Karakter mengagumkan yang tidak ditemukan pada
pribadi yang bukan mukmin
Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Sungguh mengagumkan urusan seorang
mukmin. Sesungguhnya semua urusannya adalah baik. Dan hal itu tidak akan
diperoleh kecuali oleh seorang mukmin. Apabila dia mendapatkan kesenangan, maka
dia bersyukur. Maka hal itu merupakan kebaikan baginya. Dan apabila dia
tertimpa kesusahan maka dia bersabar. Maka itu juga merupakan kebaikan
baginya.” (HR. Muslim)
Dua pilar keimanan
Ibnul qayyim di dalam madarij as-salikin menjelaskan bahwa
iman itu terdiri dari dua bagian; sabar dan syukur. Ibnul qayyim menggambarkan
bahwa sabar bagi iman laksana kepala bagi tubuh seorang insan. Seandainya tidak
ada iman pada diri seseorang yang tidak memiliki kesabaran, sebagaimana halnya
tidak berfungsi tubuh apabila tidak ada kepalanya. (Lihat hasyiyah kitab
at-tauhid)
Demikian pula dengan syukur, ia
merupakan bukti keseriusan seorang hamba dalam mengabdi dan tunduk kepada Rabbnya.
ALLAH ta’ala berfirman yang artinya, “Dan bersyukurlah kepada ALLAH jika kalian
benar-benar beribadah hanya kepada-NYA.”(QS. Al-baqarah; 172). ALLAH
menciptakan pendengaran, penglihatan dan hati adalah untuk bersyukur
kepada-NYA. ALLAH ta’ala berfirman yang artinya, “ALLAH mengeluarkan kalian
dari perut ibu-ibu kalian dalam keadaan
kalian tidak mengetahui apa-apa dan ALLAH menciptakan untuk kalian pendengaran,
penglihatan dan hati mudah-mudahan kalian bersyukur kepada-NYA.” (QS. An nahl;
78)
Syukur ketika mendapat nikmat
Syukur adalah ibadah yang sangat
agung. ALLAH ta’ala berfirman yang artinya, “Ingatlah kalian kepada-Ku,
niscayaAku pun mengingat kalian dan bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kalian
kufur.” (QS. Al-baqarah; 152). Barang siapa bersyukur kepada ALLAH maka ALLAH
akan tambahkan nikmat kepada-NYA. Sebaliknya barang siapa yang justru kufur
maka sesungguhnya siksaan ALLAH sangatlah keras. ALLAH berfirman yang artinya,
“Dan ingatlah ketika Rabb kalian mengumumkan kepada kalian; jika kalian
bersyukur maka akan Aku tambahkan nimat-Ku atas kalian dan jika kalian kufur,
sesungguhnya siksa-Ku sangatlah keras.”(Qs. Ibrohim; 7)
Hakikat dari syukur itu adalah
mengakui di dalam hari bahwa nikmat yang ada ini adalah dari ALLAH, memuji
ALLAH dengan lisannya dan menggunkan nimat-nikmat itu untuk taat kepada-NYA.
Ibnul Qayyim memaparkan lima pilar syukur yang harus ditegakkan; tunduk dan
merendahkan kepada Dzat yang disyukuri yaitu ALLAH. Cinta kepada-NYA. Mengakui
bahwa nikmat itu adalah pemberian-NYA. Memuji-NYA dengan lisan atas limpahan
nikmat tersebut dan tidak memanfaatkannya dalam perkara yang dibenci-NYA.
Inilah lima pilar syukur yang ada pada diri seorang hamba.
Jangan salah sangka !
ALLAH ta’ala berfirman yang artinya,
“Pada hari itu kiamat tidaklah bermanfaat harta dan keturunan melainkan bagi
orang yang menghadap ALLAH dengan hati yang selamat.” (QS. As-syu’ara; 88-89).
Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Seandainya anak keturunan Adam
memiliki dua lembah harta niscaya dia masih akan mencari yang ketiga. Dan tidak
akan pernah menyumbat rongga anak Adam selain tanah dan ALLAH menerima taubat
bagi siapa pun yang mau.” (HR. Bukhari)
Oleh sebab itu nikmat semacam ini
bukan ukuran kemuliaan dan kebahagiaan yang sejati. ALLAH ta’ala berfirman yang
artinya, “Adapun manusia, apabila Rabbnya menimpakan ujian kepadanya dengan
memuliakan dan mencurahkan nikmat kepadanya maka dia mengatakan, Rabbku telah
memuliakanku. Dan apabila Dia mengujinya dengan membatasi rezkinya niscaya dia
akan mengatakan, Rabb ku telah menghinakanku. Sekali-kali bukan demikian…”(QS.
Al-fajr, 15-17).
Ibnul qayyim mengatakan, “Maknanya
adalah; tidaklah setiap orang yang ALLAH berikan kemuliaan di dunia dan Ku
berikan kenikmatan dunia kepadanya maka itu berate AKu benar-benar mengarunikan
nikmat yang hakiki kepadanya. Karena sesungguhnya hal itu merupakan cobaan
dari-Ku kepadanya sekaligus sebagai ujian untuknya. Dan tidak pula setiap orang
yang Aku batasi rezkinya sehingga Aku jadikan rezkinya sebatas apa yang
diperlukannya saja tanpa ada kelebihan maka itu artinya Aku sedang menghinakan
dirinya. Namun sesungguhnya Aku sedang menguji hamba-Ku dengan nikmat-nimat
sebagaimana halnya Aku ingin menguji dirinya dengan berbagai bentuk musibah.”
(Ijtima al-juyusy al-islamiyah)
Berdoalah untuk bisa bersyukur kepada-NYA
Mu’ads bin jabal menceritakan bahwa
suatu keitka Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memgang tanganya seraya
mengucapkan, “Hai Mu’adz, demi ALLAH sesungguhnya aku benar-benar mencintaimu.
Demi ALLAH, aku benar-benar mencintaimu. Lalu beliau bersabda, Aku wasiatkan
kepada mu wahai Mu’adz, jangan kamu tinggalkan bacaan setiap kali di akhir
sholat hendaknya kamu berdoa, allhumma a’inni ala dzikrika wa syukrika wa husni
ibadatik.” (HR. Abu dawud)
Sabar ketika tertimpa musibah
Musibah berupa penyakit, kecelakaan,
kemiskinan adalah perkara biasa yang dihadapi oleh manusia. Tidak ada bedanya
antara orang yang beriman dengan orang yang kafir, mereka semua bisa
mendapatkannya. Hanya saja, seorang yang benar-benar beriman kepada ALLAH dan
takdir-NYA maka dia akan menjadikan musibah itu sebagai lading pahala bagi.
ALLAH Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan sungguh Kami benar-benar akan menguji
kalian dengan sedikit rasa takut, kelaparan, dan kekurangan harta, hilangnya
jiwa dan sedikitnya buah-buahan. Maka berikanlah kabar gembira kepada
orang-orang yang sabar. Yaitu orang-orang yang apabila tertimpa musibah mereka
mengatakan; sesungguhnya kami ini milik ALLAH dan kami akan kembali kepada-NYA.
Mereka itulah orang yang mendapatkan ucapan salawat dari Rabb mereka dan
curahan rahmat dan mereka itulah orang-orang yang mendapatkan petunjuk.”(QS.
Al-baqarah; 155-157)
Sabar adalah anugerah
Rasulullah shallallahu alaihi
wasalam bersabda, “Tidaklah ada satu musibah yang menimpa seorang muslim
melainkan ALLAH akan menghapuskan dosa dengannya sampai pun duri yang menusuk
badannya.” (HR. Bukhari dan Muslim). Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
bersabda, “Apabila ALLAH menghendaki kebaikan pada diri seorang hamba maka
ALLAH akan menyegerakan hukuman baginya di dunia. Dan apabila ALLAH menghendaki
keburukan bagi hamba-NYA maka ALLAH akan menunda hukuman atas dosanya itu
sampai pada hari kiamat nanti hukuman itu baru akan ditunaikan.”(HR. Tirmidzi)
Pahala yang besar bersama dengan sabar
Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam bersabda, “Sesungguhnya pahala yang besar itu bersama dengan cobaan
yang besar pula. Dan apabila ALLAH mencintai suatukaum maka ALLAH akan menimpa
musibah kepada mereka. Barangsiapa yang ridha kepadanya. Dan barangsiapa yang
murka maka murka pula yang akan didapatkannya.” (HR. Tirmidzi). Suatu ketika
Nabi shallallahu alaihi wasallam ditanya, “Siapakah orang yang paling berat
cobaanya?”. Maka beliau menjawab, “Para Nabi kemudian orang yang seperti mereka
sesudahnya dan orang semacam mereka berikutnya. Seseorang itu akan diuji sesuai
dengan kadar agamanya. Apabila orang itu kuat agamanyya maka semakin keras
cobaanya. Kalu agamanya lemah maka dia akan dicoba sesuai dengan kadar
agamanya. Maka musibah dan cobaan itu senatiasa mennimpa seorang hamba hingga
dia ditnggalkan berjalan di atas muka bumi dalam keadaan bersih dari dosa.”
(HR. Tirmidzi)
Sabar pun membutuhkan pertolongan ALLAH
ALLAH ta’ala berfirman yang artinya,
“Bersabarlah dan tidaklah kesabaran mu itu melainkan dengan pertolongan dari
ALLAH.” (QS. An-nahl;127). Jadi sabar ada tiga cakupan; sabar dalam menjalankan
ketaan, sabar dalam menjauhi kemaksiatan dan sabar dalam menghadapi takdir yang
terasa menyakitkan. Oleh sebab itu, seorang hamba sangat membutuhkan
pertolongan dari ALLAH dalam setiap gerak dan langkahnya.
Semoga ALLAH melimpahkan kepada kita
kesabaran ketika tertimpa musibah, sabar ketika menjauh dari dosa dan sabar
ketika menjalankan ketaatan kepada-NYA, sebagaimana kita memohon kepada ALLAH
agar mematikan kita sebagai mukmin yang pandai bersyukur kepada-NYA. Wa
shallallahu ala nabiyyina muhammadin wa ala alihi wasallam. Walhamdulillahi
rabbil alamin.At Tauhid: Hanya Ada Pada Seorang Mukmin
No comments:
Post a Comment