Thursday, July 4, 2013

At-Tauhid: Memupuk Rasa Takut Kepada ALLAH



Memupuk Rasa Takut Kepada ALLAH

            Pernahkah kita tersadar bahwa lancangnya kita melakukan hal-hal yang dilarang agama, meninggalkan perintah agama dan meremehkan ajaran agama itu semua karena betapa minimnya rasa takut kita kepada ALLAH. Bahkan kita terkadang lebih takut kepada manusia daripada kepada ALLAH Ta’ala. Padahal ALLAH berfirman yang artinya, “…karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, tetapi takutlah kepada-KU”. (QS. Al-Maidah; 44).
            Maka takut kepada ALLAH adalah salah satu bentuk ibadah yang semestinya dicamkan oleh setiap mukmin.


Sifat Orang Yang Bertaqwa
            Takut kepada ALLAH adalah sifat orang yang bertaqwa, dan ia juga merupakan bukti  imannya kepada ALLAH. Lihatlah bagaimana ALLAH mensifati para Malaikat. ALLAH Ta’ala berfirman yang artinya; “Mereka takut kepada Rabb mereka yang berada di atas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan kepada mereka”. (QS. An-Nahl;50)
            Lihat juga bagaimana ALLAH Ta’ala berfirman tentang hamba-hambanya yang paling mulia yaitu para Nabi alaihimus sallam yang artinya; “Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam mengerjakan perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan takut. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyuk kepada Kami”. (QS. Al-Anbiya; 90)
Semakin Berilmu Semakin Takut Kepada ALLAH
            Oleh karenanya, seseorang semakin ia mengenal Rabb-NYA dan semakin dekat ia kepada ALLAH Ta’ala, akan semakin besar rasa takutnya kepada ALLAH. Nabi kita shallallahu alaihi wasallam bersabda; “Sesungguhnya aku yang paling mengenal ALLAH dan akulah yang paling takut kepada-NYA”. (HR. Bukhari dan Muslim)
            ALLAH Ta’ala juga berfirman yang artinya; “Sesungguhnya yang takut kepada ALLAH di antara hamba-hamba-NYA, hanylah ulama”. (QS. Fathir; 28). Ya, karena para ulama, yaitu memiliki ilmu tentang agama ALLAH ini dan mengamalkannya, merekalah orang-orang yang paling mengenal ALLAH. Sehingga betapa besar rasa takut mereka kepada ALLAH Ta’ala.
            Karena orang yang memiliki ilmu tentang agama ALLAH akan paham benar akan kebesaran ALLAH keperkasaan-NYA, paham benar betapa pedih dan ngeri adzab-NYA. Oleh karena itu, Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda kepada para sahabatnya; “Demi ALLAH, andai kalian tahu apa yang aku ketahui, sungguh kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis. Kalian pun akan enggan dengan istri kalian. Dan kalian akan keluar menuju tanah tinggi, mengiba-iba berdoa kepada ALLAH”. (HR. Tirmidzi)
            Demikian, sehingga tidak heran jika sahabt Umar bin khathab, sahabat Nabi yang alim lagi mulia dan stempel surge sudah diraihnya, beliau tetap berkata,”Andai terdengar suara dari langit yang berkata; “Wahai manusia, kalian semua sudah terjamin pasti masuk surge kecuali satu orang saja”. Sungguh aku khawatir satu orang itu adalah aku”. (HR. Abu Nu’aim). Hal itu karena takut yang timbul dari ma’rifatullah yang mendalam.
            Orang yang paling banyak meriwayatkan hadis Nabi, Abu Hurairah Radhiallallahu’anhu, beliau ulama di kalangan para sahabat, yang tidak perlu kita ragukan lagi keutamaannya, beliau pun menangis ketika sekarat menghadapi ajalnya dan berkata; “Aku tidak menangis karena urusan dunia kalian, aku menangis karena telah jauh perjalananku, namun betapa sedikit bekalku. Sungguh kelak aku akan berakhir di surga atau neraka, dan aku tidak mengetahui mana yang diberikan pada ku diantara keduanya”. (HR. Nu’aim bin Hammad)
            Maka orang-orang yang lancang berbuat maksiat, yang mereka tidak memiliki rasa takut kepada ALLAH, adalah karena kurangnya ilmu mereka terhadap agama ALLAH serta kurangnya ma’rifah mereka kepada ALLAH Ta’ala.
Memupuk Rasa Takut
            Yang menjadi pertanyaan selanjutnya, adalah bagaimana kita memupuk rasa takut kepada ALLAH Ta’ala?. Dapat di jelaskan sebagai berikut:
            Pertama, mengingat betapa lemahnya kita dan betapa ALLAH Maha Perkasa. Sadarlah betapa kita ini kecil, lemah, hina di hadapan ALLAH. Sedangkan ALLAH adalah AL-AZIZ, AL-QAWIY, AL-MATIIN, AL-KHALIQ, dan AL-GHANIY.
            Betapa lemahnya hamba sehingga ketika hamba tertimpa musibah tidak ada yang bisa menghilangkan kecuali ALLAH. Ia berfirman yang artinya; “Jika ALLAH menimpakan suatu kemudaratan kepada mu, maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri”.(QS. Al-An’am; 17).
            Betapa Maha Besarnya ALLAH, hingga andai kita durhakai ALLAH, sama sekali tidak berkurang kemuliaan ALLAH. “Dan kepunyaan ALLAH lah apa yang di langit dan yang di bumi, dan sungguh Kami telah memerintahkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan juga kepada kamu; berrtakwalah kepada ALLAH. Tetapi jika kamu kafir, maka ketahuilah sesungguhnya apa yang dilangit dan apa yang di bumi hanyalah kepunyaan ALLAH dan ALLAH Maha Kaya lagi Maha Terpuji”. (QS. An-Nisa; 131). Dengan semua kenyataan ini masihhkah kita tidak takut kepada ALLAH?.
            Kedua, memupuk rasa cinta kepada ALLAH.  Dua orang yang saling mencintai, bersamaan dengan itu akan timbul rasa takut dan khawatir. Yaitu takut akan sirnanya cinta tersebut. demikian pula rasa cinta hamba kepada ALLAH. Hamba yang mencintai ALLAH dengan tulus, berharap ALLAH pun mencintainya dan ridha kepadanya. Bersamaan dengan itu ia akan senantiasa berhati-hati untuk tidak melakukan hal yang dapat membuat ALLAH tidak ridha dan tidak cinta kepadanya.
            Ketiga, adzab ALLAH yang sangatlah pedih. Jika kedua hal diatas belum menyadarkan anda untuk takut kepada ALLAH, cukup ingat satu hal, bahwa azab ALLAH itu sangatlah pedih yang disiapkan bagi orang-orang yang melanggar aturan agama ALLAH. ALLAH Ta’ala berfirman yang artinya, “Hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih”. (QS. An-Nuur; 63).
            Pedihnya adzab ALLAH sampai-sampai dikabarkan dalam Al-Quran bahwa setan berkata; “Sesungguhnya aku takut kepada ALLAH. Dan ALLAH sangat keras siksa-NYA”. (QS. Al-Anfal; 48).
            Dan hendaknya kita takut pada neraka ALLAH yang tidak bisa terbayangkan kengeriannya. ALLAH Ta’ala berfirman yang artinya; “Hai orang-orang yang berfirman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai ALLAH terhadap apa yang diperintahkan-NYA kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”(QS. At-Tahrim; 6).
Jangan Merasa Aman
            Sebagian orang merasa sudah banyak beramal, sudah banyak berbuat baik, merasa sudah bertaqwa, merasa dirinya suci, sehingga ia pun merasa ALLAH tidak mungkin mengadzabnya. Hilang darinya rasa takut kepada ALLAH. ALLAH berfirman yang artinya; “Apakah kalian merasa aman dari maker ALLAH? Tidaklah ada orang yang merasa aman dari maker ALLAH kecuali orang-orang yang merugi”. (QS. Al- A’raf; 99).
            Bagaimana mungkin seorang yang berriman merasa percaya diri dengan amalnya, merasa apa yang telah ia lakukan pasti akan membuatnya aman dari adzab ALLAH? Sekali-kali bukanlah demikian sifat seorang mukmin. Adapun orang beriman, ia senantiasa khawatir atas dosa yang ia lakukan, tidak ada yang ia anggap kecil dan remeh. Abdullah bin Mas’ud berkata; “Seorang yang beriman melihat dosa-dosanya bagai ia sedang duduk di bawah gunung yang akan runtuh, ia khawatir tertimpa. Sedangkan orang fajir (ahli maksiat), melihat dosa-dosanya bagaikan lalat yang melewati hidungnya”. (HR. Bukhari).
Tapi Jangan Putus Asa
            Seorang mukmin senantiasa memiliki rasa takut kepada ALLAH. Namun bukan berarti rasa takut ini menyebabkan kita putus asa dari rahmat-NYA, sehingga kita merasa tidak akan diampuni, merasa amal kita sia-sia, merasa pasti masuk neraka dan bentuk-bentuk keputusasaan lain. Ini tidak benar. Keimanan yang sempurna kepada ALLAH mengaharusnya kita memiliki keduanya, rasa takut dan rasa harap. Dengan berputus asa terhadap rahmat ALLAH seakan-akan seseorang mengingkari bahwa ALLAH itu AR-RAHMAN, AR-RAHIM dan AL-GHAFUR. Ingatlah nasehat Nabi Yusuf kepada anak-anaknya; “Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat ALLAH. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat ALLAH, melainkann kaum yang kafir” (QS. Yusuf; 87)
            Al Hasan Al Bashri berkata; “Raja dan khauf adalah kendaraan seorang mukmin”. Al Ghazali pun berujar; “Raja dan khauf adalah dua sayap yang dipakai oleh para muqarrabin untuk menempati kedudukan yang terpuji”.
            Demikian sedikit yang dapat penulis paparkan. Semoga kita menjadi hamba-hamba ALLAH yang senantiasa takut kepada-NYA, sehingga dengan itu kita enggan mengabaikan segala perintahnya dan enggan melanggar segala larangannya.At-Tauhid: Memupuk Rasa Takut Kepada ALLAH
Wal shallallahu ala Nabiyyina Muhammadin wa alalihi wasallam. Walhamdulillahi Rabil alamin.

No comments:

Post a Comment