Keutamaan
Sepuluh Hari di Awal Bulan Dzulhijjah
Diantara yang
menunjukkan keutamaan sepuluh hari pertama bulan dzulhijjah adalah hadis Ibnu
Abbas, Rasulullah shallahu alaihiwasaalam bersabda, “Tidak ada satu amal soleh
yang lebih dicintai oleh ALLAH melebihi amal soleh yang dilakukan pada
hari-hari ini yaitu 10 hari pertama bulan dzulhijjah. Para sahabat bertanya:
Tidak pula jihad di jalan ALLAH? Nabi shallallahu alaihi wasallam menjawab;
tidak pula jihad di jalan ALLAH, kecuali orang yang berangkat jihad dengan jiwa
dan hartanya namun tidak ada yang kembali satupun.”(HR. Abu Daud, At Tirmidzi,
Ibnu Majah dan Ahmad)
Diantaranya lagi yang menunjukkan keutamaan hari-hari
tersebut adalah firman ALLAH ta’ala yang artinya, “Dan demi malam yang sepuluh.”(QS.
Al Fajr;2). Disini ALLAH menggunakan kalimat sumpah. Ini menunjukkan keutamaan
sesuatu yang disebut dalam sumpah. (Lihat Taisir Karimir Rahman, Abdurrahman
bin Nashir As Sa’di, Hal.923, Muassasah Ar Risalah) makna ayat ini, ada empat
tafsiran dari para ulama yaitu; sepuluh hari pertama bulan dzulhijjah, sepuluh
hari terakhir bulan Ramadhan, sepuluh hari pertama Muharram. (Zaadul Masiir,
Ibnu Jauziy, 6/153) malam (Lail) kadang juga digunakan untuk menyebut hari
(yaum), sehingga ayat tersebut bisa dimaknakan sepuluh hari dzulhijjah. (Lihat
Tafsir Juz Amma, Syaikh Muhammad bin sholih al Utsaimin, hal. 159). Ibnu Rajab
AL Hambali mengatakan bahwa tafsiran yang menyebut sepuluh hari dzulhijjah,
itulah yang lebih tepat. Pendapat ini dipilih oleh mayoritas pakar tafsir dari
para ulama terdahulu dan selain mereka, juga menjadi pendapat Ibnu Abbas.
(Latho-if Al Ma’arif, Ibnu Rajab AL Hambali, Hal.469)
Amalan
yang Dianjurkan di Sepuluh Hari Pertama Awal Dzulhijjah
Keutamaan sepuluh hari awal dzulhijjah berlaku untuk
amalan apa saja, tidak terbatas pada amalan tertentu, sehingga amalan tersebut
bisa shalat, sedekah, membaca Al-Quran dan amalan soleh lainnya. (Lihat
Tajridul Ittiba; Syaikh Ibrahim bin Amir ar Ruhailiy, hal 116, 119-121). Diantara
amalan-amalan yang dianjurkan di awal bulan dzulhijjah adalah amalan berpuasa. Dari
Hunaidah bin Kholid, dari istrinya, beberapa istri Nabi shallahu alaihi wasallam
mengatakan, “Rasulullah shallallahu alaihi wasallam biasa berpuasa pada Sembilan
hari awal dzulhijjah, pada hari Asyura’ (10 Muharram), berpuasa tiga hari
setiap bulanya,…” (HR. Abu Daud)
Diantara sahabat yang mempraktekkan puasa selama Sembilan
hari awal dzulhijjah adalah Ibnu Umar. Ulama lain seperti Al Hasan Al Bashri,
Ibnu Sirin dan Qotadah juga menyebutkan keutamaan berpuasa pada hari-hari
tersebut. inilah yang menjadi pendapat mayoritas ulama. (Latha-if AL Ma’arif,
hal. 459). Namun ada sebuah riwayat dari Aisyah yang menyebutkan, “Aku tidak
pernah melihat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berpuasa pada sepuluh
hari bulan dzulhijjah sama sekalai.”(HR. Muslim). Mengenai riwayat ini, para
ulama memiliki beberapa penjelasan.
Ibnu Hajar Al Asqolani mengatakan bahwa Nabi shallallahu
alaihi wasallam meninggalkan puasa ketika itu padahal beliau suka melakukannya
karena khawatir umatnya menganggap puasa tersebut wajib. (Fathul Bari, 3/390). Namun
dalam penjelasan lainnya, Imam Ahmad menjelaskan bahwa maksud riwayat Aisyah
adalah Nabi shallallahu alaihi wasallam tidak berpuasa penuh selama sepuluh
hari dzulhijjah. (Latho-if Al Ma’arif, hal.459-460)
Kesimpulan; boleh berpuasa penuh selama Sembilan hari
bulan dzulhijjah dari tanggal 1 sampai 9 dzulhijjah atau berpuasa pada sebagian
harinya.
Keutamaan
Hari Arofah
Diantara keutamaan hari Arofah 9 dzulhijjah disebutkan
dalam hadis berikut, “Diantara hari yang ALLAH banyak membebaskan seseorang
dari neraka adalah di hari Arofah yaitu untuk orang yang berada di Arofah. Dia akan
mendekati mereka lalu akan menampakkan keutamaan mereka pada para malaikat. Kemudian
ALLAH berfirman; Apa yang diinginkan oleh Mereka?”(HR. Muslim)
Itulah keutamaan orang yang berhaji. Saudara-saudara kita
yang akan wukuf di Arofah saat ini telah rela meninggalkan sanak saudara,
keluarga, negeri dan telah pula menghabiskan hartanya dan badam-badan mereka
pun dalam keadaan letih. Yang mereka inginkan hanyalah ampunan, ridho,
kedekatan dan perjumpaan dengan Rabbnya. Cita-cita mereka yang berada di Arofah
inilah yang akan mereka peroleh. Derajat mereka pun akan mereka peroleh. Derajat
mereka pun akan tergantung dari niat mereka masing-masing. (Lihat Mirqotul
Mafatih Syarh Misykatul mashobih, Al Mala Alai Qori, 9/65)
Keutamaan yang lainnya, hari arofah adalah waktu
mustajabnya doa. Dari Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya, Nabi
shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Sebaik-baik doa adlah doa pada hari
Arofah.”(HR. Tirmidzi, Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadis ini hasan). Maksudnya,
inilah doa yang paling cepat dipenuhi atau terkabul. (Lihat Tuhfatul Ahwadziy,
Muhammad Abdurrahman bin Abdurrahim AL Mubarakafuri Abdul Ala, 8/482). Jadi
hendaklah kaum muslimin memanfaatkan waktu ini untuk banyak berdoa pada ALLAH.
Doa pada hari Arofah adalah Doa yang mustajab karena dilakukan pada waktu yang
utama.
Jangan
Tinggalkan Puasa Arofah
Bagi orang yang tidak berhaji dianjurkan untuk menunaikan
puasa Arofah yaitu pada tanggal 9 Dzulhijjah. Hal ini berdasarkan hadis Abu
Qotadah, Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Puasa Arofah dapat
menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang. Puasa Asyuro
(10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu.”(HR. Muslim). Hadis ini
menunjukkan bahwa puasa Arofah lebih utama daripada puasa Asuro. Diantara alasannya,
puasa Asyuro berasal dari Nabi Musa sedangkan puasa Arofah berasal dari Nabi
kita, Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam. (Lihat Fathul Bari, 6/286). Keutamaan
puasa Arofah adalah akan menghapuskan dosa selama dua tahundan dosa yang
dimaksudkan disini adalah dosa-dosa kecil. Atau bisa pula yang dimaksudkan
disini adalah diringankannya dosa besar atau ditinggikannya derajat. (Lihat
Syarh Muslim, An Nawawi, 4/179)
Puasa
Hari Tarwiyah (8 Dulhijjah)
Ada riwayat yang menyebutkan, “Puasa pada hari tarwiyah
(8 Dzulhijjah) akan mengampuni dosa setahun yang lalu.” Ibnul jauzi mengatakan
bahwa hadis ini tidak shahih. (Lihat AL Mawdhu’at, 2/565) Asy Syaukani
mengatakan bahwa hadis ini tidak shahih dan dalam riwayatnya ada perowi yang
pendusta. (Lihat Al Fawa-id Al Majmu’ah, hal. 96) Syaikh Al Albani mengatakan
bahwa hadis ini dhoif (lemah). Lihat Irwa’ul Gholil. 956)
Oleh karena itu, tidak perlu berniat khusus untuk
berpuasa pada tanggal 8 dzulhijjah karena hadisnya dhoif. Namun jika berpuasa
karena mengamalkan keumuman hadis shahih yang menjelaskan keutamaan berpuasa
pada Sembilan hari awal dzulhijjah, maka itu diperoleh. Wallahu a’lam
Siapakah
Yang Harus Diikuti Dalam Puasa Arofah?
Permasalahan ini
sering muncul dari berbagai pihak ketika menghadapi hari Arofah. Ketika para
jama’ah haji sudah wukuf tanggal 9 dzulhijjah di Saudi Arabi, padahal di Indonesia
masih tanggal 8 dzulhijjah, mana yang harus diikuti dalam puasa Arofah? Apakah ikut
waktu jama’ah haji wukuf atau ikut penanggalan hijriyah di negeri ini sehingga
puasa Arofah tidak berpapasan dengann wukuf di Arofah?
Syaikh Muhammad bin sholih al Utsaimin mendapat pertanyaan
sebagai berikut, “Jika terdapat perbedaan tentang penetapan hari Arofah
disebabkan perbedaan mathla (tempat terbit bulan) hilal karena pengaruh
perbedaan daerah. Apakah kami berpuasa mengikuti ru’yah negeri yang kami
tinggali ataukah mengikuti ru’yah haromain (dua tanah suci)
Syaikh rahimahullah menjawab, “Permasalahan ini adalah derivate
dari perselisihan ulama apakah hilal untuk seluruh dunia itu satu ataukah
berbeda-beda mengikuti perbedaan daerah. Pendapat yang benar, hilal itu berbeda-beda
mengikuti perbedaan daerah.
Misalnya di Mekkah terlihat hilal sehingga hari ini
adalah tanggal 9 dzulhijjah. Sedangkan di Negara lain, hilal dzulhijjah telah
terlhiat sehari sebelum ru’yah Mekkah sehingga tanggal 9 dzulhijjah di Mekkah
adalah tanggal 10 dzulhijjah di Negara tersebut. Tidak boleh bagi penduduk Negara
tersebut untuk berpuasa Arofah pada hari ini karena hari ini adalah hari Iedul
Adha di Negara mereka.
Demikian pula, jika kemunculan hilal dzulhijjah di Negara
itu selang satu hari setelah ru’yah di Mekkah sehingga tanggal 9 Dzulhijjah di
Mekkah itu baru tanggal 8 Dzulhijjah di Negara tersebut. penduduk Negara tersebut
berpuasa Arofah pada tanggal 9 Dzulhijjah menurut mereka meski hari tersebut bertepatan
dengan tanggal 10 Dzulhijjah di Mekkah.
Inilah pendapat yang paling kuat dalam masalah ini karena
Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Jika kalian melihat hilal Ramadhan
hendaklah kalian berpuasa dan jika kalian melihat hilal Syawal hendaknya kalian
berhari raya.”(HR. Bukhari dan Muslim). Orang-orang yang di daerah mereka hilal
tidal terlihat maka mereka tidak termasuk orang yang melihatnya. Hanya ALLAH
SWT yang memberi taufik. At Tauhid; Amalan Shalih Di Awal Dzulhijjah
No comments:
Post a Comment