Tuesday, October 14, 2014

At Tauhid: Asap Datang Pahala Menjemput




            Beberapa minggu terakhir ini negeri kita kembali dilanda kebakaran hutan yang menimbulkan kabut asap yang begitu tebal. Negeri yang awalnya asri akhirnya berubah menjadi lautan asap. Kita semua pun merasakan bagaimana berat dan susahnya mengalami musibah atau bencana seperti itu karena kemana-mana jarak pandang pendek, penuh asap dan harus menggunakan masker. Berikut adalah beberapa nasehat berharga yang semoga bisa menjadi penghibur lara.
Pahamilah Takdir Ilahi
            Debu atau asap yang terasa tidak menyenangkan, begitu pula bau yang tidak sedap di jalan-jalan, semua musibah yang ada, itu adalah bagian dari takdir ilahi. Itu adalah suatu yang ditakdirkan sejak 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi. Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda, “ALLAH telah mencatat takdir setiap makhluk 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.” (HR. Muslim).
            Apa yang ALLAH takdirkan ini tak ada yang bisa mengelaknya. Dalam sebuah hadis disebutkan, “Engkau harus tahu bahwa sesuatu yang ditakdirkan akan menimpamu, tidak mungkin luput darimu dan sesuatu yang ditakdirkan luput darimu, tidak mungkin menimpamu.” (HR. Abu Daud)
            Ibnul Qayyim mengatakan, “Landasan setiap kebaikan adalah jika engkau tahu bahwa setiap yang ALLAH kehendaki pasti terjadi dan setiap yang tidak ALLAH kehendaki tidak akan terjadi.” (Al Fawaid, hal. 94)
Musibah Datang karena Maksiat
            ALLAH ta’ala berfirman yang artinnya, “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri (dosa-dosamu) dan ALLAH memaafkan sebagian besar dari kesalahan-kesalahanmu.” (QS. Asy Syuraa: 30)
            Ibnu Qoyyim Al Jauziyah mengatakan, “Diantara akibat dari berbuat dosa adalah menghilangkan nikmat dan akibat dosa adalah mendatangkan bencana. Oleh karena itu, hilangnya suatu nikmat dari seorang hamba adalah karena dosa. Begitu pula datangnya berbagai musibah juga disebabkan oleh dosa.” (Al Jawabul Kaafi, 87)
            Dari sini, maka sudah sepatutunya direnungkan, boleh jadi kabut asap yang menimpa kita sehingga menyulitkan berbagai aktivitas yang ada sebenarnya karena dosa-dosa kita sendiri. Cobalah lihat bagaimana di masyarakat kita masih mempertahankan tradisi atau ritual yang berbau syirik, sukanya memakai jimat-jimat sebagai penglaris, kuburan begitu diagungkan dan dipuja dan sebagainya. Begitu pula banyak ritual mengatas namakan islam namun tidak pernah diajarkan oleh Nabi shallallahu alaihi wasallam tersebar luas ditengah masyarakat dan terus dipertahankan. Belum lagi betapa sering sebagian orang meninggalkan shalat lima waktu yang wajib. Begitu pula zina dan berpakaian yang buka-bukaan aurat sudah dianggap biasa ditengah-tengah masyarakat kita. Inilah barangkali sebab datangnya musibah demi musibah yang menimpa negeri kita. Sudah seharusnya kita instropeksi diri akan hal ini dan bersegera bertaubat pada ALLAH.
            Ali bin Abi Tholib mengatakan, “Tidaklah musibah tersebut turun melainkan karena dosaa. Oleh karena itu, tidaklah bisa musibah tersebut hilang melainkan dengan taubat.” (Al Jawabul Kaafi, 87)
Hadapilah Musibah dengan Sabar
            Banyak mengeluh tidak ada gunanya. Mencaci maki sana sini akan asap yang tidak enak ketika kebakaran hutan, juga tidak ada manfaatnya. Sikap pertama dalam menghadapi musibah adalah dengan bersabar.
            Ibnul Qayyim mengatakan bahwa bersabar adalah menahan hati dan lisan dari berkeluh kesah serta menahan anggota badan dari prilaku emosional. (Lihat Uddatush Shobirin, hal. 10)
            Yang disebut sabar adalah dia awal musibah, bukan belakangan setelah lisan mengeluh dan bersikap emosional sebagai tanda tak ridho. Karena Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Yang namanya sabar seharusnya dimulai ketika awal ditimpa musibah.” (HR. Bukhari). Tidak perlu mengeluh atas musibah, tahanlah lisan dan anggota badan lainnya dari banyak menggerutu dan merasa tidak suka. Hadapilah musibah dengan sabar.
Ada Kemudahan di Balik Kesulitan
            Yakinlah bahwa di balik setiap kesulitan pasti ada kemudahan. Di balik kesulitan pasti ada jalan keluar. ALLAH ta’ala berfirman yang artinya, “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”(QS. Alam Nasyroh; 5). Ayat ini pun diulang setelah itu yang artinya, “Ssesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS Alam nasyroh; 6). Qotadah mengatakan, “Diceritakan pada kami bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah member kabar gembira pada para sahabatnya dengan ayat diatas, lalu beliau mengatakan, “Satu kesulitan tidak mungkin mengalahkan dua kemudahan.” (Ibnu Jarir Ath Thobari)
            Kesulitan yang menimpa saat ini, kemana-mana saja harus menghadapi asap dan terbangan debu sana sini, jarak pandang ketika berkendaraan pun kurang, ini hanya sesaat bukan sepanjang tahun (Insya ALLAH) dan bukan selamanya, karena pasti ada kemudahan. Sehingga tidak perlu gelisah dan berputus asa.
            Cobalah lihat bagaimana ALLAH memberikan ganti yang lebih baik terhadap suatu musibah karena seorang muslim menyerahkan semuanya pada ALLAH dan bersabar. Ummu Salamah berkata bahwa beliau pernah mendengar Rasul shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Siapa saja dari hamba yang tertimpa musibah lalu ia mengucapkan; inna lillahi wa inna ilahi roji’un, Allahumma’jurni fii mushibati wa akhlif lii khoiron minhaa” (HR. Muslim)
Ada Nikmat di balik Derita
            Sebenarnya dibalik derita ada suatu yang lebih besar yang dinikmati seorang muslim. Jika menghadapi musibah dengan sabar, disitu ada pahala. Artinya karena kabut asap, misalnya, kita pun bisa meraih pahala jika menghadapi musibah tersebut dengan sabar.
            Begitu pula derita bisa jadi nikmat karena dengan adanya musibah, setiap orang diingatkan agar segera kembali pada ALLAH. Akhirnya ia pun taat, banyak memohon dan berdoa pada ALLAH. Ibnu Taimiyyah mengatakan, “Dianata sempurnanya nikmat ALLAH pada para hamba-NYA yang beriman, Dia menurunkan pada mereka kesulitan dan derita. Disebabkan derita ini mereka pun mentauhidkan-NYA (hanya berharap kemudahan pada ALLAH). Mereka pun banyak berdoa kepada-NYA dengan berbuat ikhlas. Mereka pun tidak berharap kecuali kepada-NYA. Dii kala sulit tersebut, hati mereka pun selalu bergantung pada-NYA, tidak beralih pada selain-NYA. Akhirnya mereka bertawakal dan kembali pada-NYA dan merasakan manisnya iman. Mereka pun merasakan begitu nikmatnya iman dan merasa berharganya terlepas dari syirik karena mereka tidak memohon selain ALLAH. Inilah sebesar-besarnya nikmat atas mereka. Nikmat ini terasa lebih luar biasa dibandingkan dengan nikmat hilangnya sakit, hilangnya rasa takut, hilangnya kekeringan yang menimpa atau karena datangnya kemudahan atau hilangnya kesulitan dalam kehidupan. Karena nikmat badan dan nikmat dunia lainya bisa didapati oleh orang kafir dan bisa pula didapati oleh orang mukmin.” (Majmuu Al Fatawa, 10/333).
            Akibat derita, akibat musibah, akibat kesulitan, kita pun merasa dekat dengan ALLAH dan ingin kembali pada-NYA. Jadi tidak selamanya derita adalah derita. Derita itu bisa jadi nikmat sebagaimana yang beliau jelaskan. Derita bisa bertambah derita jika seseorang mlah mengeluh dan jadikan makhluk sebagai tempat mengeluh derita. Hanya kepada ALLAH seharusnya kita berharap kemudahan dan lepas dari berbagai kesulitan.
            Nikmat ketika kita kembalii kepada ALLAH dan bertawakal pada-NYA serta banyak memohon pada-NYA, ini terasa lebih nikmat dari hilangnya derita dunia yang ada. Karena kembali pada ALLAH dan tawakal pada-NYA hanyalah nikmat yang dimiliki insan yang beriman dan tidak didapati para orang yang kafir. Sedangkan nikmat hilangnya sakit dan derita lainnya, itu bisa kita dapati pada orang kafir dan orang beriman.
            Ingatlah baik-baik nasehat ini. Semoga kita bisa terus bersabar dan bersabar. Sabar itu tidak ada batasnya. Karena ALLAH Ta’ala janjikan yang artinya, “Sesungguhnya orang-orang yang bersabar, ganjaran bagi mereka adalah tanpa hisab.”(QS. Az Zumar; 10). As Sa’di mengatakan bahwa balasan bagi orang yang bersabar adalah surga (Tafsir Al Quran al ashim, 7/89)
            Semoga ALLAH memberikan kemudahan dalam menghadapii musibah bagi saudara-saudara kami kaum muslimin yang berada di Riau, di luar daerah Riau. Semoga ALLAH menganugerahkan ketabahan dan kesabaran. At Tauhid: Asap Datang Pahala Menjemput

No comments:

Post a Comment