Sering Terucap Luput Dari Renungan
Banyak diantara kita belum
merenungkan secara mendalam, ayat Al-Quran, zikir dan doa yang hampir setiap
hari terucap dari lisan kita, yang sebenarnya sangat lugas mengikrarkan konsep
Tauhid yang benar. Konsep tauhid yang diajarkan islam sesungguhnya sangat bisa
dipahami dari zikir, doa dan ayat-ayat sederhana yang sering dibaca oleh
kebanyakan kita. Beberapa diantaranya adalah:
Laa Ilaaha Illallah
Kalimat ini tentu tidak asing lagi
bagi kita, sering kita ucapkan didalam maupun diluar shalat, banyak terdapat di
dalam Al-Quran dan merupakan rukun pertama dari rukun islam. Kalimat ini
merrupakan pondasi dari agama seeorang muslim. Karena dengan mengucapkan
kalimat ini, seorang muslim telah mengikrarkan konseep Tauhid.
Nabi shallallahu alaihi wa sallam
bersabda: “Barang siapa yang akhir
perkataannya sebelum meninggal dunia adalah Laa ilaaha illallah, maka dia akan
masuk surge”. (HR. Abu Daud). Secara bahasa arab, dan menurut penafsiran
para ulama, makna dari laa ilaaha illallah adalah tidak ada sesembahan yang
berhak disembah selain ALLAH SWT. Dengan kata lain walaupun sesuai realita
sesembahan lain itu memang ada, namun satu-satunya yang berhak disembah adalah
ALLAH SWT semata.
Jika konsep tauhid itu semata-mata
mengakui ALLAH SWT sebagai satu-satunya Rabb pencipta alam semesta, tentu kaum
musyrikin ketika itu sedang senang hati mengucapkan laa ilaaha illallah dan
tidak perlu marah serta memerangi Nabi shallallahu alaihi wasallam. Namun konsep
tauhid yang ada dalam kalimat tersebut tidak semata-mata hanya sebatas mengakui
ALLAH sebagai pencipta dan pengatur alam semesta, tetapi lebih kepada pengakuan
bahwa ALLAH Ta’ala adalah satu-satunya sesembahan yang berhak untuk ditujukan
peribadahan kepada-NYA.
Jika kita merujuk tafsiran para
ulama, kita akan mendapati tafsiran laa ilaha illallah sebagaimana yang
dikemukaan diatas. Ibnu Katsir mengatakan
tentang tafsir firman ALLAH SWT yang artinya, “Dan Dialah ALLAH, tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan
Dia”(QS. Qashash: 70) dengan maksud adalah ALLAH SWT dalam makna uluhiyyah,
tidak ada sesembahan selain Dia, sebagaimana tidak ada pencipta seelain Dia.
(Tafsir Al-Quran Al-Azhim, 10/479).
As
Suyuthi dalam tafsir Al Jalalain ketika menafsirkan ayat kursi (surat Al
Baqarah ayat 255), “ALLAH, tidak ada ilah
melainkan Dia” beliau langsung menafsirkannya dengan berkata, “TIdak ada
sesembahan yang berhak diseembah dialam semesta selain ALLAH SWT”. Fakhruddin Ar Rozi mengatakan tentang
tafsir ayat, “Yang memiliki sifat-sifat
yang demikian itu adalah ALLAH SWT, Rabb kamu; tidak adalah ilah selain Dia;
Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia”(QS. Al An’am: 102), dimana tidak
ada ilah selain Dia adalah, “Tidak ada yang berhak diibadahi kecuali ALLAH SWT,
sedangkan yang dimaksudkan oleh ayat maka sembahlah Dia adlah jangan menyembah
kepada selain-NYA. (Mafaatihul Ghoib, Fakhrudin Ar Rozi, 6/412).
Iyyaka Na’budu Wa iyyaka Nasta’in
Kalimat diatas adalah sebuah ayat
dari surat Al Fatihah, yang tentunya sering kit abaca lebih dari 17 kali dalam
sehari dan dihafal hampir oleh semua muslim diseluruh dunia. Yang artinya: “Hanya kepada Engkaulah kami beribadah, dan
hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan”(QS. Al Fatihah: 5)
Secara bahasa arab, gaya bahasa ayat
ini mengandung makna pembatasan. Dan ayat ini menegaskan konsep tauhid, bahwa
peribadatan hanya ditujukan kepada ALLAH SWT semata, serta menggantungkan
pertolongan hanya kepada ALLAH SWT.
Meminta dan menggantungkan
pertolongan kepada selain ALLAH SWT, missal dukun, kyai, jin atau menggunakan
jimat, rajah, jampi-jampi, berarti telah berbuat yang bertentangan dengan surat
Al Fatihah ayat 5 ini.
Laa Haula Wa Laa Quwwata Illa Billah
Kalimat diatas adalah zikir yang
sudah tidak asing lagi ditelinga dan lisan kita, dikenal dengan istilah
hauqolah. Makna dari kalimat ini adalah bahwa tercapainya sesuatu, perubahan
kondisi menjadi lebih baik adalah semata-mata karena kehendak ALLAH SWT dan
pertolongan dari-NYA. Bukan karena pertolongan dukun, jin, keajaiban jimat atau
kesaktian kyai. Sama sekali bukan. ALLAH SWT berfirman: “Jika ALLAH menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada
yang dapat menghilangkannya kecuali Dia” (QS. Yunus: 107)
Konsekuensinya, memohon kebaikan,
memohon tercapainya sesuatu, menggantungkan pertolongan hanyalah ditujukan
kepada ALLAH Ta’ala. Inilah konsep tauhid.
Surat Yaasin
Konsep tauhid dalam surat yasin
sangatlah kental. Dan ayat ini menggelitik nalar manusia, yaitu bahwa telah
jelas ALLAH SWT yang menciptakan alam semsta beserta isinya dan seluruh kaum
manusia. Lalu mengapa mempersembahkan ritual-ritual ibadah kepada selain ALLAH?
Sungguh kemusyrikan telah melempar jatuh akal sehat manusia.
Ayat ini juga membantah telak orang
yang meminta-minta pertolongan selain ALLAH SWT. Karena pertolongan dari
sesembahan selain ALLAH ta’ala, tidak bermanfaat jika ALLAH tidak menghendakinya
terjadi. Begitu juga keburukan dari sesembahan selain ALLAH SWT tidak
membahayakan jika ALLAH tidak menghendakinya terjadi.
Namun sangat disayangkan, sebagian
orang bersemangat untuk selalu membaca surat yasin setiap pekannya, namun belum
meresap dalam hati mereka konsep tauhid yang terkandung didalamnya.
Ayat Kursi
Ayat kursi ini telah member pengajaran
bahwa syafa’at itu sepenuhnya milik ALLAH ta’ala. Dan syafaat dapat diberikan
semata-mata atas izin ALLAH ta’ala. Memang benar bahwa sebagian makhluk ALLAH
ada yang dapat member syafaat, itu pun terbatas pada orang –orang yang
diizinkan oleh ALLAH SWT untuk diberi syafaat. Sehingga tidak boleh sembarang
kita mengklaim kyai fulan, Buya fulan bisa member syafaat padahal tidak ada
keterangan bahwa ALLAH ta’ala mengizinkan mereka untuk memberi syafaat.
Pengajaran lain, baginda Nabi
shallallahu alaihi wasallam memang diizinkan oleh ALLAH SWT untuk member syafaat.
Namun syafaat dari Baginda Nabi tidak dapat diberikan kepada salah seorang
diantara kita tanpa izin ALLAH. Seseorang tidak akan mendapatkan syafaat jika
ALLAH tidak meridhai dia untuk mendapatkannya, walau orang tersebut telah
memintanya kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam ribuan kali. Jika demikian,
bukankah seharusnya kita memohon syafaat tersebut kepada ALLAH dan bukan
memohonnya kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam? Terlebih doa hanya pantas
ditujukan kepada ALLAH SWT semata.
Zikir setelah shalat
Zikir ini memegaskan bahwa doa
hanyalah ditujukan kepada ALLAH bukan kepada selain-NYA. Karena ALLAH yang
memiliki hak untuk member kebaikan dan keburukan atau tidak memberinya.
Zikir yang diajarkan oleh Nabi
shallallahu alaihi wasallam ini berisi puji-pujian terhadap ALLAH SWT terutama
memuji kebesaran ALLAH dalam hal kekuasaan-NYA untuk memberi kebaikan atau
keburukan. Berkaitan hal tersebut, digunakan lafadz Allahumma disini memberikan
pengajaran bahwa permintaan kita kepada
ALLAH disampaikan langsung kepada ALLAH tanpa melalui perantara siapapun. Dan ALLAH
SWT berfirman, “Berdoalah langsung
kepada-Ku, niscaya akan Aku kabulkan”(QS. Al Mu’min: 60)
Semoga kita dapat selalu meresapi
konsep-konsep tauhid yang agung yang merrupakan modal utama untuk mengharap
rahmat dari ALLAH Ta’ala di hari akhir kelak. At Tauhid: Sering Terucap Luput Dari Renungan
No comments:
Post a Comment