Berkah selalu diinginkan oleh setiap
orang. Namun sebagian kalangan salah kaprah dalam memahami makna berkah
sehingga hal-hal keliru pun dilakukan untuk meraihnya. Coba kita saksikan
bagaimana sebagian orang mengharap berkah dari kotoran sapi. Ini suatu yang
tidak logis, namun nyata terjadi di negeri kita. Inilah barangkali karena salah
paham dalam memahami makna keberkahan dan cara meraihnya.
Makna Barokah
Dalam bahasa arab, berkah bermakna
bertambah atau berkembanynya sesuatu (lihat Mu’jam maqoyisil lughoh). Sedangkan
tabarruk adalah istilah untuk meraup berkah atau mengharap berkah. Adapun makna
barokah dalam al-quran dan sunnah adalah langgengnya kebaikan. Kadang pula
bermakna bertambahnya kedua-duanya.
Seluruh Kebaikan Berasal dari ALLAH
ALLAH Ta’ala berfirman yang artinya,
“Katakanlah: Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engaku berikan kerajaan
kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang
Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau
hinakan orang yang ENgkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan.
Seseungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.”(QS. Ali Imron; 26). Yang
dimaksud ayat; “ditangan ALLAH lah segala kebaikan” adalah segala kebaikan
tersebut atas kuasa ALLAH. Tiada seorang pun yang dapat mendatangkannya kecuali
atas kuasa-Nya. Karena ALLAH lah yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Demikian
penjelasan dari Ath Thobari.
Berbagai Keberkahan yang Halal
Perlu diketahui bahwa keberkahan
yang halal bisa terdapat dalam hal diniyah dan hal duniawiyah, atau salah satu
dari keduanya. Contohnya yang mencakup keberkahan diniyah dan duniawiyah
sekaligus adalah keberkahan pada al-quran. Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam dan para sahabat. Keberkahan seperti ini juga terdapat pada majelis
orang sholih, keberkahan bulan ramadhan, keberkahan makan sahur. Keberkahan
pada hal diniyah saja semisal pada tiga mesjid yang mulia yaitu masjidil harom,
masjidil nabawi dan masjidaqsho. Sedangkan keberkahan pada air hujan, pada
tumbuhnya berbagai tumbuhan, keberkahan pada susu dan hewan ternak. (lihat at
tabarruk, hal. 44)
Ada satu catatan yang perlu
diperhatikan. Keberkahan yang halal diatas kadang diketahui karena ada dalil
tegas yang menunjukkannya, kadang pula dilihat dari dampak, di sisi lain juga
dilihat dari kebaikan yang amat banyak yang diperoleh. Namun untuk keberkahan
dalam hal duniawiyah bisa diperoleh jika digunakan dalam ketaatan pada ALLAH.
Jika digunakan dalam ketaatan pada ALLAH. Jika digunakan bukan pada ketaatan,
itulah bukan berkah, namun hanyalah musibah. (lihat at-tabrruk,44).
Contoh Mengharap Berkah yang Halal
Diantara keberkahan orang sholih
adalah karena keistiqomah agamanya. Karena istiqomahnya ini, dia akan
memperoleh keberkahan di dunia yaitu tidak akan sesat dan keberkahan di akhirat
yaitu tidak akan sengsara. ALLAH berfirman yang artinya, “Maka jika datang
kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barang siapa yang mengikuti pentunjuk-Ku,
ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.”(QS. Thoha; 123).
Keberkahan orang sholih pun terdapat
pada usaha yang mereka lakukan. Mereka begitu giat menyebarkan ilmu agama
ditengah-tengah masyarakat sehingga banyak orang pun mendapat manfaat. Itulah
keberkahan yang dimaksudkan. Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda,”Sesungguhnya
para ulama adalah pewaris para Nabi.” (HR. Abu Daud).
Yang dimaksud dengan kedermawan
dirinya, jika dilihat dari sisi orang yang mengambil harta berarti ia tidak
mengambilnya dengan tamak dan tidak meminta-minta. Sedangkan jika dilihat dari
orang yang memberikan harta, maksudnya adalah ia mengeluarkan harta tersebut
dengan hati yang lapang. (lihat fathul bari, ibnu hajar al asqolani, darul
ma’rifah)
Begitu pula keberkahan dapat
diperoleh dengan berpagi-pagi dalam mencari rizki. dari Shokr al ghomidiy, Nabi
shallallahu alaihi wasalm bersabda, “Ya ALLAH, berkahilah umatku di waktu
paginya.”
Mengharap Berkah yang Keliru
Pertama;
tabarruk dengan nabi shallallahu alaihi was am setelah beliau wafat. Diantara
yang terlarang adalah tabarruk dengan kubur beliau. Bentuknya adalah seperti
meminta doa dan syafa’at dari rasulullah shallallahu alaihi wasallam di sisi
kubur beliau. Perbuatan semacam ini bahkan termasuk kesyirikan karena
didalamnya terdapat bentuk perminataan yang hanya ALLAH saja yang bisa mengabulkannya.
(lihat at tabarruk, 325)
Juga yang termsuk keliru adalah
mendatangi kubur nabi shallallahu alaihi wasallam lantas mengmabil berkah dari
kuburnya dengan mencium atau mengusap-usap kubur tersebut.
Kedua;
tabarruk dengan orang sholih setelah wafatnya. Jika terhadap nabi shallallahu
alaihi wasalm saja tidak diperkenankan tabarruk dengan kubur beliau dengan
mencium atau mengusap-usap kubur tersebut, maka lebih-lebih dengan kubur orang
sholih, kubur para wali, kyai, para habib atau kubur lainnya. Tidak
diperkenankan pula seseorang meminta dari orang sholih yang telah mati tersebut
dengan doa. Sehingga jika doa semacam itu ditujukan kepada selain ALLAH berarti
telah jatuh pada kesyirikan.
Bahkan nabi shallallahu alaihi
wasalam telah secara tegas melarang kita dari mengagung-agungkan kubur
orang-orang shalih, sebgaimana dengan sabda Nabi, “… Dan sesungguhnya ALLAH
telah menjadikan diriku sebagai kekasih sebagaimana Dia telah menjadikan
Ibrohim sebagi kekasih. Seandainya aku boleh mengambil kekasih, niscaya aku
akan menjadikan Abu Bakar sebagai kekasih. Dan ketahuilah, sesungguhnya
orang-orang yang sebelum kaian telah memperrlakukan kubur para nabi mereka dan
orang-orang shalih diantara mereka sebagaimana masjid. Janganlah kalian
menjadikan kuburan sebagai masjid, sesungguhnya aku melarang kalian melakukan
itu.” (HR. Muslim)
Begitu pula yang termasuk
kekeliruan, jika tabarruk tersebut adalah tawassul, yaitu meminta orang sholih
yang sudah tiada untuk berdoa kepada ALLAH agar mendoakan dirinya.
Ketiga;
tabarruk dengan pohon, batu dan benda-benda lainnya. Menharap berkah dengan
benda-benda semacam ini, termasuk pula mengarap berkah dengan suatu yang tidak
logis seperti dengan batu dan keris termasuk hal yang terlarang, suatu bid’ah
yang tercela dan sebab terjadinya kesyirikan.
Perbuatan-perbuatan diatas adalah
termasuk perbuatan ghuluw (berlebih-lebihan) terhadap orang sholih dan pada
suatu benda. Sikap yang benar untuk meraih keberkahan dari nabi shallallahu
alaihi wasallam setelah beliau wafat adalah dengan mengikuti setiap tuntunan
beliau sedangkan kepada orang sholih adalah dengan mengikuti ajaran kebaikan
mereka dan mewarisi setiap ilmu mereka yang sesuai dengan tuntunan ALLAH dan
Rasul-Nya. Inilah tabarruk yang benar.
Penutup
Dari penjelasan diatas, sebenarnya
banyak sekali jalan untuk meraih keberkahan atau mengharap berkah yang
dibenarkan. Oleh karena itu, sudah sepantasnya kita mencukupkan dengan hal itu
saja tanpa mencari berkah lewat jalan yang keliru, bid’ah atau bernilai
kesyirikan. Carilah keberkahan dengan beriman dengan bertakwa kepada ALLAH.
ALLAH Ta’al berfirman yang artinya, “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri
beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari
langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan ayat-ayat Kami itu, maka Kami siksa
mereka disebakan perbuatnnya.” (QS. Al A’rof; 96)
Semoga ALLAH senantiasa melimpahkan
kita berbagai keberkahan.At Tauhid: Mencari Berkah
No comments:
Post a Comment