Friday, June 21, 2013

At-Tauhid: Keutamaan Dan Adab Dzikrullah



Keutamaan Dan Adab Dzikrullah

            ALLAH Ta’ala berfirman yang artinya, “Wahai orang-orang yang berfirman, ingatlah ALLAH dengan dzikir yang banyak”. (QS Al-Ahzaab: 41). Ibnu Katsir berkata, “Dari Ibnu Abbas, beliau berkata, “Sesungguhnya ALLAH tidaklah memerintahkan sebuah kewajiban atas hamba-NYA, melainkan menyebutkan batas-batas kewajiban tersebut dan member ‘udzur bagi orang-orang yang tidak mampu melakukannya, kecuali dzikir. ALLAH tidak membatasi kewajiban berdzikir dengan batasan tertentu dan tidak pula memberri udzur bagi orang yang meninggalkanya, kecuali orang yang tidak sengaja meninggalkanya.
            ALLAH berfirman yang artinya: “Maka ingatlah ALLAH di waktu berdiri, duduk dan berbaring”. (QS An-Nisaa: 103). “Pada waktu malam dan siang, didaratan dan dilautan, ketika sedang menetao maupun dalam perjalanan, di waktu kaya maupun miskin, sedang sehat ataupun sedang sakit, dalam keramaian maupun dalam kesendirian, dan dalam segala hal”. (Tafsir Ibnu Katsir).

Membangun Masyarakat yang Gemar Berdzikir

            Banyak problematika dalam kehidupan bermasyarakat, jika diusut dan dicari benag merahnya maka akan kita dapatkan bahwa faktor utama penyebabnya adalah jauhnya kita dari dzikrullah. Disini penulis menghimbau semua pihak agar proses menuju masyarakat yang gemar berdzikir dimulai dari membiasakan diri pribadi untuk memperbanyak dzikir. Jadikan semboyan dalam hidup ini: “Tiada hari tanpa Berdzikir”. Agar kita semangat untuk berdzikir, sangat dianjurkan untuk mengetahui dan menyadari tentang keutamaan dzikir. Diantara keutamaannya:
1.      Dzikir merupakan salah satu tujuan disyariatkannya ibadah
ALLAH Ta’ala berfirman yang artinya, “Maka beribadahlah kepada-KU dan dirikanlah shalat untuk mengingat-KU”. (QS Thaaha: 14). Dan Rasululllah bersabda yang artinya, “Sesungguhnya disyari’atkannya thawaf, sa’I antara Shafa dan Marwah, dan melempar jamrah adalah dalam rangka untuk menegakkan dzikrullah”. (HR Ahmad, Abu Dawud, At-Tirmidzi, dan At-Tirmidzi berkata: “Hadis ini hasan shahih”).
2.      Dzikir merupakan senjata utama melawan dan mengusir syaitan
Dalam hadis Abu Hurairah, Rasulullah bersabda yang artinya: “Janganlah kalian menjadikan rumah-rumah kalian seperti kuburan. Sesungguhnya syaitan akan lari dari rumah yang dibacakan di dalamnya surat Al-Baqarah”. (HR. Muslim)
Ibnu Abbas berkata,”Syaitan itu terdiam di dalam hati anak Adam. Apabila seseorang itu lalai, lengah, dan lupa mengingat ALLAH, maka syaitan pun menggodanya. Sedangkan jika ia berdzikir mengingat ALLAH, amaka syaitan pun lari bersembunyi”. (Mushannaf Ibn Abi Syaibah, 7/135).

3.      Hidup menjadi lapang dengan berdzikir
ALLAH berfirman yang artinya, “Dan barang siapa berpaling dari mengingat-KU, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”. (QS Thaaha: 124).
4.      Dzikir sebagai pembeda antara mu’min dan munafik
ALLAH Ta’ala berfirman yang artinya, “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu ALLAH, dan ALLAH akan membalas tipuan mereka.dan apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya’ dihadapan manusia. Dan tidaklah mereka mengingat ALLAH kecuali sedikit sekali”.  ( QS An-Nisaa: 142).
Hendaknya kita tidak merasa aman dari bahaya kemunafikan. Barangkali kita bukan termasuk orang yang suka berdusta, tidak pernah ingkar janji, selalu menjaga amanah, dan lain sebagainya. Akan tetapi, apakah kita termasuk orang-orang yang banyak berdzikir?
5.      Dzikir menyejukkan hati
ALLAH berfirman yang artinya, “Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat ALLAH. Ingatlah, hanya dengan mengingat ALLAH hati menjadi tenteram”. (QS Ar-Ra’d: 28)




Menjadi Insan Yang Banyak Berdzikir


            ALLAH Ta’ala berfirman yang artinya,”…. Laki-laki dan perempuan yang banyak mengingat ALLAH, ALLAH telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar”.  (QS Al-Ahzaab:35). Kapan seorang muslim atau muslimah dikatakan sebagai orang-orang yang banyak berdzikir?. Ibnu Abbas berkata ketika menafsirkan laki-laki dan perempuan yang banyak berrdzikir, “Maksudnya adalah yang berdzikir setelah sholat, berdzikir pagi dan petang, berdzikir sebelum tidur dan sesudah bangun tidur, berdzikir setiap keluar masuk rumah”.
            Mujahid rahimahullah berkata, “Seseorang tidak termsuk ke dalam golongan orang-orang yang banyak berdzikir sampai ia berdzikir dalam semua keadaannya baik ketika sedang berdiri, duduk, atau berbaring”. (Tafsir Al-Wasiith, Al-Waahidy Asy-Syaafi’iy, 3/471).
Adab-adab Berdzikir

            Setelah mengetahui keutamaan berdzikir, hendaknya seorang muslim menghiasi hari-harinya dengan dzikrullah. Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Hendaknya engkau senantiasa membasahi lidahmu dengan dzikrullah”. (HR. Ahmad). Di dalam berdzikir, seorang muslim dianjurkan untuk melakukannya dengan adab-adab sebagai berikut:
1.      Berdzikir dengan suara yang lemah lembut dan penuh kekhusyu’an
ALLAH berfirman yang artinya, “Dan berdzikirlah mengingat Tuhanmu dalam dirimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, diwaktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai”. (QS. Al-Araaf:205)
2.      Tidak berteriak dan mengeraskan suaranya
Dari Abu Musa Al-Asy-aru berkata, “tatkala orang-orang meninggikan suara mereka dalam berdoa di sebuah perjalanan, maka nabi shallallaahu alaihi wasallam menegur mereka dengan bersabda: “Wahai manusia, sayangilah diri kalian! Sesungguhnya kalian tidak sedang berdoa kepada sesuatu yang bisu dan jauh. Akan tetapi Dia adalaha Dzat yang Maha Mendengar lagi dekat, bahkan lebih dekat dengan kalian daripada leher tunggangan kalian”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
3.      Jika berada dalam sebuah jama’ah (baik jama’ah shalat, jama’ah pengajian maupun jama’ah dalam kendaraan) maka hendaknya masing-masing berdzikir dengan suaranya sendiri-sendiri.
Dalilnya adalah dari Anas bin Maalik, berkata, “Kami berangkat bersama Rasulullah di waktu pagi hari itu (hari arafah pada haji Wada’)dari Mina menuju Arafah. Diantara kami ada yang bertakbir, ada pula yang bertalbiyah. Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam tidak mengingkarinya”. (HR Ibnu Maajah. Syaikh Al-Albaany berkata, “Shahih”).
Seandainya melakukan dzikir dengan cara berjama’ah disyari’atkan, tentunya Nabi shallallaahu alaihi wasallam adalah orang yang paling tepat mencotohkan hal itu kepada umatnya dan seharusnya melarang para sahabat pada waktu itu karena ketidakkompakan mereka dalam berdzikir.
4.      Jika dzikir yang dilakukan berupa membaca Al-Quran maka tidak dibolehkan membacanya dalam keadaan hadas besar, baik membacanya dengan hafalan apalagi membacanya membuka mushaf
Dari Ali bin Abi Thaalib berkata, “Rasulullah pernah mendatangi jamban untuk membuang hajatnya. Setelah keluar dari jamban, lalu beliau makan daging dan roti bersama kami, dan membaca AL-Quran. Tidaklah menghalangi beliau dari membaca Al-Quran kecuali ketika beliau dalam keadaan junuh”. (HR. Ibnu Khuzaimah, Shahih)
5.      Hendaknya berdzikir dengan penuh keikhlasan hanya mengharap pahala dan balasan dari ALLAH saja
ALLAH berfirman yang artinya, “Dan tidaklah mereka diperintahkan kecuali supaya beribaddah kepada ALLAH dengan memurnikan ketaatan kepada-NYA dalam menjalankan agama dengan lurus…”. (QS. Al-Bayyinah:5)At-Tauhid: Keutamaan Dan Adab Dzikrullah

Wallaahu a’alam. Wa shallallaahu alaa nabiyyinaa Muhammad


No comments:

Post a Comment