Sunday, July 7, 2013

At-Tauhid: Salah Dalam Memahami Syirik



Salah Dalam Memahami Syirik
            Syirik sudah kita pahami bersama adalah sejelek-jeleknya dosa. Namun sebagian orang keliru dalam memahami syirik, dikira syirik hanyalah untuk bentuk penyembahan terhadap berhala atau menyakini ada pencipta selain ALLAH. Padahal syirik tidak terbatas pada itu saja. Dan sekali lagi syirik yang kita bahas bukanlah yang artinya iri. Namun yang dibahas, syirik adalah bentuk peribadahan pada selain ALLAH.

Beberapa Kekeliruan Dalam Memahami Syirik
            Pertama, syirik dianggap hanyalah bentuk penyembahan terhadap berhala. Sedangkan bentuk beribadah pada wali, orang sholih atau kuburan, maka bukanlah syirik. Bentuk peribadahan yang seperti itu hanyalah tawasul, meminta syafa’at atau semacam itu. Sehingga syirik hanyalah bentuk peribadahan pada berhala.
            Bantahan, bentuk peribadahan kepada berhala adalah diantara jenis syirik. Syirik adalah meminta pada selain ALLAH baik dari berhala maupun selainnya. Dan sesembahan orang musyrik bermacam-macam, tidak hanya berhala. Ada yang berupa matahari dan rembulan. Ada yang berupa setan, juga ada yang berupa pohon dan batu. Ada pula yang menyembah wali dan orang sholih. Jadi sekali lagi bukan hanya terbatas pada penyembahan pada berhala saja.
            Dalil bahwasanya seseembahan orang musyrik bukan hanya berhala namun beraneka ragam, sebagaimana firman ALLAH Ta’ala yang artinya; Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-NYA ialah malam, siang, matahari dan bulan”. (QS. Fushshilat; 37). Ini menunjukkan bahwa ada orang musyrik yang menyembah matahari dan rembulan.
            “Dan tidak wajar pula baginya menyuruhmu menjadikan malaikat dan para nabi sebagai tuhan”. (QS. Ali-Imran; 80). Dalil yang disebut disini menunjukkan bahwa ada orang musyrik yang menyembah malaikat dan nabi.
            “Dan ingatlah ketika ALLAH berfirman: hai Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia; Jadikanlah aku dan ibuku dua tuhan selain ALLAH?. Isa menjawab; Maha Suci ENgkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku. Jika aku pernah mengatakan maka tentulah Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib-ghaib”. (QS. Al-Maidah; 116).
            “Orang-orang yang mereka seru, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka siapa diantara mereka yang lebih dekat kepada ALLAH dan mengharapkan rahmat-NYA dan takut akan azab-NYA”. (QS. Al-Isro; 57). Orang sholih pun ada yang disembah dan ini termasuk kesyirikan.
            “Maka apakah patut kamu (Hai orang-orang musyrik) menganggap al Lata dan al Uzza, dan Manah yang ketiga, yang paling terkemudian (sebagai anak perempuan ALLAH)”. (QS. An-Najm; 19-20). Dalil ini juga menujukkan pohon dan batu ada yang disembah.
            Kedua, yang dianggap syirik adalah jika menyakini bahwa ada pencipta selain ALLAH, ada yang member rizki selain ALLAH dan ada yang mengatur alam semesta selain ALLAH. Jadi seseorang disebut telah bertauhid jika menyakini bahwa tidak ada pencipta, pemberi rizki ddan pengatur alam semesta selain ALLAH.
            Bantahan, keyakinan seperti ini benar. Namun seseorang disebut musyrik di masa silam bukanlah karena keyakinan diatas. Mereka tidak disebut musyrik karena tidak menyakini perkara rububiyah diatas. Mereka sama sekali tidak meyakini bahwa berhala itu dapat mencipta, memberi rizki, dapat menghidupkan atau mematikan. Berhala—berhala tadi hanya dijadikan perantara dalam beribadah kepada ALLAH. ALLAH Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan mereka menyembah selain daripada ALLAH apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak pula kemanfaatan dan mereka berkata; mereka itu adalah pemberi syafaat kepada kami disisi ALLAH”. (QS. Yunus; 18). Orang-orang musyrik tidaklah mengatakan bahwa berhala-berhala tadi menciptakan mereka atau member rizki pada mereka, namun yang mereka yakini, berhala-berhala tersebut bisa memberikan syafaat kepada mereka di sisi ALLAH dan menjadi perantara pada ALLAH. Ini adalah keyakinan keliru, yaitu hanya membatasi syirik pada tauhid rububiyah saja ketika tidak meyakini ALLAH sebagai pencipta dan pemberi rizki. Bahkan sejelek-jelek syirik adalah syirik dalam hal memalingkan satu jenis ibadah kepada selain  ALLAH. Inilah syirik yang telah diperingatkan dengan keras dan menjadi misi utama para rasul diutus, serta menjadi sebab disyariatkan jihad. Sedangkan keyakinan bahwa berhala itu bisa mencipta dan member rizki hamper-hampir jarang ditemui, yang diyakini adalah berhala-berhala tadi dijadikan perantara dan pemberi syafa’at di sisi ALLAH.
            Ketiga, yang disebut syirik adalah dalam tauhid hakimlah yaitu ketiga tidak berhukum dengan hukum ALLAH. Bantahan, ini memang diantara jenis syirik karena pensyariatan hukum hanya menjadi wewenang ALLAH. Namun syirik bukan hanya dibatasi dalam hal ini. Bahkan syirik lebih umum dari itu. Syirik terdapat dalam doa tumbal sembelihan pada selain ALLAH, nadzar pada selain ALLAH, dan istiqhotsah pada selain ALLAH. Jika dikhususkan pada tauhid hakimiyah saja, maka itu keliru.
Jadi, Syirik adalah…..
            Jika kita merenungkan AL-Quran yang disebut syirik adalah memalingkan ibadah pada selain ALLAH. Dalilnya sebagaimana dalam beberapa ayat berikut, “Dan mereka menyembah selain daripada ALLAH apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak pula kemanfaatan, dan mereka berkata; mereka itu adalah pemberi syafaat kepada kami disisi ALLAH”. (QS. Yunus; 18).
            “Katakanlah; Serulah mereka yang kamu anggap sebagai tuhan selain ALLAH, mereka tidak memiliki kekuasaan seberat zarrah pun di langit dan bumi, dan mereka tidak mempunyai suatu saham pun dalam penciptaan langit dan bumi”. (QS. Saba’; 22). Dalil ini menunjukkan syirik dalam doa karena dipalingkannya doa pada selain ALLAH.
            Dalil berikut pula menunjukkan bahwa tumbal sembelihan hanya boleh untuk ALLAH, “Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu, dan berqurbanlah”. (QS. Al-Kautsar; 2).
            “Katakanlah; sesungguhnya sholatku, sembelihanku, hidupku dan matiku hanyalah untuk ALLAH, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNYA; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada ALLAH)”. (QS. Al-An’am; 162-163). Sembelihan dan shalat kepada selain ALLAH termasuk syirik dan syirik itu sendiri beraneka ragam macamnya.
Kaedah Yang Benar Dalam Memahami Syirik
            Syirik adalah memalingkan salah satu ibadah kepada selain ALLAH. Orang yang memalingkannya disebut MUSYRIK.
Wallahu Waliyyut Taufiq

Memperlakukan Ulama Dengan Sepantasnya
            Ibnu Taimiyah memberikan pelajaran berharga mengenai bagaimana seharusnya kita menghormati dan memuliakan para ulama. Betapa banyak orang berlebih-lebihan terhadap mereka, sampai dianggap sakti luar biasa atau luput dari kesalahan. Tidak sedikit pula yang melecehkan mereka. Berikut adalah penjelasan beliau yang moga-moga bisa kita renungkan dan pahami bersama.
            Abul Abbas Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Wajib bagi setiap muslim setelah ia loyal pada ALLAH SWT dan Rasul-NYA serta pada orang-orang beriman (sebagaimana diwajibkan dalam Al-Quran), maka sudah seharusnya mereka juga loyal menghormati para ulama. Para ulama adalah pewaris para Nabi yang memberikan cahaya (ilmu) di kegelapan darat dan laut. Kaum muslimin telah seepakat atas keberadaan para ulama di atas hidayah. Namun setiap umat sebelum diutusnya Nabi shallallahu alaihi wasallam, ulama mereka adalah sejelek-jelek orang kala itu. Hal ini berbeda dengan kaum muslimin. Ulama kaum muslimin adalah orang-orang pilihan. Mereka, para ulama adalah khalifah penerus Rasul di umatnya. Merekalah yang menghidupkan sunnah Rasul yang telah meninggal. Merekalah yang menegakkan dan menyarakan kitab ALLAH.
            Ketahuilah bahwa tidak ada satu pun dari para ulama yang diterima secar umum di tengah-tengah ummat yang dengan sengaja menyelisih baik secara detil dan jelas) satu saja dari sunnah (ajaran) Rasulullah. Mereka (para ulama) telah sepakat (ijma’). Untuk mengikuti ajaran Rasul. Setiap orang boleh diambil pendapatnya dan ditinggalkan kecuali Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Namun patut diingat, jika didapati salah satu dari para ulama memiliki pendapat padahal telah ada hadis shahih yang menyelisih pendapat ulama tersebut, maka sudah seharusnya kita memberi udzur pada mereka (para ulama) mengapa mereka bisa meninggalkan hadis shahih tersebut. (Sumber: Majmu’ Al Fatawa, Ibnu Taimiyah, darul Wafa’, 20/231-232).At-Tauhid: Salah Dalam Memahami Syirik
Walhamdulilah Rabbil’alamin

No comments:

Post a Comment