Faidah Seputar Tauhid
Syaikh as Sa’di berkata: “Tidak ada
suatu perkara yang memiliki dampak yang baik serta keutamaan yang beraneka
ragam seperti halnya tauhid. Karena sesungguhnya kebikan di dunia dan diakhirat
itu semua merupakan buah dari tauhid dan keutamaan yang muncul darinya”. (Lihat
al-Qaul as Sadid fi Maqashid at Tauhid, hal 16).
Bukan Istilah Baru
Sahabat
Ibnu Abbas mengatakan : Ketika mengutus Mu’ads menuju Yaman, Nabi berpesan
kepadanya, “ Sesungguhnya kamu akan menjumpai suatu kaum dari kalangan Ahli Kitab.
Hendaklah yang pertama kali kamu serukan kepada mereka adalah supaya mereka
mentauhidkan ALLAH Ta’ala…”. (HR. Bukhari dalam kitab At-Tauhid).
Sahabat Ibnu Umar meriwayatkan bahwa
Nabi bersabda, “Islam dibangun diatas
lima perkara : tauhid kepada ALLAH, mendirikan sholat, menunaikan zakat, puasa
ramadhan dan haji”. (HR. Muslim dalam kitab Al-Iman).At-Tauhid: Faidah Seputar Tauhid
Tauhid merupakan sumber keamanan dan
hidayah. ALLAH Ta’ala berfirman yang
artinya, “Orang-orang yang beriman dan
tidak mencampuri keimanan mereka dengan kezaliman yaitu syirik, maka mereka
itulah orang-orang yang akan mendapatkan keamanan dan mereka itulah orang-orang
yang diberikan hidayah”. (QS. Al An’aam; 82).
Syaikh Muhammad bin Abdul Aziz
Al-Qar’arwi berkata,”ALLAH memberitakan kepada kita bahwasanya barang siapa
yang mentauhidkan-NYA dan tidak mencampuri tauhid dengan syirik maka ALLAH
menjanjikan atasnya keselamatan dari masuk ke dalam neraka di akherat serta
ALLAH akan membimbingnya menuju jalan yang lurus di dunia”. (Lihat al-Jadid fi
Syarh Kitab at Tauhid, hal 35).
Kunci Keselamatan
Allah Ta’ala berfirman yang artinya,
“Sesungguhnya orang-orang kafir itu
seandainya mereka memiliki segala sesuatu yang ada di bumi seluruhnya dan yang
serupa dengannya untuk menebus siksaan di hari kiamat nanti niscaya hal itu
tidak akan terima dan mereka layak untuk mendapatkan siksaan yang sangat
menyakitkan”. (QS Al-Ma’idah; 36).
Dari Itban bin Malik, Rasulullah
bersabda, “Sesungguhnya ALLAH
mengharamkan api neraka kepada orang-orang yang mengucapkan laa ilaha illallah
dengan ikhlas karena ingin mencari wajah ALLAH”. (HR. Bukhari dalam kitab
ash- Sholah dan Muslim dalam Kitab al-Iman)
Dari Utsman bin Affan, Rasulullah
bersabda, “Barang siapa yang meninggal
dalam keadaan mengetahui bahwa tidak ada sesembahan yang benar selain ALLAH,
niscaya dia akan masuk ke dalam surga”. (HR. Muslim dalam kitab al-Iman)
Dari Abdullah bin Mas’ud, beliau
berkata: Rasulullah bersabda, “Barang
siapa yang meninggal dalam keadaan mempersekutukan ALLAH dengan sesuatu apa
pun, niscaya dia masuk ke dalam neraka”. Dan Ibnu Mas’ud berkata, “Barang
siapa yang meninggal dalam keadaan tidak mempersekutukan ALLAH dengan sesuatu
apapun, maka dia pasti akan masuk surga”.
(HR. Bukhari dalam kitab al-Jana’iz dan Muslim dalam Kitan al-Iman)
Syaikh as- sadi berkata, “Diantara
keutamaan tauhid yang paling agung adalah ia merupakan sebab yang menghalangi
kekalnya seornag di dalam neraka, yaitu apabila dalam hatinya masih terdapat
tauhid meskipun seberat biji sawi. Kemudian, apabila tauhid itu sempurna di
dalam hati maka akan menghalangi masuk neraka secara keseluruhan atau tidak
masuk neraka sama sekali (Lihat al-Qaul as- Sadid fi Maqahid at Tauhid, hal.
17)
Syarat Diterimanya Amalan
ALLAH Ta’ala berfirman yang artinya,
“Barang siapa yang mengharapkan
perjumpaan dengan Rabbnya hendaklah dia beramal shalih dan tidak
mempersekutukan sesuatu apa pun dalam beribadah kepada Rabb-nya”. (QS. Al-Kafi;
110).
ALLAH Ta’ala berfirman yang artinya,
“Sungguh, telah diwahyukan kepadamu dan
orang-orang sebelummu; seandainya kamu berbuat syirik maka pasti akan lenyap
seluruh amalanmu, dan kamu pasti akan termasuk golongan orang-orang yang merugi”.
(QS. Az-Zumar; 65)
Syaikh Muhammad at-Tamimi berkata,”Ketahuilah
bahwa ibadah tidaklah disebut dengan ibadah kecuali jika brrsama dengan tauhid.
Sebagaimana sholat tidak disebut sholat kecuali jika bersama dengan thaharah. Apabila
syirik memasuki ibadah maka rusaklah ia, sebaimana hadast yang menimpa pada
orang yang telah bersuci”. (Lihat al-Qawa’id al-Arba)
Perintah Yang Paling Agung
ALLAH Ta’ala berfirman yang artinya,
“Dan tidaklah mereka diperintahkan
melainkan supaya beribadah kepada ALLAH dengan memurniakan agama untuk-NYA
dengan menjalankan ajaran agama yang hanif, mendirikan sholat dan menunaikan
zakat. Itulah agama yang lurus”. (QS. Al-Bayyinah; 5).
Dari Abu Hurairah, Rasulullah
bersabda, “Iman itu terdiri tujuh puluh lebih atau enam puluh lebih cabang. Yang
paling utama adalah ucapan laa ilaha illallah, yang paling rendah adalah
menyingkirkan gangguan dari jalan, dan rasa malu adalah salah satu cabang
keimanan “. (HR. bukhari dalam kitab al-Iman dan muslim)
Imam an—Nawawi berkata, “Nabi telah
menegaskan bahwa yang paling utama diantara semua cabang itu adalah tauhid;
yang hukumnya wajib atas setiap orang dan tidaklah dianggap sah cabang-cabang
iman yang lain kecuali setelah sahnya hal ini”. (Lihat Syarh Muslim)
Syaikh as-Sa’di berkata, “Perkara
paling agung yang diperintahkan ALLAH adalah tauhid, yang hakikat tauhid itu
adlah mengesakan ALLAH dalam ibadah. Tauhid itu mengandung kebaikan bagi hati,
memberikan kelapangan, cahaya, dan sikap lapang dada. Dan kapan tauhid itu pula
akan lenyaplah berbagai kotoran yang menodainya. Pada tauhid itu terkandung
kemaslahatan bgi badan, serta bagi kehidupan dunia dan akhirat. Adapun perrkara
paling besar yang dilarang ALLAH adalah syirik dalam beribadah kepada-NYA. Yang
hal itu menimbulkan kerusakan dan penyesalan bagi hati, bagi badan, ketika di
dunia dan akhirat. Maka segala kebikan di dunia dan di akhirat itu seemua
adalah buah dari tauhid. Demikian pula, semua keburukan di dunia dan di
akhirat, maka itu semua adalah buah dari syirik”. (Lihat al-Qawa’id
al-Fiqhiyah, hal 18).
Syaikh Muhammad bin Shalih
al-Utsaimin berkata, “Sesungguhnya tauhid menjadi perrintah yang paling agung
disebabkan ia merupakan pokok seluruh ajaran agama. Oleh sebab itu Nabi
shallallahu alaihi wasallam memulai dakwahnya dengan ajakan itu (tauhid), dan
beliau pun memerintahkan kepada orang yang beliau utus untuk berrdakwah agar
memulai dakwah dengannya”. (Lihat Syarh Tsalatsat al-Ushul, hal. 41).
Pondasi Kebahagian
Syaikh Abdul Malik Ramadhani
berkata, “Tauhid ini memiliki kedudukan laksana pondasi bagi suatu bangunan”.
(Lihat Sitti Durar min Ushul Ahli al-Atsar, hal.13). ALLAH Ta’ala berfirman
yang artinya, “Manakah yang lebih baik;
orang yang menegakkan bangunannya diatas pondasi ketakwaan kepada ALLAH dan
keridhaan-NYA, ataukah orang yang menegakka bangunannya diatas tepi jurang yang
akan runtuh dan ia pun akan runtuh bersamanya ke dalam neraka Jahanam”. (QS.
At-Taubah; 109)
Syaikh Abdul Malik Ramadhani
berkata, “Hal itu dikarenakan ayat ini turun berkenaan dengan kaun munafikin
yang membangun mesjid untuk sholat di dalamnya. Akan tetapi tatkala mereka
tidak membarengi amalan yang agung dan utama ini (membangun mesjid) dengan
keikhlasan di dalam hatinya, maka amalan itu tidak bermanfaat sama sekali bagi
mereka. Bahkan, justru amalan itu yang akan menjerumuskan mereka jatuh ke dalam
Jahanam, sebagaimana ditegaskan di dalam ayat tersebut”. (Lihat Sittu Durar min
Ushul Ahli Al- Atsar, hal. 13).
ALLAH Ta’ala berfirman yang artinya,”Sesungguhnya ALLAH tidak akan mengampuni
dosa syirik, dan akan mengampuni dosa-dosa lain dibawah tingkatan syirik, yaitu
bagi orang-orang yang ALLAH kehendaki”. (QS. An-Nisaa’; 48).
Dari Anas bin Malik, Rasulullah
bersabda; “Wahai anak Adam! Seandainya kamu datang kepada-KU dengan membawa
dosa hamper sepenuh isi bumi lalu kamu menemui-KU dalam keadaan tidak
mempersekutukan-KU dengan sesuatu apapun, niscaya AKU pun akan mendatangimu
dengan ampunan sebesar itu pula”. (HR. Tirmidzi)
Sebab Kejayaan dan Kemuliaan
ALLAH Ta’ala berfirman yang artinya,
“ALLAH menjanjikan kepada orang-orang
yang beriman diantara kalian dan beramal shalih, bahwa DIA sungguh akan
menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana DIA telah menjadikan orang-orang
sebelum mereka berkuasa, dan DIA sungguh akan meneguhkan bagi mereka dengan agama
yang telah DIA ridhai. Dan dia benar-benar akan mengubah keadaan mereka,
setelah berada dalam ketakutan menjadai aman sentosa. Mereka tetap menyembah-KU
dengan tidak mempersekutukan-KU dengan sesuatu apa pun”. (QS. An-Nuur; 55)
ALLAH Ta’ala berfirman yang artinya,
“Seandainya penduduk negeri itu beriman
dan berrtakwa niscaya KAMI akan bukakan bagi mereka keberkahan dari langit dan
bumi”. (QS. Al-Araf; 96)
Syaikh as-Sa’di berkata,”Tidak ada
suatu perkara yang memiliki dampak yang baik serta keutamaan yang beraneka
ragam seperti halnya tauhid. Karena sesungguhnya kebaikan di dunia dan di
akhirat itu semua merupakan buah dari tauhid dan keutamaan yang muncul darinya”.
(Lihat al-Qaul As Sadid fi Maqashid at Tauhid. Hal, 16).
Syarat Untuk Mendapatkan Syafa’at
Dari Abu Hurairah, beliau berkata;
Rasulullah bersabda, “Setiap Nabi memiliki sebuah doa yang mustajab, maka semua
Nabi bersegerra mengajukan doanya itu. Adapun aku menunda doaku itu sebagai
syafa’at itu dengan kehendak ALLAH akan diperoleh setiap orang diantara umatku
yang meninggal dan tidak mempersekutukan ALLAH dengan sesuatu apapun”. (HR.
muslim dalam Kitab al-Iman)At-Tauhid: Faidah Seputar Tauhid
Wallahu
a’alam bish shawab
No comments:
Post a Comment