Tuesday, June 25, 2013

At-Tauhid: Pengaruh Iman Kepada Sifat Rahmat ALLAH



Pengaruh Iman Kepada Sifat Rahmat ALLAH
            Kaum muslimin yang dirahmati ALLAH, mengimani sifat-sifat ALLAH adalah kewajiban kita sebagai seorang muslim. Salah satu sifat ALLAH yang wajib untuk kita yakini adalah sifat rahmat/kasih sayang. ALLAH Ta’ala memiliki sifat rahmat. Sifat ini telah ditetapkan di dalam al-Kitab maupun as-Sunnah.
            Misalnya, ALLAH Ta’ala berfirma dalam surat Al-Fatihah yang artinya, “Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”. (QS. Al Fatihah; 3). ALLAH Ta’ala juga berfirman yang artinya, “Dan adalah ALLAH itu Maha Penganpunan Lagi Maha Penyayang”. (QS. An-Nisaa’; 96).
            Didalam Sunnah, misalnya dalam hadis yang diriwayatkan oleh Umar bin al-Khathatbab, beliau menceritakan bahwa suatu ketika ada serombongan tawanan perang yang dihadapkan kepada Rasulullah. Di tengah-tengah mereka ada seorang ibu yang kebingungan mencari bayinya. Setiap kali menemukan seorang bayi maka dia pun mendekap dan menyusuinya. Maka, Rasulullah bertanya kepada para sahabat, “Apakah menurut kalian ibu ini tega untuk melemparkan bayinya kedalam kobaran api?”. Para sahabat menjawab, “Tidak, demi ALLAH!”. Lalu Nabi bersabda, “Sungguh ALLAH lebih penyayang kepada hambanya daripada ibu ini kepada anaknya”. (HR. Bukhari dan Muslim)
            Namun, perlu dicermati bahwa rahmat ALLAH itu terbagi menjadi dua; rahmat yang umum dan rahmat yang khusus. Rahmat yang umum diperoleh siapa pun, orang beriman maupun orang kafir, orang yang taat maupun yang maksiat. Yang dimaksudkan adalah rahmat di dunia semata. Sebagaimana firman ALLAH yang menceritakan ucapan para malaikat yang artinya, “Wahai Rabb kami, maha luas rahmat dan ilmu-MU meliputi segala sesuatu”. (QS. Ghafir/ Al Mu’min; 7)At-Tauhid: Pengaruh Iman Kepada Sifat Rahmat ALLAH
           
Adapun rahmat yang khusus adalah yang diperuntukan bagi orang yang beriman dan bertakwa. Hal ini diperoleh tidak hanya di dunia, bahkan juga di akhirat. ALLAH Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan rahmat-KU maha luas mencakup segala sesuatu. Akan tetapi akan Aku tetapkan hanya untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami”. (QS. Al-A-raaf; 156).
            Rahmat ALLAh yang bersifat umum dapat kita saksikan bukti-buktinya berupa segala macam nikmat dunia yang dirasakan oleh manusia. Air, udara, cahaya matahari, makan dan minuman, pakaian, tempat tinggal dan lain seebagainya. Semua orang bisa mendapatkannya tanpa membeda-bedakan agama dan keyakinan mereka.
            Adapun rahmat ALLAH yang bersifat khusus dapat kita lihat di dunia dengan nikmat hidayah yang ALLAH berikan kepada umat manusia dan diyakini oleh kaun muslimin yaitu dengan turunnya Al-Quran, diutusnya para rasul dan diturunkannya kitab-kitab. Innilah rahmat yang khusus dan menjamin kebahagian yang sesungguhnya.
            ALLAH Ta’ala berfirman, “Sungguh Kami telah mengutus kepada setiap umat seorang Rasul yang mengajak; sembahlah ALLAH dan jauhilah thaghut. Maka diantara mereka ada yang ALLAH berikan hidayah dan ada yang tetap padanya kesesatan”. (QS. An-Nahl; 36)
            ALLAH Ta’ala juga berfirman yang artinya, “Alif lam lim. Inilah kitab Al-Quran. Tidak ada keraguan sama sekali di dalamnya. Petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa; yaitu orang-orang yang mengimani yang gaib dan mendirikan infak dari sebagian rizki yang Kami berikan kepada mereka. Dan orang-orang yang mengimani apa yang diturunkan kepadamu dan apa-apa yang diturunkan sebelummu, dan mereka menyakini hari akhirat. Mereka itulah yang berada diatas petunjuk dari Rabb mereka, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung”. (QS. Al-Baqarah; 1-5)
            ALLAH Ta’ala berfirman yang artinya, “Maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-KU maka dia tidak akan sesat dan tidak akan binasa”. (QS. Thaha; 123). Keimanan terhadap sifat rahmat ALLAH ini memiliki banyak  dampak positif dan pengaruh kuat terhadap jiwa dan perilaku seorang hamba. Diantaranya adalah:
            Pertama: Menumbuhkan kecintaan kepada ALLAH. Dimana ALLAH telah menganugerahkan berbagai macam nikmat kepada hamba-hamba-NYA. Termasuk di dalam cakup nikmat ini adalah apa yang disyariatkan oleh-NYA. Misalnya, ALLAH Ta’ala berfirman yang artinya, “Hanya saja ALLAH mengharamkan kepada kalian bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang disembelih untuk selain ALLAH. Barang siapa yang terpaksa, tanpa melampauii batas dan tidak berrlebihan sehingga memakannya maka tidak ada dosa atasnya. Sesungguhnya ALLAH Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Al-Baqarah; 173)
            Maka, apabila seseorang tidak mendapatkan makanan pada keadaan dia sangat lapar dan hamper mati kecuali bangkai, maka ketika itu diperbolehkan baginya untuk memakan bangkai. Tidak ada dosa atasnya. Maka keringanan ini adalah bukti kasih sayang ALLAH kepada Hamba-hamba-NYA. Oleh sebab itu hal ini akan menumbuhkan rasa cinta pada  diri seorang hamba kepada Rabbnya.
            ALLAH Ta’ala juga berfirman yang artinya, “Dan janganlah kalian membunuh diri-diri kalian. Sesungguhnya ALLAH adalah sangat penyyang kepada kalian”. (QS. An-Nisaa; 29) oleh sebab itu segala perkara yang menjerumuskan manusia kepada kebinasaan dilarang oleh ALLAH. Perbuatan bunuh diri dengan segala macam bentuk dan sebabnya. Hal ini menunjukkan besarnya kasih sayang ALLAH kepada seorang hamba. Dan tentu saja hal itu akan membuahkan rasa cinta di dalam hati seorang hamba kepada Rabbnya.
            Kedua: Iman kepada rahmat ALLAH akan membukakan pintu roja’/harapan terhadap ampunan dan kasih sayang-NYA. Sehingga seorang hamba akan terbebas dari sikap putus asa terhadap rahmat ALLAH. Dan dengan keyakinan semacam ini seorang hamba akan mau bertaubat sebesar apapun dosa yang pernah dilakukannya.
            ALLAH Ta’ala berfirman, “Maka barang siapa yang bertaubat setelah kezaliman yang dilakukannya dan melakukan perbaikan, maka ALLAH akan menerima taubatnya. Sesungguhnya ALLAH Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Al-Ma’idah; 39)

            ALLAH Ta’ala berfirman, “Katakanlah kepada hamba-hamba-KU yang melampaui batas terhadap dirinya; janganlah kalian berputus asa dari rahmat ALLAH. Sesungguhnya ALLAH menampuni segala bentuk dosa. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Az-Zumar; 53)
            Ketiga:  Iman kepada rahmat ALLAH akan membuahkan pengaruh pada diri seorang hamba untuk menempuh sebab-sebab yang mengantarkan dirinya untuk menggapai rahmat-NYA yang sesungguhnya. ALLAH Ta’ala berfirman yang artinya, “Sesungguhnya rahmat ALLAH itu dekat dengan orang-orang yang berbuat ihsah”. (QS. Al-A’raaf; 56)
            Sementara makna dari berbuat ihsan tidak hanya terbatas berbuat baik kepada makhluk, bahkan termasuk makna ihsan yang tertinggi adalah ihsan dalam beribadah kepada ALLAH. Sebagaimana disebutkan oleh Rasulullah dalam hadis Jibril yang sangat masyur, “Ihsan adalah kamu beribadah kepada ALLAH seolah-olah melihat-NYA. Dan apabila kamu tidak sanggup beribadah seolah melihat-NYA, maka sesungguhnya DIA Melihat dirimu”. (HR. Muslim dari Umar bin Khaththab)
            Maka siapa saja yang ingin menggapai rahmat ALLAH hendaklah dia berbuat ihsan dalam beribadah, yaitu dengan mentauhidkan-NYA dan menjauhi syirik, ikhlas dan tidak riya, memurnikan ibadah untuk ALLAH semata bukan untuk mencari kesenangan dunia atau popularitas di kalangan manusia. Selain itu, hendaklah dia juga bergaul dengan manusia dengan akhlak yang utama. Inilah sebab untuk meraih rahmat dan ridha-NYA.
            Dengan merenungkan manfaat dan pengaruh yang timbul dengan beriman terhadap sifat rahmat ALLAH inilah, kita bisa menyadari betapa dalam hikmah yang terkandung di dalam ayat ar-Rahmanir Rahim yang senantiasa kit abaca di dalam sholat kita, yaitu yang tercantum dalam surat al-Fatihah; surat yang paling agung di dalam Kitab-NYA.
Sebab, dengan mengimani sifat rahmat ALLAH itulah seorang hamba akan mencintai ALLAH di atas kecintaannya kepada apa pun juga. Dengan mengimani sifat rahmat ALLAH pula seorang hamba akan terdorong untuk keluar dari kegelapan dosa menuju luasnya ampunan ALLAH dan rahmat-NYA. Karena keimanan kepada sifat rahmat ALLAH inni juga, seorang hamba akan berjuang untuk menggapai kedekatan dan kemulian di sisi-NYA.At-Tauhid: Pengaruh Iman Kepada Sifat Rahmat ALLAH

Wal shallalllaahu ala Nabiyyir rahmah, wa ala alihi wa man tabi’ahum bi ihsanin ila yaumil qiyaamah. Walhamdulillaahilladzii laa ilaaha illa huwa, wahdahu laa syariika lah. Laa na’budu illa iyyah.wa laa haula wa laa quwwata illa billaah.

No comments:

Post a Comment