Semua kita sudah
mengetahui bahwa Al-quran dan hadis adalah pedoman hidup seemua manusia. Namun
mengapa ketika kita temukan dia orang yang mengaku berpedoman pada Al-quran dan
hadis, mereka saling berbeda keyakinan dan masing-masing mengklaim kebenaran
pada dirinya? Ini menunjukkan kebenaran pada dirinya? Ini menunjukkan Al-quran
dan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam ternyata dapat ditafsirkan
secara beragam dan dipahami berbeda-beda oleh masing-masing individu. Jika
demikian maka pertanyaannya adalah siapakah sebetulnya di dunia ini yang paling
memahami Al-quran serta sabda-sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam?
Jawabnya, merekalah orang-orang yang hidup dekat dengan masa Nabi shallallahu
alaihi wasallam. Merekalah yang disebut generasi salaf.
Makna Salaf
Salaf secara bahasa artinnya, setiap
amalan shalih yang telah lalu; segala sesuatu yang terdahulu; setiap orang yang
telah mendahuluimu, yaitu nenek moyang atau kerabat (Al qamus al muhith).
Secara istilah, yang dimaksud salaf adalah 3 generasi awal umat islam yang
merupakan generasi terbaik, yaitu para sahabat nabi, para tabi’in dan tabi’ut
tabi’in. nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Sebaik-baik umat adalah
generasiku kemudian setelahnya, kemudian setelahnya.” (dalam silsilah Huda Wan
Nuur). Oleh karena itu mereka disebut generasi As Salafus Shalih.
Kebenaran Pemahaman Generasi Salaf
Tidak ada yang meragukan bahwa
merekalah orang-orang yang paling memahami islam yang diajarkan oleh Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam. Para sahabat menyaksikan wahyu turun dan menjadi
saksi bagaimana Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengamalkannya. Para
tabi’in pun mendapat ilmu langsung dari para sahabat. Demikian juga para
tabi’ut tabi’in yang meneladani mereka dengan baik.
Seorang sahabat yang mulia, ibnu
mas’ud berkata, “ALLAH Ta’ala memperhatikan hati-hati hambanya, lalu ia memilih
Muhammad shallallahu alaihi wasallam dan mengutusnya dengan risalah. Lalu ALLAH
Ta’ala memperhatikan hati-hati manusia, lalu ia memilih para sahabat Nabi,
kemudian menjadikan mereka sebagai pendamping Nabi-Nya dan pembela agama-Nya.
Maka segala sesuatu yang dipandang baik oleh kaum mu’minin yaitu Rasulullah dan
para sahabatnya, itulah yang baik di sisi ALLAH. Maka segala sesuatu yang
dipandang buruk oleh kaum mu’minin, itulah yang buruk di sisi ALLAH” (HR.
Thabrani)
Maka bila kita ingin memahami islam
dengan benar, tentunya kita merujuk pada pemahaman orang-orang yang ada pada 3
generasi tersebut. “Siapa saja yang mencari teladan, teladanilah para sahabat
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Karena merekalah orang yang paling baik
hatinya diantara umat ini, paling mendalam ilmu agamnya, umat yang paling
sedikit dalam berlebih-lebihan, paling lurus bimbingannya, paling baik
keadaannya. ALLAH telah memilih mereka untuk mendampingi Nabi shallallahu
alaihi wasallam dan menegakkan agama-NYA” (Tafsir al qurthubi, 1/60)
Mengapa Perlu Mengikuti Pemahaman Salaf?
Syaikh Umar Bazmul menyatakan,
“Wahai kaum muslimin, sesungguhnya kita tidak bisa selamat dan tidak bisa
sukses dalam menjalani agama dan menggapai tujuan yang hakiki, kecuali dengan
mengikuti pratek beragamanya para salafus shalih. Oleh karena itu, Imam Ahmad
bin Hambal berkata kepada muridnya Al Maimuni, “Janganlah engkau membuat
statement yang tidak ada imam (pendahulunya).” Maka, anda harus
bersungguh-sungguh mengikuti para salafus shalih dalam setiap masalah yang anda
bicarakan, jangan berpendapat dengan pendapat yang sama sekali tidak ada dalam
pendapat mereka.” (dalam ceramah beliau berjudul Ittiba fahmis salafis shalih)
ALLAH Ta’ala berfirman yang
artinya,”Barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan
mengikuti jalan-jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarka ia
leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kamu masukkan ia ke
dalam Jahannam dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” (QS. An Nisa;
115)
Kaum mukminin yang dimaksud oleh
ayat ini adalah para sahabat Nabi. Syaikh salim bin ‘id al hilali menjelaskan ayat
ini, “Dengan ayat ini jelaslah bahwa mengikuti jalan kaum mukminin adalah jalan
keselamatan. Dan ayat ini dalil bahwa pemahaman para sahabat mengenai agama
islam adalah hujjah terhadap pemahaman yang lain. Orang yang mengambil
pemahaman selain pemahaman para sahabat, berarti ia telah mengalami
penyimpangan, menapaki jalan yang sempit lagi menyengsarakan, dan cukup baginya
neraka jahannam yang merupakan seburuk-buruk tempat tinggal.” (limaadza
ikhtartu al manhaj as salafi faqath)
Setiao hari kita membaca ayat,
Ihdinas shiraathal mustaqim, shiraathalladziina an’amta alaihhin ghairil
maghdhuubi alaihim waladhdhaaliin (QS, al fatihah). Ibnu katsir menjelaskan,
“yang dimaksud dengan orang-orang yang telah engkau beri nikmat adalah yang
disebutkan dalam surat An nisa, ketika ALLAH berfirman yang artinya, “Dan
barangsiapa yang mentaati ALLAH dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama
ddengan orang-orang dianugerahi nikmat oleh ALLAH yaitu; para Nabi, para
shiddiiqiin, orang-orang yang mati sahid dan orang-orang soleh. Dan mereka
itulah teman yang sebaik-baiknya.” (Tafsir Ibnu Katsir, 1/40)
Abdurrahman bin zaid bin aslam
menafsirkan bahwa yang dimaksudkan dalam ayat ini adalah Nabi shallallahu
alalihi wasallam dan para sahabatnya (tafsir at thabari, 1/179). Maka, shiratol
mustaqim atau jalan yang lurus adalah
cara beragama yang dipratekkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam,
para sahabatnya dan orang-orang yang mengikuti mereka, merekalah generasi
salafus shalih.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
juga mewasiatkan umatnya untuk mengikuti pemahaman para sahabat beliau dalam
beragama dalam sabda beliau, “bani israil akan berpecah menjadi 74 golongan dan
umatku akan berpecah menjadi 73 golongan. Semua di neraka, kecuali satu
golongan.” Sahabat bertanya, “Siapakah yang satu golongan tersebut?”.
“Orang-orang yang mengikutiku dan para sahabatku.”(HR. Tirmidzi). Demikianlah,
untuk memahami agama islam dengan benar maka tidak ada cara lain melainkan
dengan memahaminya sesuai pemahaman generasi salaf.
Jika Para Salaf Berselisih Pendapat
Imam Asy syafi’I berkata, “Jika ada
orang yang bertanya, “Wahai imam syafi’I, aku dengar engkau mengatakan bahwa
setelah al-quran dan sunnah, ijma dan qiyas juga merupakan dalil. Lalu
bagaimana dengan perkataan para sahabat Nabi jika mereka berbeda pendapat?”.
Imam asy syafi’I berkata, “Bimbingan saya dalam menyingkapi perbedaan pendapat
diantar para sahabat adalah dengan mengikuti pendapat yang paling sesuai dengan
al-quran atau sunnah atau ijma’ atau qiyas yang peling shahih.”(ar risalah,
1/597).
Syaikh Umar Bazmul memberikan
penjelasan lebih jelas lagi, “Dalam ilmu ushul fiqih, para ulama ushul fiqih
menyatakan ketika para sahabat atau para salaf berselisih pendapat dalam suatu
masalah dalam memahami ayat atau adis menjadi beberapa pendapat, maka tidak
boleh keluat dari pendapat mereka. ( dalam ceramah ittiba fahmis salafis
shalih)
Semoga yang sedikit ini bisa
bermanfaat. Semoga ALLAH senantiasa menunjukkan kita jalan yang lurus.At Tauhid: Mengikuti Jejak Generasi Terbaik
No comments:
Post a Comment