Friday, December 6, 2013

At Tauhid : Sering Terucap Luput Dari Renungan



Sering Terucap Luput Dari Renungan



            Banyak diantara kita belum merenungkan secara mendalam, ayat Al-Quran, zikir dan doa yang hampir setiap hari terucap dari lisan kita, yang sebenarnya sangat lugas mengikrarkan konsep Tauhid yang benar. Konsep tauhid yang diajarkan islam sesungguhnya sangat bisa dipahami dari zikir, doa dan ayat-ayat sederhana yang sering dibaca oleh kebanyakan kita. Beberapa diantaranya adalah:

Laa Ilaaha Illallah

            Kalimat ini tentu tidak asing lagi bagi kita, sering kita ucapkan didalam maupun diluar shalat, banyak terdapat di dalam Al-Quran dan merupakan rukun pertama dari rukun islam. Kalimat ini merrupakan pondasi dari agama seeorang muslim. Karena dengan mengucapkan kalimat ini, seorang muslim telah mengikrarkan konseep Tauhid.
            Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Barang siapa yang akhir perkataannya sebelum meninggal dunia adalah Laa ilaaha illallah, maka dia akan masuk surge”. (HR. Abu Daud). Secara bahasa arab, dan menurut penafsiran para ulama, makna dari laa ilaaha illallah adalah tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain ALLAH SWT. Dengan kata lain walaupun sesuai realita sesembahan lain itu memang ada, namun satu-satunya yang berhak disembah adalah ALLAH SWT semata.
            Jika konsep tauhid itu semata-mata mengakui ALLAH SWT sebagai satu-satunya Rabb pencipta alam semesta, tentu kaum musyrikin ketika itu sedang senang hati mengucapkan laa ilaaha illallah dan tidak perlu marah serta memerangi Nabi shallallahu alaihi wasallam. Namun konsep tauhid yang ada dalam kalimat tersebut tidak semata-mata hanya sebatas mengakui ALLAH sebagai pencipta dan pengatur alam semesta, tetapi lebih kepada pengakuan bahwa ALLAH Ta’ala adalah satu-satunya sesembahan yang berhak untuk ditujukan peribadahan kepada-NYA.
            Jika kita merujuk tafsiran para ulama, kita akan mendapati tafsiran laa ilaha illallah sebagaimana yang dikemukaan diatas. Ibnu Katsir mengatakan tentang tafsir firman ALLAH SWT yang artinya, “Dan Dialah ALLAH, tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Dia”(QS. Qashash: 70) dengan maksud adalah ALLAH SWT dalam makna uluhiyyah, tidak ada sesembahan selain Dia, sebagaimana tidak ada pencipta seelain Dia. (Tafsir Al-Quran Al-Azhim, 10/479).
            As Suyuthi dalam tafsir Al Jalalain ketika menafsirkan ayat kursi (surat Al Baqarah ayat 255), “ALLAH, tidak ada ilah melainkan Dia” beliau langsung menafsirkannya dengan berkata, “TIdak ada sesembahan yang berhak diseembah dialam semesta selain ALLAH SWT”. Fakhruddin Ar Rozi mengatakan tentang tafsir ayat, “Yang memiliki sifat-sifat yang demikian itu adalah ALLAH SWT, Rabb kamu; tidak adalah ilah selain Dia; Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia”(QS. Al An’am: 102), dimana tidak ada ilah selain Dia adalah, “Tidak ada yang berhak diibadahi kecuali ALLAH SWT, sedangkan yang dimaksudkan oleh ayat maka sembahlah Dia adlah jangan menyembah kepada selain-NYA. (Mafaatihul Ghoib, Fakhrudin Ar Rozi, 6/412).
Iyyaka Na’budu Wa iyyaka Nasta’in
            Kalimat diatas adalah sebuah ayat dari surat Al Fatihah, yang tentunya sering kit abaca lebih dari 17 kali dalam sehari dan dihafal hampir oleh semua muslim diseluruh dunia. Yang artinya: “Hanya kepada Engkaulah kami beribadah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan”(QS. Al Fatihah: 5)
            Secara bahasa arab, gaya bahasa ayat ini mengandung makna pembatasan. Dan ayat ini menegaskan konsep tauhid, bahwa peribadatan hanya ditujukan kepada ALLAH SWT semata, serta menggantungkan pertolongan hanya kepada ALLAH SWT.
            Meminta dan menggantungkan pertolongan kepada selain ALLAH SWT, missal dukun, kyai, jin atau menggunakan jimat, rajah, jampi-jampi, berarti telah berbuat yang bertentangan dengan surat Al Fatihah ayat 5 ini.
Laa Haula Wa Laa Quwwata Illa Billah
            Kalimat diatas adalah zikir yang sudah tidak asing lagi ditelinga dan lisan kita, dikenal dengan istilah hauqolah. Makna dari kalimat ini adalah bahwa tercapainya sesuatu, perubahan kondisi menjadi lebih baik adalah semata-mata karena kehendak ALLAH SWT dan pertolongan dari-NYA. Bukan karena pertolongan dukun, jin, keajaiban jimat atau kesaktian kyai. Sama sekali bukan. ALLAH SWT berfirman: “Jika ALLAH menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia” (QS. Yunus: 107)
            Konsekuensinya, memohon kebaikan, memohon tercapainya sesuatu, menggantungkan pertolongan hanyalah ditujukan kepada ALLAH Ta’ala. Inilah konsep tauhid.
Surat Yaasin
            Konsep tauhid dalam surat yasin sangatlah kental. Dan ayat ini menggelitik nalar manusia, yaitu bahwa telah jelas ALLAH SWT yang menciptakan alam semsta beserta isinya dan seluruh kaum manusia. Lalu mengapa mempersembahkan ritual-ritual ibadah kepada selain ALLAH? Sungguh kemusyrikan telah melempar jatuh akal sehat manusia.
            Ayat ini juga membantah telak orang yang meminta-minta pertolongan selain ALLAH SWT. Karena pertolongan dari sesembahan selain ALLAH ta’ala, tidak bermanfaat jika ALLAH tidak menghendakinya terjadi. Begitu juga keburukan dari sesembahan selain ALLAH SWT tidak membahayakan jika ALLAH tidak menghendakinya terjadi.
            Namun sangat disayangkan, sebagian orang bersemangat untuk selalu membaca surat yasin setiap pekannya, namun belum meresap dalam hati mereka konsep tauhid yang terkandung didalamnya.
Ayat Kursi

            Ayat kursi ini telah member pengajaran bahwa syafa’at itu sepenuhnya milik ALLAH ta’ala. Dan syafaat dapat diberikan semata-mata atas izin ALLAH ta’ala. Memang benar bahwa sebagian makhluk ALLAH ada yang dapat member syafaat, itu pun terbatas pada orang –orang yang diizinkan oleh ALLAH SWT untuk diberi syafaat. Sehingga tidak boleh sembarang kita mengklaim kyai fulan, Buya fulan bisa member syafaat padahal tidak ada keterangan bahwa ALLAH ta’ala mengizinkan mereka untuk memberi syafaat.
            Pengajaran lain, baginda Nabi shallallahu alaihi wasallam memang diizinkan oleh ALLAH SWT untuk member syafaat. Namun syafaat dari Baginda Nabi tidak dapat diberikan kepada salah seorang diantara kita tanpa izin ALLAH. Seseorang tidak akan mendapatkan syafaat jika ALLAH tidak meridhai dia untuk mendapatkannya, walau orang tersebut telah memintanya kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam ribuan kali. Jika demikian, bukankah seharusnya kita memohon syafaat tersebut kepada ALLAH dan bukan memohonnya kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam? Terlebih doa hanya pantas ditujukan kepada ALLAH SWT semata.
Zikir setelah shalat

            Zikir ini memegaskan bahwa doa hanyalah ditujukan kepada ALLAH bukan kepada selain-NYA. Karena ALLAH yang memiliki hak untuk member kebaikan dan keburukan atau tidak memberinya.
            Zikir yang diajarkan oleh Nabi shallallahu alaihi wasallam ini berisi puji-pujian terhadap ALLAH SWT terutama memuji kebesaran ALLAH dalam hal kekuasaan-NYA untuk memberi kebaikan atau keburukan. Berkaitan hal tersebut, digunakan lafadz Allahumma disini memberikan pengajaran bahwa permintaan  kita kepada ALLAH disampaikan langsung kepada ALLAH tanpa melalui perantara siapapun. Dan ALLAH SWT berfirman, “Berdoalah langsung kepada-Ku, niscaya akan Aku kabulkan”(QS. Al Mu’min: 60)
            Semoga kita dapat selalu meresapi konsep-konsep tauhid yang agung yang merrupakan modal utama untuk mengharap rahmat dari ALLAH Ta’ala di hari akhir kelak. At Tauhid: Sering Terucap Luput Dari Renungan


No comments:

Post a Comment