Kaum muslimin yang dirahmati oleh
ALLAH, membca surat al-fatihah barangkali sudah menjadi perkara yang biasa
bahkan bagian yang tak dipisahkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Karena di
setiap raka’at sholat, surat ini selalu kita baca. Meskipun demikian, kita
sering lalai dari merenungi hikmah dan pelajaran penting yang ada didalamnya.
Apabila kita cermati penjelasan para
ulama, akan kita temukan bahwa surat al-fatihah ini menyimpan sedemikian banyak
ajaran islam dan yang paling utama adalah mengenai tauhid. Untuk lebih
jelasnya, marilah kita simak beberapa keterangan berikut:
Tauhid Rububiyah
Tauhid rububiyah adalah keyakinan
bahwa ALLAH satu-satunya pencipta, penguasa dan pengatur alam semsta. Keyakinan
ini merupakan salah satu perkara penting dalam iman seorang muslim. Kita yakin,
bahwa ALLAH semata yang menciptakan alam semesta ini. Kita jiga yakin, bahwa
ALLAH yang mengatur dan mengusainya. Inilah yang dikenal dalam istilah para
ulama dengan nama tauhid rububiyah.
Dan di dalam surat al-fatihah,
tauhid ini terkandung di dalam beberapa ayat. Diantaranya adalah pada ucapan
hamdalah di ayat pertama yang artinya; “Segala puji bagi ALLAH Rabb seru
sekalian alam”. Didalamnya terdapat penegasan bahwa ALLAH lah Rabb yaitu penguasa
dan pemelihara alam semsta. Inilah yang disebut dengan tauhid rububiyah.
Demikian juga, di dalam ayat ketiga yang artinya, “Yang merajai pada hari
pembalasan”
Didalamnya juga terkandung pengakuan
bahwa ALLAH yang menguasai hari kiamat, sebagaimana ALLAH juga penguasa jagad
raya sebelum terjadinya kiamat.
Tauhid Asma’wa shifat
Tauhid asma’wa shifat adalah
keyakinan tentang kesempurnaan nama-nama dan sifat-sifat ALLAH. Kita mengimami
bahwa ALLAH Maha pengasih lagi Penyayang, sebagaimana dalam ayat kedua yang
artinya, “Yang Maha pengasih lagi Maha Penyayang”. ALLAH Ta’ala memilki
nama-nama yang maha indah, dan biasa dikenal dengan istilah ama’ul husna.
Selain itu, ALLAH juga memiliki sifat-sifat yang mulia.
Diantara sifat ALLAH yang disebutkan
didalam surat ini adalah ALLAH mentarbiyah seluruh alam. ALLAH memiliki sifat
kasih sayang. Dan ALLAH memiliki kekuasaan. ALLAH maha terpuji dengan segala
nama dan sifat-NYA. Oleh sebab itu di
awal surat ini kita membaca “alhamdulillahhi rabbil alamin”. Di dalamnya
terkandung sanjungan kepada ALLAH, dan salah satu sebabnya adalah karena
kesempurnaan nama-nama dan sifat-sifat-NYA.
Tauhid Uluhiyah Atau Tauhid Ibadah
Tauhid ibadah adalah perbuatan hamba
dalam bentuk mengesakna ALLAH dalam beribadah. Artinya dia menyembah hanya
kepada ALLAH dan tidak kepada selain-NYA. Inilah intisari dari hakikat tauhid
yang sebenarnya. Tidaklah seorang dikatakan bertauhid apabila belum
melaksanakan tauhid jenis ini.
Innilah yang terkandung di dalam
ayat keempat yang artinya, “Hanya kepada-Mu kami beribadah dan hanya kepada-Mu
kami meminta pertolongan.” Ini pula yang terkandung di dalam nama ALLAH karena
nama ini bermakna “pemilik sifat ketuhanan yang wajib disembah oleh seluruh
makhluk. Makna tauhid ini adalah bahwasanya segala macam ibadah hanya ditujukan
kepada ALLAH tidak kepada selain-NYA. Inlah tujuan diciptakannya jin dan
manusia. Inilah misi utama dakwah para rasul dan kandungan pokok kitab-kitab
suci yang ALLAH turunkan. Inilah cabang keimanan yang paling utama dan pondasi keislaman
seorang hamba tanpa mewujudkan tauhid ini dalam kehidupannya. Dengan tauhid
inilah seorang hamba akan bisa masuk surga dan terbebas dari neraka.
Oleh sebab itu ibadah apa pun
seperti sholat, doa, sembelihan, nadzar, istiqhotshah dan sebagainya hanya
boleh ditujukan kepada ALLAH. Inilah kandungan dari kalimat tauhid laa ilaha
illallah. Di dalamnya terkandung penafian dan penetapan. Penafian segala
sesembahan selain yang patut disembah yaitu ALLAH Ta’ala. Kemudian penetapan,
yaitu keyakina bahwa hanya ALLAH yang berhak disembah. Oleh sebab itu seorang
yang bertauhid harus meninggalkan segala bentuk kesyirikan, yang tampak maupun
yang tersembunyi, yang besar maupun yang kecil.
Tiga Pilar Ibadah
Demikian pula, apabila kita membaca
kitab para ulama, jelaslah bagi kita bahwa di dalam surat Al-fatihah terkandung
pokok-pokok ibadah dan keimanan. Di dalam ayat “alhamdulilah” terkandung pilar
kecintaan atau al-mahabbah. Di dalam ayat “ar-rahmanir rahiim” terkandung pilar
harapan atau roja’. Dan dalam ayat “maaliki yaumid diin” terkandung pilar rasa
takut.
Ibadah kepada ALLAH harus ditopang
deng ketiga macam amalan hati ini, yaitu cinta, takut dan harap. Beribadah
kepada ALLAH tanpa kecintaan seperti badan tanpa ruh. Beribadah kepada ALLAH
tanpa harapan akan melahirkan keputusasaan terhadap rahmat ALLAH. Dan beribadah
kepada ALLAH tanpa rasa takut akan menyebabkan merasa aman dari maker ALLAH.
Padahal, putus asa dari rahmat ALLAH dan merasa aman dari maker ALLAH termasuk
jajaran dosa-dosa besar.
Ibadah kepada ALLAH ini dilandasi
dengan kecintaan dan pengagungan. Karena hakikat ibadah adalah perendahan diri
kepada ALLAH yang dibarengi puncak kecintaan dan pengangungan, dengan cara
melaksanakan perintah-NYA dan menjauhi larangan-NYA. Ibadah ini mencakup segala
hal yang dicintai dan diridhai ALLAH, baik berupa ucapan maupun perbuatan, yang
tampak maupun tersembunyi. Segala macam ibadah itu tidak boleh dipersembahkan
kecuali kepada ALLAH semata.
Ibadah Harus Dengan Dasar Ilmu
Ibadah kepada ALLAH pun tidak akan diterima
kecuali apabila dilandasi dengan keimanan, keikhlasan dan mengikuti tuntunan.
Oleh sebab itu di dalam surat al-fatihah kita memohon kepada ALLAH hidayah;
sebagaimana dalam ayat kelima yang artinya; “Tunjjukilah kami jalan yang
lurus”. Yang didalamnya tercakup ilmu dan hidayah berupa amalan. Agar kita bisa
mendapatkan ilmu yang benar dan agar kita bisa mengamalkan ilmu yang telah kita
peroleh. Inilah makna dari ayat keenam yang artinya; “Jalan orang-orang yang
diberikan kenikmatan” adapun ayat ke tujuh yang artinya; “Bukan jalannya
orang-orang yang dimurkai dean orang-orang yang sesat”. Jalan “orang yang
dimurkai” adalah jalan orang yang berilmu namun tidak mengamalkan ilmunya,
sebagaimana orang-orang yahudi yang dimurkai ALLAH. Adapun jalan “Orang-orang
yang sesat” adalah jalan orang yang beramal tanpa bekal ilmu, sebagaimana
orang-orang Nashara. Kaum yang dimurkai menyimpang karena niat yang rusak,
sedangkan kaum yang sesat menyimpang karena pemahaman yang rusak. Oleh sebab
itu para ulama menyatakan bahwa lekurusan niat dan benarnya pemahaman adalah
salah satu nikmat terbesar yang dikarunikan ALLAH kepada seorang hamba. Itulah
yang setiap hari kita minta dalam doa kita “Ihdinash shirathal mustaqim”;
tujukilah kami jalan yang lurus.
Inilah sekilah kandungan tauhid
dalam surat al-fatihah. Apa-apa yang dikemukakan di sini tentunya ibarat
setetes air di tengah samudra. “Laa haula
wa laa quwwata illa billaah” At Tauhid: Pelajaran Tauhid Dari Al-Fatihah
No comments:
Post a Comment