syarh Al Adab Al Mufrod, hal. 160.

Ajaran Sifat Qana’ah
            Hadis diatas dibawakan oleh Ibnu Majah dalam Bab “Qana’ah”. Dimana rizki yang disebutkan dalam hadis tersebut dikatakan cukup dan patut disyukuri. Inilah sifat qana’ah yang harus dimiliki oleh setiap muslim. Pembahasan qana’ah dalam Ibnu Majah tersebut disebutkan pula hadis Abdullah bin Amr bin Al Ash, Rasulullah shallallahu alaihi wasalam bersabda, “Sungguh beruntung orang yang diberi petunjuk dalam Islam, diberi rizki yang cukup, qana’ah dengan rizki tersebut.” (HR. Ibnu Majah).
            Dalam bab yang sama pada Ibnu Majah disebutkan pula hadis, “Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Lihatlah pada orang yang berada dibawah kalian dan janganlah perhatikan orang yang berada diatas kalian. Lebih pantas engkau berakhlak seperti itu sehingga engkau tidak meremahkan nikmat yang telah ALLAH anugerahkan pada mu.” (HR. Ibnu Majah).
            Disebutkan pula hadis Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Yang namanya kaya bukanlah dengan memiliki banyak harta, akan tetapi yang namanya kaya adalah hati yang selalu merasa cukup.” (HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Ibnu Majah). Ghina nafs dalam hadis ini yang dimaksudkan adalah tidak pernah tamak pada segala hal yang ada pada orang lain.
            Dalam hadis diatas terdapat pelajaran dari Ibnu Baththol dimana beliau berkata ketika menjelaskan hadis dalam Shahih Bukhari, “Yang dimaksud kaya bukanlah dengan banyaknya orang yang telah dianugerahi oleh ALLAH harta malah masih merasa tidak cukup. Ia ingin terus menambah dan menambah. Ia pun tidak ambil peduli dari manakah harta tersebut datang. Inilah orang yang fakir terhadap harta , tidak merasa cukup dengan harta. Sikapnya demikian karena niat jelek dan kerakusannya untuk terus mengumpulkan harta. Padahal hakikat kaya adalah kaya hati, yaitu seseorang yang merasa cukup dengan yang sedikit yang ALLAH beri. Ia pun tidak begitu rakus untuk terus menambah.”
            Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Siapa yang terus ingin menambah dan menambah alu tidak pernah merasa cukup atas apa yang ALLAH beri, maka ia tidak disebut kaya hati.” (Syarh Shahih Muslim, 7: 140). Yang dimaksud qana’ah sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Bathtol, “RIdho dengan ketetapan ALLAH Ta’ala dan berserah diri pada keputusan-NYA yaitu segala yang dari ALLAH itulah yang terbaik.” Itulah qana’ah.

Namun Tak Mengapa dengan Kaya Harta
            Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Tidak mengapa seseorang itu kaya asalkan bertakwa. Sehat bagi orang yang bertakwa itu lebih baik dari kaya. Dan hati yang bahagia adalah bagian dari nikmat.”(HR. Ibnu Majah dan Ahmad).
            Jadi tak mengapa kaya asal bertakwa. Yang namanya bertakwa, selalu merasa cukup dengan kekayaan tersebut. ia tidak rakus dengan terus menambah. Kalau pun menambah karena hartanya dikembangkan, ia pun merasa cukup dengankarunia ALLAH yang ada. Dan yang namanya bertakwa berarti selalu menunaikan kewajiban yang berkaitan dengan harta tersebut melalui zakat, menempuh jalan yang benar dalam mencari harta dan menjauhi cara memperoleh harta yang diharamkan Islam.
            Ya ALLAH, anugerahkanlah kami sifat yang mulia ini. Moga kami menjadi hamba yang qana’ah dan kaya hati, yaitu dianugerahkan hati yang selalu merasa cukup.

Muslim Nampak Miskin, Kafir Hidup Kaya
            Mungkin pernah terdetik didalam benak kita, kenapa kita yan seorang muslim, hidupnya jauh lebih sengsara, ketimbang mereka yang hidup di dalam kekafiran. Padahal seorang muslim hidup diatas ketaatan menyembah ALLAH ta’ala, sedangkan orang kafir hidup diatas kekufuran kepada ALLAH.
            Wahai saudaraku seiman, janganlah heran dengan fenomena ini. Karena seorang sahbat Nabi yang mulia pun terheran sambil menangis. Beliau adalah Umar bin Al Khattab radhiyallahu’anhu. Berikut kami nukilan kisah Umar yang termuat dalam kitab Tafsir SUrat Yasin karya Syaikh Ibnu Utsimin rahimahullah.
            Suatu hari Umar mendatangi rumah Nabi shallallahu alaihi wasallam. Dan beliau sedang tidur diatas dipan yang terbuat dari serat, sehingga terbentuklah bekas dipan tersebut di lambung beliau shallallahu alaihi wasallam. Tatkala Umar melihat hai itu, maka ia pun menangis kemudian Nabi bertanya, “Apa yang engkau tangisi wahai Umar?”
            Umar menjawab, “Sesungguhnya bangsa Persia dan Roma diberikan nikmat dengan nikmat dunia yang sangat banyak, sedangkan engkau dalam keadaan seperti ini?” nabi pun berkata, “Wahai Umar, sesungguhnya mereka adalah kaum yang ALLAH segerakan kenikmatan di kehidupan dunia mereka.” (HR. Al-Bukhari).
            Didalam hadis ini menunjukkan bahwa orang-orang kafir disegerakan nikmatnya oleh ALLAH di dunia, dan boleh jadi itu adalah istidraj (agar ia semakin tenggelam dalam kekafirannya) dari ALLAH. Namun apabila mereka mati kelak, sungguh adzab yang ALLAH berikan sangatlah pedih. Dan afzab itu semakin bertambah tatkala mereka terus berada di dalam kedurhakaan kepada ALLAH ta’ala.
            Maka saudaraku, sungguh ALLAH telah memberikan kenikmatan yang banyak kepada kita, dan kita lupa akan hal itu, kenikmatan itu adalah kenikmatan Islam dan iman. Dimana hal ini yang membedakan kita semua dengan orang kafir. Sungguh kenikmatan di dunia, tidaklah bernilai secuil pun dibanding kenikmatan di akhirat.
            Mari kita bandingkan antara dunia dan akhirat, dengan membaca sabda Rasullullah shallallahu alaihi wasallam, “Demi ALLAH! Tidaklah dunia itu dibandingkan dengan akhirat, kecuali seperti salah seorang dari kalian yang mencelupkan jarinya ke lautann. Maka perhatikanlah jari tersebut kembali membawa apa?” (HR. Muslim).
            Lihatlah saudaraku, dunia itu jika dibandingkan dengan akhirat hanya dimisalkan dengan seseorang yang mencelupkan jarinya ke lautan, kemudian ia menarik jarinya. Perhatikanlah, apa yang ia dapatkan dari celupan tersebut. jari yang begitu kecil dibandingkan dengan lautan yang luas, mungkin hanya beberapa tetes saja.
            Sebagai penutup tulisan ini, kami petikan kisah seorang hakim dari Mesir, beliau adalah Al-Hafizh Ibnu Hajar. Suatu hari Ibnu Hajr melewati seorang yahudi yang menjual minyak zaitun, yang berpakaian kotor, dan Ibnu Hajr sedang menaiki kereta yang ditarik oleh kuda-kuda, yang dikawal oleh para penjaga di sisi kanan dan di kiri kereta.
            Kemudian yahudi tersebut menghentikan kereta beliau dan berkata, “Sesungguhnya Nabi kalian telah bersabda, “Dunia adalah penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang kafir” (HR. Muslim). Engkau adalah Hakim Agung Mesir. Engkau dengan rombongan pengawal seperti ini, penuh dengan kenikmatan, sementara aku di dalam penderitaan dan kesengsaraan.”
            Ibnu Hajr rahimahullah menjawab, “Aku dengan nikmat dan kemewahan yang aku rasakan ini dibandingkan dengan kenikmatan di Surga adalah penjara. Ada pun engkau dengan kesengsaraan yang engkau rasakan, dibandingkan dengan adzab yang engkau rasakan di Neraka adalah Surga.” At Tauhid: Terkumpul Sifat Qana'ah Di Pagi Hari

No comments:

Post a Comment