Tuesday, June 25, 2013

At-Tauhid: Faidah Seputar Tauhid



Faidah Seputar Tauhid
            Syaikh as Sa’di berkata: “Tidak ada suatu perkara yang memiliki dampak yang baik serta keutamaan yang beraneka ragam seperti halnya tauhid. Karena sesungguhnya kebikan di dunia dan diakhirat itu semua merupakan buah dari tauhid dan keutamaan yang muncul darinya”. (Lihat al-Qaul as Sadid fi Maqashid at Tauhid, hal 16).
Bukan Istilah Baru
            Sahabat Ibnu Abbas mengatakan : Ketika mengutus Mu’ads menuju Yaman, Nabi berpesan kepadanya, “ Sesungguhnya kamu akan menjumpai suatu kaum dari kalangan Ahli Kitab. Hendaklah yang pertama kali kamu serukan kepada mereka adalah supaya mereka mentauhidkan ALLAH Ta’ala…”. (HR. Bukhari dalam kitab At-Tauhid).
            Sahabat Ibnu Umar meriwayatkan bahwa Nabi bersabda, “Islam dibangun diatas lima perkara : tauhid kepada ALLAH, mendirikan sholat, menunaikan zakat, puasa ramadhan dan haji”. (HR. Muslim dalam kitab Al-Iman).At-Tauhid: Faidah Seputar Tauhid
Sebab Keamanan dan Hidayah
            Tauhid merupakan sumber keamanan dan hidayah.  ALLAH Ta’ala berfirman yang artinya, “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuri keimanan mereka dengan kezaliman yaitu syirik, maka mereka itulah orang-orang yang akan mendapatkan keamanan dan mereka itulah orang-orang yang diberikan hidayah”. (QS. Al An’aam; 82).
            Syaikh Muhammad bin Abdul Aziz Al-Qar’arwi berkata,”ALLAH memberitakan kepada kita bahwasanya barang siapa yang mentauhidkan-NYA dan tidak mencampuri tauhid dengan syirik maka ALLAH menjanjikan atasnya keselamatan dari masuk ke dalam neraka di akherat serta ALLAH akan membimbingnya menuju jalan yang lurus di dunia”. (Lihat al-Jadid fi Syarh Kitab at Tauhid, hal 35).
Kunci Keselamatan
            Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Sesungguhnya orang-orang kafir itu seandainya mereka memiliki segala sesuatu yang ada di bumi seluruhnya dan yang serupa dengannya untuk menebus siksaan di hari kiamat nanti niscaya hal itu tidak akan terima dan mereka layak untuk mendapatkan siksaan yang sangat menyakitkan”. (QS Al-Ma’idah; 36).
            Dari Itban bin Malik, Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya ALLAH mengharamkan api neraka kepada orang-orang yang mengucapkan laa ilaha illallah dengan ikhlas karena ingin mencari wajah ALLAH”. (HR. Bukhari dalam kitab ash- Sholah dan Muslim dalam Kitab al-Iman)
            Dari Utsman bin Affan, Rasulullah bersabda, “Barang siapa yang meninggal dalam keadaan mengetahui bahwa tidak ada sesembahan yang benar selain ALLAH, niscaya dia akan masuk ke dalam surga”. (HR. Muslim dalam kitab al-Iman)
            Dari Abdullah bin Mas’ud, beliau berkata: Rasulullah bersabda, “Barang siapa yang meninggal dalam keadaan mempersekutukan ALLAH dengan sesuatu apa pun, niscaya dia masuk ke dalam neraka”. Dan Ibnu Mas’ud berkata, “Barang siapa yang meninggal dalam keadaan tidak mempersekutukan ALLAH dengan sesuatu apapun, maka  dia pasti akan masuk surga”. (HR. Bukhari dalam kitab al-Jana’iz dan Muslim dalam Kitan al-Iman)
            Syaikh as- sadi berkata, “Diantara keutamaan tauhid yang paling agung adalah ia merupakan sebab yang menghalangi kekalnya seornag di dalam neraka, yaitu apabila dalam hatinya masih terdapat tauhid meskipun seberat biji sawi. Kemudian, apabila tauhid itu sempurna di dalam hati maka akan menghalangi masuk neraka secara keseluruhan atau tidak masuk neraka sama sekali (Lihat al-Qaul as- Sadid fi Maqahid at Tauhid, hal. 17)
Syarat Diterimanya Amalan
            ALLAH Ta’ala berfirman yang artinya, “Barang siapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Rabbnya hendaklah dia beramal shalih dan tidak mempersekutukan sesuatu apa pun dalam beribadah kepada Rabb-nya”. (QS. Al-Kafi; 110).
            ALLAH Ta’ala berfirman yang artinya, “Sungguh, telah diwahyukan kepadamu dan orang-orang sebelummu; seandainya kamu berbuat syirik maka pasti akan lenyap seluruh amalanmu, dan kamu pasti akan termasuk golongan orang-orang yang merugi”. (QS. Az-Zumar; 65)
            Syaikh Muhammad at-Tamimi berkata,”Ketahuilah bahwa ibadah tidaklah disebut dengan ibadah kecuali jika brrsama dengan tauhid. Sebagaimana sholat tidak disebut sholat kecuali jika bersama dengan thaharah. Apabila syirik memasuki ibadah maka rusaklah ia, sebaimana hadast yang menimpa pada orang yang telah bersuci”. (Lihat al-Qawa’id al-Arba)
Perintah Yang Paling Agung
            ALLAH Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan tidaklah mereka diperintahkan melainkan supaya beribadah kepada ALLAH dengan memurniakan agama untuk-NYA dengan menjalankan ajaran agama yang hanif, mendirikan sholat dan menunaikan zakat. Itulah agama yang lurus”. (QS. Al-Bayyinah; 5).
            Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda, “Iman itu terdiri tujuh puluh lebih atau enam puluh lebih cabang. Yang paling utama adalah ucapan laa ilaha illallah, yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan, dan rasa malu adalah salah satu cabang keimanan “. (HR. bukhari dalam kitab al-Iman dan muslim)
            Imam an—Nawawi berkata, “Nabi telah menegaskan bahwa yang paling utama diantara semua cabang itu adalah tauhid; yang hukumnya wajib atas setiap orang dan tidaklah dianggap sah cabang-cabang iman yang lain kecuali setelah sahnya hal ini”. (Lihat Syarh Muslim)
            Syaikh as-Sa’di berkata, “Perkara paling agung yang diperintahkan ALLAH adalah tauhid, yang hakikat tauhid itu adlah mengesakan ALLAH dalam ibadah. Tauhid itu mengandung kebaikan bagi hati, memberikan kelapangan, cahaya, dan sikap lapang dada. Dan kapan tauhid itu pula akan lenyaplah berbagai kotoran yang menodainya. Pada tauhid itu terkandung kemaslahatan bgi badan, serta bagi kehidupan dunia dan akhirat. Adapun perrkara paling besar yang dilarang ALLAH adalah syirik dalam beribadah kepada-NYA. Yang hal itu menimbulkan kerusakan dan penyesalan bagi hati, bagi badan, ketika di dunia dan akhirat. Maka segala kebikan di dunia dan di akhirat itu seemua adalah buah dari tauhid. Demikian pula, semua keburukan di dunia dan di akhirat, maka itu semua adalah buah dari syirik”. (Lihat al-Qawa’id al-Fiqhiyah, hal 18).
            Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin berkata, “Sesungguhnya tauhid menjadi perrintah yang paling agung disebabkan ia merupakan pokok seluruh ajaran agama. Oleh sebab itu Nabi shallallahu alaihi wasallam memulai dakwahnya dengan ajakan itu (tauhid), dan beliau pun memerintahkan kepada orang yang beliau utus untuk berrdakwah agar memulai dakwah dengannya”. (Lihat Syarh Tsalatsat al-Ushul, hal. 41).
Pondasi Kebahagian
            Syaikh Abdul Malik Ramadhani berkata, “Tauhid ini memiliki kedudukan laksana pondasi bagi suatu bangunan”. (Lihat Sitti Durar min Ushul Ahli al-Atsar, hal.13). ALLAH Ta’ala berfirman yang artinya, “Manakah yang lebih baik; orang yang menegakkan bangunannya diatas pondasi ketakwaan kepada ALLAH dan keridhaan-NYA, ataukah orang yang menegakka bangunannya diatas tepi jurang yang akan runtuh dan ia pun akan runtuh bersamanya ke dalam neraka Jahanam”. (QS. At-Taubah; 109)
            Syaikh Abdul Malik Ramadhani berkata, “Hal itu dikarenakan ayat ini turun berkenaan dengan kaun munafikin yang membangun mesjid untuk sholat di dalamnya. Akan tetapi tatkala mereka tidak membarengi amalan yang agung dan utama ini (membangun mesjid) dengan keikhlasan di dalam hatinya, maka amalan itu tidak bermanfaat sama sekali bagi mereka. Bahkan, justru amalan itu yang akan menjerumuskan mereka jatuh ke dalam Jahanam, sebagaimana ditegaskan di dalam ayat tersebut”. (Lihat Sittu Durar min Ushul Ahli Al- Atsar, hal. 13).
Kunci Ampunan
            ALLAH Ta’ala berfirman yang artinya,”Sesungguhnya ALLAH tidak akan mengampuni dosa syirik, dan akan mengampuni dosa-dosa lain dibawah tingkatan syirik, yaitu bagi orang-orang yang ALLAH kehendaki”. (QS. An-Nisaa’; 48).
            Dari Anas bin Malik, Rasulullah bersabda; “Wahai anak Adam! Seandainya kamu datang kepada-KU dengan membawa dosa hamper sepenuh isi bumi lalu kamu menemui-KU dalam keadaan tidak mempersekutukan-KU dengan sesuatu apapun, niscaya AKU pun akan mendatangimu dengan ampunan sebesar itu pula”. (HR. Tirmidzi)
Sebab Kejayaan dan Kemuliaan
            ALLAH Ta’ala berfirman yang artinya, “ALLAH menjanjikan kepada orang-orang yang beriman diantara kalian dan beramal shalih, bahwa DIA sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana DIA telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan DIA sungguh akan meneguhkan bagi mereka dengan agama yang telah DIA ridhai. Dan dia benar-benar akan mengubah keadaan mereka, setelah berada dalam ketakutan menjadai aman sentosa. Mereka tetap menyembah-KU dengan tidak mempersekutukan-KU dengan sesuatu apa pun”. (QS. An-Nuur; 55)
            ALLAH Ta’ala berfirman yang artinya, “Seandainya penduduk negeri itu beriman dan berrtakwa niscaya KAMI akan bukakan bagi mereka keberkahan dari langit dan bumi”. (QS. Al-Araf; 96)
            Syaikh as-Sa’di berkata,”Tidak ada suatu perkara yang memiliki dampak yang baik serta keutamaan yang beraneka ragam seperti halnya tauhid. Karena sesungguhnya kebaikan di dunia dan di akhirat itu semua merupakan buah dari tauhid dan keutamaan yang muncul darinya”. (Lihat al-Qaul As Sadid fi Maqashid at Tauhid. Hal, 16).
Syarat Untuk Mendapatkan Syafa’at
            Dari Abu Hurairah, beliau berkata; Rasulullah bersabda, “Setiap Nabi memiliki sebuah doa yang mustajab, maka semua Nabi bersegerra mengajukan doanya itu. Adapun aku menunda doaku itu sebagai syafa’at itu dengan kehendak ALLAH akan diperoleh setiap orang diantara umatku yang meninggal dan tidak mempersekutukan ALLAH dengan sesuatu apapun”. (HR. muslim dalam Kitab al-Iman)At-Tauhid: Faidah Seputar Tauhid
Wallahu a’alam bish shawab


No comments:

Post a Comment