Sunday, July 7, 2013

At-Tauhid: Shirathal Mustaqim Petunjuk Jalan Yang Lurus

Shirathal Mustaqim Petunjuk Jalan Yang Lurus

            Dalam surat Al-Fathihah yang kita baca setiap sholat, terkandung permohonan doa kepada ALLAH Ta’ala agar kita senantiasa diberi hidayah diatas shirathal mustaqim, yaitu tatkala kita membaca firman ALLAH yang artinya, “Ya ALLAH Tunjukilah kami jalan yang lurus (Shirathal mustaqim), yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka, bukan jalan orang-orang yang dimurkai dan bukan pula jalan orang-orang yang sesat”. (Al-Fatihah; 6-7).
            Sungguh saudaraku, nikmat berada diatas shirathal mustaqim adalah nikmat yang agung bagi seorang hamba.

Nikmat Hidayah Shirathal Mustaqim
            Nikmat hidayah shirathal mustaqim adalah nikmat yang besar bagi seseorang. Tidak semua orang ALLAH beri nikmat yang mulia ini. Nikmat ini hanya ALLAH berikan kepada orang-orang yang ALLAH kehendaki. Yang dimaksudkan hidayah dalam ayat ini mencakup dua makna, yaitu hidayah untuk mendapatkan petunjuk shirathal mustaqim dan hidayah untuk tetap istiqomah dalam meniti diatas shirathal mustaqim.
            Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di menjelaskan; “Hidayah mendapat petunjuk shirathal mustaqim adalah hidayah memeluk agama islam dan meninggalkan agama-agama selain islam. Adapunm hidayah dalam meniti shirathal mustaqim mencakup seluruh pengilmuan dan pelaksanaan ajaran agama islam secara terperinci. Doa untuk mendapat hidayah ini terrmasuk doa yang paling lengkap dan paling bermanfaat bagi hamba. Oleh karena itu wajib bagi setiap orang untuk memanjatkan doa ini dalam setiap rakaat karena betapa pentingnya doa ini”. (Taisiirul Kariimir Rahman).
Makna Shirathal Mustaqim
            Para ulama ahli tafsir baik dari kalangan sahabat maupun yang hidup sesudahnya telah banyak memberikan penjelasan tentang makna shirathal mustaqim.
            Imam Abu Ja’far bin juraih berkata, “Para ahli tafsir telah sepakat seluruhnya bahwa shirathal mustaqim adalah jalan yang jelas yang tidak ada penyimpangan di dalamnya”. (Tafsir Al-Quran Al- Azim)
            Imam Ibnul Jauzi menjelaskan bahwa ada empat perkataan ulama tentang makna shirathal mustaqim:
1.      Kitabullah. Ini merupakan pendapat yang diriwayatkan oleh sahabat Ali dari Nabi shallallallahu alaihi wasallam
2.      Agama islam. Ini merupakan pendapat dari Ibnu Mas’ud, ibnu Abbas, Al Hasan dan Abul Aliyah
3.      Jalan petunjuk menuju agama ALLAH. Ini merupakan pendapat Abu Shalih dari sahabat Ibnu Abbas dan juga pendapat Mujahid rahimahumullah
4.      Jalan menuju surga. Pendapat ini juga dinukil dari Ibnu Abbas radiyallahu anhuma (lihat Zaadul Masiir)
            Syaikh Abdurrahman bin nashir as sa’di menjelaskan:”Shirathal mustaqim adalah jalan yang jelas dan gambling yang bisa mengantarkan menuju ALLAH dan surga- NYA yaitu dengan mengenal kebenaran serta mengamalkannya”. (Taisirul Kariimir Rahman).
            Syaikh shalih fauzan hafidzahullah menjelaskan; “Yang dimaksudkan dengan shirathal mustaqim adalah islam, AL-Quran, dan Rasul shallallahu alaihi wasallam. Ketiganya dinamakan dengan “jalan” karena mengantarkan kepada ALLAH Ta’ala. Sedangkan al mustaqim maknanya jalan yang tidak bengkok, lurus dan jelas yang tidak akan tersesat orang yang melaluinya”. (Duruus min Al-Quran; 54)
            Perbedaan penjelasan para ulama tentang makna shirathal mustaqim tidaklah saling bertentangan satu sama lain, bahkan saling melengkapi. Dapat kita simpulkan dari penjelasan diatas bahwa shirathal mustaqim adalah agama islam yang sangat jelas dan gambling, yang harus diilmui dan diamalkan berdasarkan Al-Quran dan As Sunnah, sehingga bisa menjadikan pelakunya masuk ke dalam surge ALLAH Ta’ala. Jalan inilah yang ditempuh oleh Nabi shallallahu alaihhi wasallam dan para sahabatnya.
Shirathal Mustaqim Hanya Satu
            Shirathal mustaqim yang merupakan jalan kebenaran jumlahnya hanya satu dan tidak berbilang, ALLAH Ta’ala berfirman yang artinya; “Dan bahwa yang Kami perintahkan ini adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah jalan tersebut, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan yang lain, karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNYA. Yang demikian itu diperintahkan ALLAH agar kamu bertakwa”. (Al- An’am; 153).
            Hal ini dipertegaskan oleh penafsiran Nabi tentang ayat diatas. Diriwayatkan dari sahabat Abdullah ibnu mas’ud, beliau menceritakan, Suatu ketika Rasullah shallallahu alaihi wa sallam pernah membuat satu garis lurus, kemudian beliau bersabda, “Inilah adalah jalan ALLAH”. Kemudian beliau membuat garis-garis yang banyak di samping kiri dan kanan garis yang lurus tersebut. setelah itu beliau bersabda, “Ini adalah jalan-jalan yang menyimpang tersebut” (HR. Ahmad) (Lihat Jaami’ul Bayaan fii ta’wiil AL-Quran).
Mereka Yang Telah Meniti Shirathal Mustaqim
            Shirathal mustaqim adalah jalannya orang-orang yang telah ALLAH beri nikmat. ALLAH Ta’ala berfirman yang artinya, “Shirathal mustaqim yaitu jalannya orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka”. (Al-Fatihah; 6).
            Lalu siapakah orang-orang yang telah ALLAH beri nikmat yang dimaksudkan dalalm ayat di atas? Hal ini dijelaskan oleh firman ALLAH dalam ayat yang lain yang artinya, “Dan barangsiapa yang mentaati ALLAH dan RasulNYA, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh ALLAH, yaitu para nabi, para shiddiiqin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang yang sholeh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya”. (An Nisaa; 69). Sehingga shirathal mustaqim telah ditempuh oleh para Nabi, para shidiiqin, syuhada dan shalihin.
Golongan Yang Menyimpang Dari Shirathal Mustaqim
            Selain menunjukkan golongan yang telah berada diatas shirathal mustaqim, ALLAH juga menjelaskan tentang golongan yang menyimpang dari jalan yang lurus ini. Dalam lanjutan ayat di surat AL-Fatihah ALLAH berfirman yang artinya, “Shirathal mustaqim bukanlah jalannya orang-orang yang dimurkai dan bukan pula jalan orang-orang yang sesat”. (Al- Fatihah; 6-7).
            Dalam ayat dijelaskan tentang dua golongan yang telah menympang dari shirathal mustaqim. Pertama golongan Ma’dhub, yaitu orang-orang yang dimurkai oleh ALLAH. Mereka adalah orang-orang yang mengenal kebenaran namun mereka tidak mau mengamalkannya. Sifat ini seperti orang-orang Yahudi dan yang mengikuti mereka. ALLAH Ta’ala menjelaskan keadaan orang-orang Yahudi dalam firmannya yang artinya, “Mereka mendapat murka sesudah mendapat kemurkaan”. (Al-Baqarah; 90).
            “Katakanlah; Apakah akan aku beritakan kepadamu tentang orang-orang yang lebih buruk pembalasannya dari orang-orang fasik itu disisi ALLAH, yaitu orang-orang yang dikutuki dan dimurkai ALLAH”. (Al-Maidah; 60)
            “Sesungguhnya orang-orang yang menjadikan anak lembu sebagai seembahannya, kelak akan menimpa mereka kemurkaan dari Tuhan mereka”. (Al-A’raaf; 152)
            Kedua, golongan Dzalin, yaitu orang-orang yang sesat. Mereka adalah orang-orang yang meninggalkan kebenaran diatas kejahilan dan kesesatan. Sifat ini seperti orang-orang Nasrani dan yang mengikuti mereka. ALLAH Ta’ala menjelaskan keadaan orang-orang Nasrani dalan firmannya yang artinya, “Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan manusia, dan mereka tersesat dari jalan yang lurus”. (Al Maidah; 77)
            Hal ini dipertegaskan dengan sabda Nabi yang diriwayatkan dari sahabat Adi bin hatim, bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam pernah bersabda: “Sesungguhnya Ma’dhub adalah Yahudi dan Dzalin adalah Nasrani”. (HR. Ahmad, Tirmidzi dan yang lainnya. Dihasankan oleh Imam Tirmidzi) (lihat Fathul Qadir).
Sebab Menyimpang Dari Shirathal Mustaqim
            Setelah mengetahui kelompok yang menyimpang, kita bisa mengetahui sebab kesesatan mereka. Ada dua hal pokok yang menyebabkan seseorang bisa menyimpang dari shirathal mustaqim.
            Pertama, meninggalkan ilmu. Inilah sikap kelompok Dzalin, yaitu orang-orang yang sesat. Sebab kesesatan mereka adalah kejahilan karena meninggalkan ilmu. Kedua, meninggalkan amal. Inilah sikap kelompok Ma’dhub, yaitu orang-orang yang dimurkai oleh ALLAH. Mereka adalah orang-orang yang mengenal kebenaran namun mereka tidak mau mengamalkannya. Mereka dimurkai karena membangkang dengan tidak mau beramal dengan ilmu yang dimiliki.
            Oleh karena itu agar seseorang bisa tetap istiqomah diatas shirathal mustaqim, dia harus senantiasa diatas jalan ilmu dan amal. Mempelajari ilmu agar dia terhindar dari kelompok yang tersesat, serta beramal dengan ilmu yang dimiliki agar dia terhindar dari kelompok yang dimurkai ALLAH. Yang lebih penting juga senantiasa berdoa kepada ALLAH yang senantiasa memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.
Rintangan Dalam Meniti Shirathal Mustaqim
            Meniti shirathal mustaqim tidak lepas dari berbagai rintangan dan hambatan. Orang yang meniti jalan ini diliputi dengan kesusahan dan perkara-perkara yang tidak disukai dan hal-hal yang memberatkan. Oleh karena itu perlu kesabaran ekstra dalam meniti jalan ini. ALLAH Ta’ala berfirman yang artinya, “Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-oorang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar”. (Fushilat; 35).
            Demikian pembahasan ringkas tentang makna shirathal mustaqim. Semoga ALLAH Ta’ala senantiasa memberikan taufik kepada kita untuk senantiasa istiqomah diatas jalan shirathal mustaqim.At-Tauhid: Shirathal Mustaqim Petunjuk Jalan Yang Lurus
Washallallahu ala Nabiyyir rahmah, wa’ala alihi wa man tabi’ahum
Bi ihsanin ila yaumil qiyaamah. Walhamdulillaahilladzii la ilaaha illa huwa
Wahdahu laa syariikalah. Laa na’budu illa iyyah. Wa laa haula
Wa laa quwwata illa billah

No comments:

Post a Comment